tiga

362 45 4
                                    


Hari ini Riu tidak sempat masak untuk bekalnya. Alasannya ya karena Refar, Si abang kurang ajarnya, sengaja mengumpeti seragam Riu di kolong kasur. Jadi Riu harus membuang waktu masak dan mengganti untuk mengambil seragam. Apalagi ayah juga tadi pagi sudah berangkat lebih dulu, tidak ada yang membela Riu lagi seperti dahulu.

Maka ketika Rachel mengajak dirinya untuk pergi ke kantin, Riu mengiyakan. Sudah lama juga tidak ke kantin sekolah—sekitar dua mingguan, karena Riu tidak suka ke kantin, melihat jajanan kantin yang membosankan. Lebih baik berhemat dengan membawa bekal beraneka ragam yang bisa ia kreasikan sendiri.

"Gue mau beli es teh dulu, ya!" ucap Rachel sedikit berteriak karena suasana kantin sangat berisik ketika jam istirahat seperti ini.

Riu hanya mengangguk. Kemudian Rachel menerobos masuk ke dalam kerumunan untuk membeli es teh. Sementara Riu sibuk memilih jajanan yang akan ia santap. Dan pilihannya jatuh ke siomay. Seingat Riu, teman sekelasnya pernah bilang kalau siomay kantin enak dan murah.

Riu menghampiri tempat penjual siomay itu. Aish, Riu hanya bisa menahan sesak melihat betapa banyaknya manusia yang sedang mengantri tidak beraturan seperti itu. Saling berdesakkan dan saling dorong. Mau tidak jadi beli siomaynya, tapi Riu juga malas untuk masuk ke dalam kantin yang jumlah manusianya jauh lebih banyak.

Baiklah. Riu memutuskan untuk tetep mengantri di depan kios siomay itu dengan sabar. Perlahan dia juga pasti maju untuk gilirannya.

"Aduhhh! Gak liat apa ini baju gue yang paling mahal ini ketumpahan sama jus. Makanya ya, Dek, kalo bawa gelas itu yang bener!"

Omelan seorang perempuan berambut panjang sepinggang membuat langkah Riu yang hendak maju terhenti. Para siswa-siswi yang sedang berada di kantin juga menghentikan aktifitas mereka sebentar saking ributnya suara perempuan itu. Biar Riu tebak, pasti perempuan itu senior yang gak jelas sukanya ngomel-ngomel. Padahal noda jus hanya menumpahi sedikit bagian lengannya, tapi ngamuknya serasa bisa mengguncang dunia. Lebay.

Riu dan yang lainnya tidak ada yang berani ikut campur. Semua yang ada di kantin memilih untuk kembali sibuk ke aktifitas masing-masing tanpa memedulikan perempuan senga itu terus memarahi Si penumpah jus. Sepertinya telinga semua orang yang ada di sini sudah terbiasa dengan teriakan membahana perempuan itu.

Si penumpah jus itu, sepertinya dia teman seangkatan Riu. Seingat Riu kalau tidak salah namanya adalah Rheane. Iya benar itu dia namanya. Anak kelas X IPA 2 yang terkenal dengan jiwa anti sosialnya.

Lima menit berlalu, kini giliran Riu untuk memesan siomay. Riu menyebutkan apa saja yang ia pesan kepada penjual, kemudian memberikan selembar uang sepuluh ribu. Baru sehabis itu dia akan tetap berdiri di hadapan kios itu sampai pesanannya sudah selesai dibuatkan. Kabarnya kalau kita pergi setah memesan, maka pesanan kita tidak akan pernah sampai ke tangan kita, alias dihak miliki oleh orang lain.

"Bersihinnya yang bener dong, dicuci, dilaundry sekalian tuh seragam gue!"

Perempuan senga itu masih saja ribut perihal seragam ketumpahan jus. Rheane hanya mengangguk nurut melihat tampang seram seniornya itu. Dari kejauhan, Riu terus memperhatikan perlakuan perempuan itu bersama gengnya yang semakin menjadi. Malah perempuan senga itu sudah mulai berani bermain fisik.

Rambut Rheane dijambak. Mata senior itu menusuk tajam Rheane yang semakin ketakutan. "Jangan diulangi lagi, awas aja kalo sampe anggota gue yang kena."

Teman segengnya yang lainnya tertawa menikmati hiburan. Benar-benar senior dajjal. Ini tidak bisa didiamkan kalau sudah mulai bermain tangan begini.

Riu mengeratkan telapak tangannya emosi. Mana bisa dia diam seolah tidak peduli dengan kejadian bullying itu, dia tidak pernah bisa menjadi orang cuek seperti orang-orang yang ada di kantin saat ini. Dirinya melangkah pasti mendekati perempuan itu.

Cape, Tau!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang