Selamat berkunjung lagi. Tak usah sungkan untuk mencoba membaca.
Enjoy. Semoga berkenan.
♥♥♥♥
Beberapa paper bag berisi barang-barang berlabel mahal terlempar asal di atas sebuah ranjang. Senyum semringah mewarnai seulas wajah ayu yang tengah berbinar cerah. Sempurna. Pikirnya. Ia melipat tangan di depan dada, menaikkan dagu tergestur puas.
"Ras !! Raras !!" teriakan dibarengi beberapa gedoran di pintu kamarnya, membuat gadis yang dipanggil Raras ini mendengus.
Badannya ia putar malas-malasan. Bukannya berjalan ke arah pintu, ia lebih dulu melepas stiletto hitam yang selesai ia kenakan, diletakkan bersama jejeran sepatu yang lepas ia pakai namun belum sempat ia bersihkan dari debu-debu. Ekor matanya kembali melebar kala melihat rak sepatunya yang masih luang di beberapa tempat. Sebuah seringaian tercetak di kedua ujung bibirnya. Ia harus bisa merayu papa ataupun kakaknya untuk 'bersedekah' uang seharga beberapa pasang sepatu kepadanya.
"Raras !!! Buka pintunya !!!!!" Sebuah teriakan lagi. Kali ini lebih keras.
"Iya. Tunggu !!"
Raras berdecak. Dengan langkah lebar-lebar ia membawa kakinya yang telanjang untuk membuka pintu. Belum juga ia memutar kenob, sebuah kesadaran menghentaknya. Ringisan kecil tersurat dalam sekejap. Setelahnya, Raras mengatur air mukanya seramah dan sesopan mungkin.
"Kemana aja kamu?" Darius bertanya sengit. Pria paruh baya itu berkacak pinggang, menahan geram pada polah anak gadisnya yang semakin sulit diatur.
"Kamar mandi, Pa. Maaf." kilah Raras dengan sebuah cengiran bodoh. Ia berdiri tepat di tengah-tengah pintu, berharap badan kecilnya bisa menutupi paper bag yang berserakan di atas ranjangnya.
Darius melongokkan kepalanya. Ia menghela napas kasar, lalu berusaha menerobos masuk.
"Papa mau masuk. Minggir kamu !!"
Raras merentangkan kedua tangannya, menutup jalan, "mau ngapain?"
"Ini rumah Papa. Terserah Papa mau ngapain. Minggir!"
"Tapi ini kamar Raras. Papa gak berhak-"
"Tentu saja Papa berhak. Mendepakmu saja bisa Papa lakukan, kalau kesabaran Papa kamu uji terus Ras. Minggir !!" desisnya kesekian kali.
Bibir Raras tercebik. Jurus terakhir. Ia langsung memeluk papanya erat. "Papa, Raras gak beli banyak kok. Jangan ya?" kepalanya mendongak, suaranya melembut, matanya merayu.
"Hampir 20 juta Ras."
"Gak setiap hari juga kan, Pa. Papa gak sayang lagi ya sama Raras?"
Darius menyentil pelan dahi putrinya. "Justru Papa sayang sama kamu, makanya Papa gak suka kalau kamu menghambur-hamburkan uang seperti itu. Pakailah untuk yang bermanfaat. Bisa, Sayang ?" Raras menganggukkan kepalanya cepat dan Darius malah mendengus. "Halah. Anggukanmu itu kamuflase. Tidak akan mungkin kamu reaslisasikan. Sudah. Lepas !!" tambahnya kembali sengit. Darius melepas pelukan putrinya paksa. Lalu melenggang masuk ke kamar putrinya yang memiliki dua pintu. Pintu kamar mandi dan pintu ruang menyimpan segala koleksinya.
"Pa..."
"Keluarkan belanjaan kamu !"
Raras menurut. Dua pasang stiletto. Dua buah gaun. Sebuah jam tangan. Sebuah clutch. Juga beberapa botol parfume. Raras meringis melihat ekspresi Darius yang kembali mendesah keras. "Sedikit kan Pa? Jangan dikurangi ya?"
"Peraturan tetap peraturan," Jawab Darius singkat lalu masuk ke sebuah kamar kramat untuk putrinya. Raras menghela napas lelah, dengan malas ia mengikuti sang Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkir Balik Dunia Raras
General Fiction[Complete] Raras Ashadewi, gadis manja yang tengah digulung rindu pada Mama yang meninggalkannya tujuh tahun lalu. Mengabaikan ketidaksetujuan sang Papa, Raras membawa kakinya memulai meniti jejak. Sendiri. Lalu dihadiahi oleh Rob seorang 'teman'. T...