Bab baru nih.. Vote dulu cobaaa...
Masih pantaskah kita meminta banyak hal padaNya. Ketika ikhlas saja masih terbata, dan tawakal saja masih belum paham caranya.
Semua orang datang menjenguk Rara ke rumah sakit meskipun sore ini dia sudah dinyatakan boleh pulang oleh dokter Fatah. Meskipun kondisi ruangan menjadi sempit dan ramai, tapi setidaknya bisa menambahkan sedikit semangat baru untuk Rara yang baru saja merasakan kehilangan.
"Yang sabar ya, Ra." Kata Farah yang memang sangat dekat dengan Rara.
Sama-sama memiliki usia muda, dan sama-sama baru menjalani peran sebagai seorang istri, keduanya terikat menjadi sahabat karib yang sering kali saling membagi keluh kesah. Seperti kali ini, tidak hentinya Farah memeluk Rara yang kondisinya sudah jauh lebih baik.
"Udah-udah jangan dipeluk terus. Rara masih capek, Yang." Kata Syafiq mengingatkan.
"Apaan sih, Bang. Meluk sesama saudara aja enggak boleh banget." Kata Farah merajuk.
Bitha dan Kanaya yang juga ada di sana hanya bisa tertawa mendengar Farah merajuk kepada kakak sepupunya itu. Kedua gadis yang masih belia memang sejak pagi ini setia menemani Rara dan Shaka di rumah sakit, menggantikan para orangtua yang pulang sejenak sebelum menjemput Rara pulang sore hari nanti.
"Tapi udah enggak sakit kan, Ra? Kamu makan yang banyak. Biar cepat pulih. Katanya kita mau sama-sama hamil bareng. Ayo semangat lagi. Harusnya kamu senang, Ra. Setidaknya kamu pernah dinyatakan hamil. Sedangkan aku, aku belum ada tanda-tanda apapun."
"Sabar, Far. Nanti juga akan tiba waktunya kamu hamil." Kata Rara menjawab dengan sangat bijak.
Tatapannya tertuju kepada Shaka yang tersenyum ke arahnya. Mereka berdua sudah sama-sama berjanji, mulai tadi malam, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan kebersamaan.
Dan Rara pun sadar, kehilangannya kemarin ini atas keegoisan dirinya sendiri yang terlalu memikirkan hal yang tidak penting, padahal ada sesuatu dalam tubuhnya yang perlu dia perhatikan lebih.
"Tapi sakit enggak sih kak Rara dikuretase itu?" tanya Bitha penasaran.
"Aku ceritain ya. Kalian ngerasain rasanya datang bulan kan? Gumpalan darahnya kecil-kecil kan. Tapi rasanya pinggang kalian kayak mau copot. Perut kalian melilit sakit. Kayak mau BAB tapi bukan. Emosi kalian enggak terkendali. Begitulah rasanya kuretase tapi dikali jadi 3kali lipat. Atau 5kali lipat." Kata Rara melebih-lebihkan.
"Karena bayangin aja, yang dikeluarkan itu gumpalan darah yang bentuknya bayiiiiii....."
"AAAAAHHHH.... " Ketiga perempuan yang di dekatnya kompak teriak, diikuti dengan dorongan pintu yang dibuka dengan sangat kuat.
"Ops." Wajah tanpa bersalah muncul di sana.
Nada yang tersenyum lebar setelah membuka pintu kamar tersebut. Di tangannya ada sebuket cokelat Yang dia sengaja beli dari uang jajannya untuk mengembalikan mood Rara pasca kejadian ini.
"Kak Rara...." Dengan lantangnya Nada memanggil, lalu berlari menuju Rara sampai mendorong tubuh Kanaya Yang jelas lebih kecil darinya.
Walau di sini usia Nada yang terkecil. Namun untuk ukuran tubuhnya, dia termasuk yang paling bongsor.
"Hehehe, ini buat Kak Rara." Katanya bahagia.
Rara menerimanya. Tawa bahagia Nada tertular padanya. Gadis kecil yang sudah dianggap adik olehnya memang terlihat sangat menggemaskan.
"Terima kasih, Nad."
"Udah jangan sedih lagi." Ucapnya kembali sebelum melirik abangnya, Syafiq, yang tidak suka atas kehadiran Nada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merry Go-round
Romance-SEQUEL KITA- Semua berjalan terlalu mulus diawal hingga terasa licin seperti kebanyakan sabun ketika dirimu ... hap.. hap.. Namun ternyata berawal dari kelicinan itu hingga mampu membuatku terpeleset sampai kehilangan segalanya. ******* Ini merupak...