Merasa tidak bahagia, langsung saja Tuhan yang disalahkan. Padahal selama ini Tuhan memberikan segala hal yang kamu butuhkan, namun kamu saja lupa mensyukuri apa yang Dia berikan.
Melihat Rara sudah lebih baik, Shaka langsung buru-buru ingin mengajaknya pulang kembali. Ke rumahnya yang mungil dan penuh dengan rasa nyaman. Walau di rumah mertuanya, segala hal tersedia, namun tetap saja Shaka merasa dipantau setiap detiknya oleh Adel dan juga Adit. Karena itu dia terus saja membujuk Rara agar mau diajak pulang kembali.
"Tapi Rara enggak mau capek-capek dulu. Rara mau Abang janji, semua kerjaan rumah Abang yang lakuin. Semuanya!!!"
Shaka meringis mendengar permintaan istrinya. Tapi dengan sangat terpaksa dia harus menyetujui hal itu. Setidaknya di rumahnya sendiri masih lebih baik dari pada tinggal di rumah mertuanya ini.
"Iya. Abang janji."
"Ya udah kalau gitu besok kita pulang." Kata Rara menyetujui. "Tapi.... "
"Jangan pakai tapi apa, Ra." Keluh Shaka.
"Suka-suka Rara dong." Jawab Rara dengan ekspresi menjengkelkan.
Shaka yang melihatnya sebisa mungkin menahan kesal. Untung saja dia cinta dengan Rara, melihat istrinya itu dalam sikap menyebalkan, Shaka masih bisa menahannya.
"Tapi ingat, kalau Abang kayak kemarin lagi. Lupa kalau mau bantu Rara. Lupa segala hal. Bahkan buat taruh handuk di tempatnya aja lupa, Rara mau pulang ke rumah ini lagi."
Shaka mengangguk perlahan. "Baik Rara sayang."
Mau tidak mau Shaka memang harus berkorban demi kebahagiaan mereka.
***
"Ra, mama kan udah bilang, apa susahnya sih tinggal sama kita aja di sini. Rumah ini juga sepi banget kan. Kenapa harus pindah juga? Nanti mama kesusahan buat jagain kamu." Kata Adel menemani Rara di kamarnya.
Shaka yang sibuk membereskan pakaian ke dalam tas hanya bisa menguping saja. Dia tidak berani bicara apapun. Bahkan mulut ajaibnya saja dia kunci rapat-rapat.
"Rara udah sehat, Ma. Mama enggak usah khawatir. Lagi pula rumah Rara enggak jauh-jauh banget ah. Masih di Jakarta juga. Mama aja yang enggak mau main ke rumah kecil Rara." Sindir Rara.
Adel terdiam. Dia memilih melirik Shaka, meminta bantuan kepada menantunya itu. Tapi sayang yang dilirik pura-pura tidak melihat apapun.
"Baiklah. Sabtu besok mama sama papa main ke sana. Kamu jangan capek-capek di rumah. Istirahat saja. Kalau ada apa-apa cepat hubungi mama. Oke." Kata Adel mengalah.
Rara mengangkat ibu jarinya. Tatapannya melihat ke arah Shaka yang tersenyum-senyum sembari terus membereskan pakaian mereka.
Berhasil.
Selesai membereskan pakaiannya, Shaka memasukan ke dalam mobil. Mobil miliknya yang dia ambil dari rumah orangtuanya karena kemarin harus membawa Rara pulang dari rumah sakit.
"Udah semua?" tanya Shaka pada Rara.
Istrinya itu mengangguk. Didampingi oleh ibu mertuanya.
Kemudian Shaka bergerak mendekati Adit yang memerhatikan kepergian mereka.
"Pa, Shaka sama Rara pamit pulang dulu." Shaka menunduk, mencium punggung tangan Adit yang terlihat sangat tenang.
"Papa percaya kamu akan menjaga putri kesayanganku."
Shaka mengangguk yakin. Ketika dia meminang Rara menjadi istrinya, sejak itu pula dia sudah yakin akan membahagiakan Rara bagaimana pun caranya.
"Pamit dulu, Pa. Assalamu'alaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Merry Go-round
Romance-SEQUEL KITA- Semua berjalan terlalu mulus diawal hingga terasa licin seperti kebanyakan sabun ketika dirimu ... hap.. hap.. Namun ternyata berawal dari kelicinan itu hingga mampu membuatku terpeleset sampai kehilangan segalanya. ******* Ini merupak...