PART 28

91 13 0
                                    


***

"Aku akan mendonorkan paru-paruku untuk Hazel" Kalimat itu keluar begitu saja ketika otakku berhenti berfikir. Hanya itu yang bisa menyelamatkan gadisku saat ini juga, tidak ada cara lain selain aku ingin melihat mayatnya.

"Gak Hazza! Jangan gila!" Mata Niall membesar begitu mendengar perkataanku.

"Cuman ini cara biar Hazel bertahan hidup. Udah gak ada jalan lain selain ini."

"Masih Hazza, jangan menyerah gitu aja. Hazel pasti bertahan hidup untuk melihat kamu." Niall menatapku yakin, tatapannya teduh.

"Biarkan aku membalas semua kesalahan ku sama Hazel."

"Tapi gak kayak gini caranya Haz, aku gak mau kehilangan kamu." Niall memeluk ku erat, haru aku mendengarnya barusan. Padahal semenit yang lalu dia memukulku dan mengusirku.

"Aku cuman mau gadis aku selamat. Udah gak lebih." Aku membalas pelukannya.

"Hazza..."

"Nayel, tolong jagain Hazel." Pinta ku mengotong ucapannya.

"Hazza..."

"Nayel, jangan sakitin Hazel." Pinta ku lagi dan kembali memotong ucapannya.

"Hazza..."

"Nayel, di dalam tubuh Hazel akan mengalir darah ku juga. Jagalah dia untuk ku, anggap saja Hazel itu aku dan dirinya yang telah menyatu." Ucap ku tersenyum renyah.

"Biarkan aku yang mendonorkan paru-paru ku untuk Hazel." Kali ini gantian, aku yang tercengang mendengar ucapannya.

"Jangan! Biarkan aku saja yang mendonorkan paru-paruku. Pasti di saat terbangun nanti, Hazel akan mencari mu." Cegah ku melepaskan pelukan haru itu.

"Kau yang paling Hazel butuhkan, kau malaikat pelindung Hazel. Sedangkan aku? Aku cuman orang yang tidak sengaja bertemu Hazel tiga tahun yang lalu dan membantu gadis itu membawakan bukunya. Itu hanya pertemuan tidak sengaja. Kau lah malaikat pelindung Hazel yang sudah menjaganya selama lebih dari sepuluh tahun. Bahkan kau lebih banyak membuat EHazel tertawa. Semenjak kepergianmu, Hazel jarang senyum. Jadi, biarkan aku yang mendonorkan paru-paruku untuk Hazel." Mata biru lautnya itu ikut bicara, mengatakan 'izinkan aku'

"Kau juga malaikat pelindung Hazel. Selama dua tahun kau yang menjaga Hazel tanpaku, kau lelaki hebat di dalam hidup Hazel. Kau berhasil membuat Hazel kembali tertawa walau tanpa diriku. Tidak ada orang yang tidak hebat di dalam hidup Hazel." Aku tersenyum.

"Hazel lebih membutuhkanmu."

"Hazel lebih membutuhkanmu, Nayel."

"Sudahlah! Waktunya hampir habis, paru-paru Hazel hanya dapat bertahan selama satu jam lagi. Jadi bagaimana keputusannya?" Dokter sialan itu mengomel.

"Ambil paru-paru ku untuk Hazel." ucap ku dan niall bersamaan

***

Author's pov

"Hazza, jangan tinggalin Hazel." Gadis kecil itu menangis sambil terus memeluk Harry kecil.

"Aku cuman mau pulang ke rumah sebentar doang." Harry kecil dengan sabarnya menenangkan sahabat barunya itu.

"Tapi Hazel takut sendirian, nanti kalau Hazel diculik gimana?" Tanyanya manja.

"Enggak mungkin, kan aku jagain Hazel." Harry kecil tersenyum.

"Jangan tinggalin Hazel."

"Hazza di sini buat Hazel" Akhirnya Harry kecil memilih untuk kembali duduk di sebelah gadis kecil itu.

"Kita main lagi." Sorak Hazel mengambil boneka barbie pemberian ibunya.

"Hazel, barbienya bagus."

"Makasih."

"Hazel..."

"Kenapa Hazza?"

"Kalau suatu hari nanti aku pergi jauh ninggalin kamu gimana?"

"Emang Hazza mau kemana sampai ninggalin Hazel?"

"Pokoknya pergi jauh dari hidup Hazel."

"Gak apa-apa, kan Hazza pergi ninggalin Hazel buat istri Hazza nantinya. Hazel gak boleh cemburu sama istri Hazza nantinya, kan Hazza udah milik orang lain."

"Yakin?"

"Tapi Hazza harus janji, kamu harus tetap di sini meski nantinya kamu menjadi milik orang lain."

"Tetap jadi sahabat Hazel maksudnya?"

"Iya, kan suatu hari nanti kita bakalan pisah dan menjalani hidup masing-masing." Hazel tersenyum.

"Tapi aku maunya Hazel yang jadi istri aku."

"Jangan, Hazza harus cari perempuan yang jauh lebih baik dari Hazel. Yang jauh lebih hebat."

"Hazel udah hebat buat jadi ibu dari anak-anak aku nantinya."

"Kalau misalnya nanti Hazel yang pergi duluan gimana? Apa Hazza masih mau jadi suami Hazel?" Kini Elena kecil terduduk di pangkuan Harry kecil.

"Masih, kan cinta itu sejati."

"Kalau nanti Hazel meninggal karena penyakit Hazel gimana? Hazza ikhlas ya." Hazel memaksakan senyumnya.

"Kok ngomongnya gitu?" Tanya Harry kecil terkejut.

"Iya, soalnya kata mom Hazel gak akan bertahan lama."

"Hazza yang akan menggantikan posisi Hazel jika nantinya Hazel meninggal."

***

Tangan Hazel perlahan bergerak, merasakan yang ada di sekitarnya. Matanya sudah tidak lagi terpejam. Dirinya tersenyum begitu melihat orang-orang yang ia sayangi ada di sekitarnya. Ia bersyukur masih bisa melihat dunia lagi.

Orang-orang di sekitarnya ikut tersenyum melihat dirinya telah sadar dari koma yang panjang. Louis menjadi orang pertama yang Hazel lihat saat dirinya terbangun. Mata Hazel mencari ke sekitar, mencari seseorang yang selama ini menjadi malaikat pelindungnya. Tapi orang yang ia cari tidak ditemui oleh sepasang matanya itu.

"Dimana Hazza dan Nayel?" Tanya Hazel bingung.

***

Cape, Tau!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang