9. LIFE IS CHOICE.•••
Mulai dari bangun tidur jam berapa, pake baju apa, sarapan pagi ini lauknya apa, jalan ke sekolah naik apa, sampai akhirnya menentukan kamu jadi apa, hidupmu mau dimana kemana, apakah dia pilihan terbaik untuk hidupku.
Ya, hidup itu adalah pilihan.
Haii diriku!!
Pasti setiap kali kau melangkah, kau selalu dihadapkan dengan pilihan. Mulai dari yang sangat sepele sampai ke hal yang luar biasa besarnya ---- menentukan jodoh, misalnya. Ya, hidup ini memang tentang pilihan, terpilih, dan terbuang.
Dari kecil aku tau kamu sudah mantap betul untuk memilih menjadi dokter. Lambat laun, fikiranmu berubah, sedikit berbelok menjadi perawat, hingga akhirnya kamu ingin menjadi penulis. Wah, pilihan yang hebat menurutku. Tidak apa-apa, ini hidupmu, maka setiap perjalanannya, kamu adalah tuannya. Jangan biarkan orang-orang ikut campur.
Lalu beranjak memasuki sekolah dasar, kamu belum mengerti apa itu dokter. Yang kau tau hanya orang yang bekerja di rumah sakit, merawatmu kala di rawat. Kau tidak tahu bagaimana jalan menjadi seorang dokter. Berapa biaya kuliah kedokteran. Hal-hal apa saja yang perlu kau siapkan untuk menjadi dokter. Tapi, tetap dengan mantapnya kau menjawab kala orang berkata apa cita-citamu, kau jawab "dokter."
Seakan tidak ada opsi lain. Guru, misalnya.
Hingga beranjak dewasa, kau mulai memasuki dunia SMP. Di situ kau akhirnya mengerti seberapa menguras tenaganya menggapai cita-citamu itu. Dokter.
Dan, kini, kau memasuki dunia SMA. Di situ, keyakinanmu akan pilihanmu tergoyahkan oleh badai orang-orang yang berbicara tentang biaya kedokteran, sulitnya masuk PTN fakultas kedokteran, capenya pulang malem untuk mengejar pelajaran kedokteran yang dua kali lipat dari fakultas biasa, dan lain halnya.
Hadirnya aku di sini, untuk membantumu menetapkan pilihanmu kembali.
Sayang, setiap orang pasti punya pilihan yang berbeda-beda. Ada yang bermimpi menjadi guru tapi berakhir menjadi pegawai bank, ada yang bermimpi menjadi CEO tapi berakhir menjadi pembisnis hebat, ada yang bermimpi menjadi model tapi berakhir menjadi ibu rumah tangga di rumah. Seperti itulah hidup.
Lantas, hati kecilmu bertanya, lalu untuk apa aku mengambil pilihan itu jika nantinya aku berakhir menjadi opsi yang sama sekali tidak aku toleh?
Hei! Tidak apa-apa kalau misalkan nantinya suatu saat nanti kau tidak menjadi seperti yang kau pilih sekarang ini. Setidaknya, kau berani mengambil pilihan. Itu yang terpenting.
Bukan soal, kau harus jadi dokter. Dan kau memaksa dirimu keras agar menjadi dokter. Hingga kau bermain cara curang.
Bukan seperti itu yang terpenting. Karena yang terpenting itu kau paham artinya memilih sebuah pilihan. Mengerti bahwa setiap pilihan itu memiliki resiko yang berbeda-beda bentukannya.
Seperti kau yang memilih menjadi dokter, siap gak siap kamu harus terima resiko jadi dokter --- seperti bayar uang kuliah mahal, kerja lembur di rumah sakit, tempur dengan darah, dan lain sebagainya. Atau menjadi guru --- seperti dicuekin anak murid, udah bikin soal capek-capek pagi-siang-sore-malem tapi ternyata gak ada yang dijawab.
Kamu udah harus mempersiapkan resiko itu semua. Pikirkan pula pilihan-pilihan yang lain jika nantinya opsi pertama yang kau pilih belum tentu terwujud. Lebih baik mencegah daripada menyesali, bukan?
Lantas, kau kembali bertanya, lalu kalau pilihan itu sudah berhasil kuraih tapi ternyata salah?
Kujawab, itu hal biasa. Pasti selama kau menjalani pilihan yang kau pilih, kadang ada hambatan. Seperti pemikiran, ini pilihan bener gak ya, atau sebenernya aku ini pantes gak sih masuk ke dalam pilihanku ini.
Dan itu bersifat s e m e n t a r a.
Dan hal yang luar biasanya lagi adalah kau bisa menghilangkan fikiran-fikiran buruk itu. Kalau kau sudah berani mengambil suatu keputusan, maka cintai pula akibat yang ada di dalamnya. Jangan hanya merasa hebat meraih kedokteran kalau kau belum hebat menghilangkan kekhawatiranmu perihal biaya.
Tenang, Tuhan-mu sebelum kau mendapatkan pilihanmu tetap sama dengan Tuhan-mu sebelumnya. Jadi, tetaplah percaya kepada-Nya. Okey?
with love,
dirimu sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Cape, Tau!
Fiksi RemajaDear Rafshan, Jangan sok jual mahal ya kamu, nanti aku cicil loh.