13. KOK AKU MALES YA?•••
Haii diriku!! Sebenarnya aku agak sedikit sedih melihat kamu yang malah jadi mengendor semangat belajarnya. Padahal part sebelum ini aku mengucapkan selamat atas keberhasilan yang kau raih. Tapi, kenapa kamu malah jadi patah semangat, gini?
Mendekatlah, ceritakan kepadaku masalah apa yang akhir-akhir ini mengganggu fikiranmu. Membuatmu menjadi tidak konsentrasi belajar. Membuat nilaimu turun drastis. Ah, rasanya aku ingin menangis saja melihat perubahan dirimu yang malah menjadi buruk:(
Diriku! Sini cerita, biar kamu tenang.
Oke baiklah, kalau tidak mau cerita tidak apa-apa, tapi, coba kamu buka buku mimpi kamu. Baca deh sekali lagi dari mimpi pertama Samapi mimpi terakhir. Adakah yang sudah tercapai? Tidak usah banyak-banyak, satu saja. Sudah?
Kalau belum. Coba deh ratapin. Dulu siapa yang semangat banget nulis itu semua? Dirimu, kan? Dulu siapa yang pede banget kalo mimpi itu akan terwujud? Dirimu, kan? Dulu siapa yang tetep kekeuh bakal menjadikan itu semua mimpi? Dirimu, kan?
Lantas, kenapa sekarang kamu malah berkata : biarkan saja mimpi itu.
Lantas, kenapa sekarang gerak-gerikmu tidak seperti ingin mendekati mimpimu itu?
Lantas, kenapa sekarang kamu malah mengabaikan mimpimu itu?
Lantas, lantas, lantas, biarkan saja hati kecilmu yang akan bertanya padamu sendiri.
Sudah mengerti kan kenapa kemarin aku menyuruhmu menuliskan semua mimpimu itu?
Menangislah. Tapi bukan untuk menangisi impianmu yang kata orang terlalu tinggi untuk dicapai, tapi untuk menyadarkan dirimu kalau jika mimpi itu tidak tercapai, akan seburuk apa kau di masa depan?
Dengarkan suara hatimu. Begitu juga suara orang-orang di sekitarmu. Mereka selalu menyebut namamu bersanding dengan gelar kedokteran di dalam doanya. Bahkan bukan hanya itu, mereka juga menyebutkan deretan mimpimu juga. Bukankah mereka semua baik dan selalu ada untukmu.
Bagaimana jika kau mengecewakan mereka? Setelah sebanyak itu hal yang mereka lakukan. Apa kau tega?
Memang, mereka tidak akan menjamblangkan secara langsung bahwa mereka kecewa begitu berat, tapi sesungguhnya mereka memendam rasa kecewa itu. Apa kau siap melihat senyum cerah mereka tergantikan dengan kekecewaan?
Harapan-harapan yang mereka titipkan kepadamu luntur begitu saja hanya karena alasan sepele, yaitu malas. Apakah kau sebodoh itu untuk melepas harapan mereka dan juga harapanmu?
Seribu usaha mereka lakukan, banting tulang mencari uang, pontang-panting pulang pagi berangkat pagi. Hany untuk dirimu. Dirimu yang tengah berusaha mewujudkan mimpimu. Lantas, apa kau selemah itu tidak bisa membalas jasa kebaikannya?
Mengantarmu ke sekolah. Menemanimu belajar. Memasakkan bekalmu di sekolah. Belum lagi mencuci seragammu, melakukan hal ini hal itu. Terus kau dengan mudahnya mengembalikan itu semua dengan hal kosong, hal yang tidak penting?
Oh, ayolah, wahai diriku. Aku tau kamu bukan orang yang seperti di atas. Kamu lebih baik, dan aku yakin itu. Maka bantu aku meyakinkan fakta tersebut.
Baiklah, diriku. Entah untuk keberapa kalinya aku tidak akan pernah bosan untuk menyuruhmu menulis mimpimu. Aku tahu kau bukan manusia jahat yang tega menyakiti perasaan orang-orang yang menyayangimu.
Sekarang, tak usah menyesali hal yang sudah-sudah. Kini bukan saatnya lagi menyesal dengan kemalasanmu yang lalu, tapi kini saatnya untuk bangkit dan mengejar mimpimu. Aku yakin, jauh sebelum aku tuliskan ini, kau sudah sangat siap meraih mimpimu.
with love,
dirimu sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Cape, Tau!
Teen FictionDear Rafshan, Jangan sok jual mahal ya kamu, nanti aku cicil loh.