Bab 18

1.2K 202 127
                                    

Divote dulu..
Dikomen dengan bijak..
Jangan sama ratakan pikiran anda dengan tokoh karakter yg saya tulis..
Kalian mungkin punya kejadian buruk terhadap sesuatu, tapi di sini karakter Shaka dan Rara juga punya hidupnya sendiri. Dan kehidupan mereka fiksi dalam cerita.

Gak perlu baver..
Gak perlu nebak-nebak berhadiah..
Baca aja..
Biar gue aja yg mikir jalan ceritanya...

Cuss.. Bacaaa

Coba kurangi bicara yang tidak penting, karena tidak semua kata maaf bisa menyelesaikan perkara.

Nasi padang beserta ayam pop serta daun singkong yang diguyur kuah santan tidak sedikitpun menggugah selera Rara. Perutnya yang sedari tadi lapar, mendadak kenyang hanya karena sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Pesan yang dikirim dari orang yang tidak salah, sebenarnya, tapi entah kenapa Rara malas bergabung bersama mereka semua saat-saat seperti ini.

"Tuh kan, udah aku beliin enggak dimakan. Makan dong, Ra. Kasihan akunya. Udah beli jauh-jauh, pakai uang lagi, kamunya enggak mau makan." Keluh Shaka saat dia melihat nasi milik istrinya masih penuh.

Bahkan lauknya tidak disenggol sedikitpun oleh Rara. Seingat Shaka tadi, bukannya Rara ingin makan nasi padang dengan ayam pop? Tapi mana? Buktinya nasi rames ini hanya diaduk-aduk saja oleh Rara.

"Kamu tuh katanya mau sehat. Mau cepat hamil lagi. Tapi makan aja susah. Mau aku suapin?" oceh Shaka kembali.

Tanpa perlu menunggu jawaban Rara, Shaka langsung saja menggeser nasi bungkus milik Rara, lalu dia ambilkan dengan tangannya sesuap nasi agar bisa langsung dia arahkan ke mulut Rara.

"Aaaaa.... "

"Enggak mau ah." Elak Rara menepis tangan Shaka.

Nasi itu langsung berhamburan di lantai, sedangkan Rara sendiri meninggalkan Shaka begitu saja dan berjalan menuju dapur untuk mencuci tangannya.

"Eh, Bu. Nasinya berantakan nih. Calon ibu-ibu tapi kelakuan kayak anak gadis aja. Pakai buang-buang nasi." Kata Shaka sambil satu persatu memunguti nasi tersebut.

Tak lama berselang, Rara kembali dengan sebuah sapu di tangannya. Ekspresi di wajahnya masih tidak bersahabat. "Nih bersihin."

"Heh kok gitu?" Shaka mulai kepancing emosi.

Dia mengikuti langkah kaki Rara hingga sampai di kamar. Saat Rara baru beranjak ingin berbaring di atas ranjang, Shaka menarik lengannya.

"Punya pikiran enggak? Orang enggak salah apa-apa diperlakukan kayak gitu. Kurang apalagi sih aku? Kamu mau makan, aku beliin. Kamu enggak mau beres-beres, semua aku yang lakuin. Tapi enggak begini juga caranya, Ra. Kamu bukan anak kecil lagi. Kamu seorang istri. Kamu calon ibu. Kurang-kurangin sikap tiba-tiba unmood begini. Jelek banget tahu enggak?"

Shaka menegurnya cukup kencang kali ini. Biasanya dia yang selalu mengalah dan minta maaf jika terjadi perselisihan, kali ini dirinya merasa tidak melakukan apa-apa, tapi kenapa masih menjadi tempat sampah Rara?

"Kamu baru ngelakuin segitu aja diungkit terus. Bilang kalau capek? Enggak usah maksain ngerjain semua. Biar besok aku minta mamaku buat kirim pembantu ke sini."

Tidak kalah kencang, Rara melawan suaminya langsung di depan wajah Shaka. Keduanya terlibat keributan cukup kencang saat ini. Biasanya salah satu dari mereka selalu mengalah. Tapi kali ini tidak. Semuanya sedang memenangkan ego masing-masing.

Shaka tersenyum penuh ejekan. Dia melepaskan cengkraman tangannya, lalu melihat dari kondisi Rara dari atas sampai bawah.

"Aku salah membawa seorang Putri Raja dan memintanya menjadi seorang istri yang penuh dengan kesederhanaan. Aku pikir uang bukan segalanya untukmu. Ternyata aku salah."

Merry Go-roundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang