13. Menjemput Kebahagiaan

28.8K 3.4K 46
                                    

"Kapan aku dikenalin sama ibunya Mas?"

Raras memiringkan sedikit badannya, bersandar pada pintu mobil yang bergerak menuju kediaman Mamanya. Memandang Agam serius, seakan ia sudah tak sabar menjadi anak mantu untuk ibunya. Tak tahu saja, bahwa Raras sudah mempunyai banyak cara untuk menggagagalkan semua ini tanpa menyakiti siapapun.

Di balik kemudi, Agam memicing heran. Pasalnya Raras masih terlihat enggan kemarin. Saat ia antar pulang ke hotel pun, gadis itu hanya bergeming. Raut kecewa tak luput dari pandangan Agam. Lalu sekarang gadis itu berubah 180°. Ada apa?

"Siap? Gak takut?"

"Tidak. Justru aku sudah tidak sabar." kata Raras dengan senyum culas lagi.

"Ibuku cerewet, keras. Banyak maunya."

Raras tidak takut. Ia terbiasa menulikan telinga saat papanya mulai berceramah. Raras sudah imun, "Gak masalah. Aku bisa kok." membuat ibumu ilfeel.

"Besok. Siapkan mental." jawab pria itu pendek.

Raras tersenyum semringah. Ia merasa tertantang. Tak sabar rasanya membuat Ibu Agam menolaknya secara terang-terangan. Ibu mana yang akan membiarkan putra semata wayangnya memperistri gadis manja tak tahu bekerja seperti Raras. Masak, mencuci baju juga piring, atau sekadar melipat bajunya, tak bisa Raras lakukan. Kecuali, membersihkan semua koleksi sepatunya dari debu, yang satu itu harus Raras sendiri yang mengerjakannya.

Sebuah kotak berukuran kecil, disodorkan tepat di depannya. Raras menengok, memberi pandangan bertanya yang hanya diberi jawaban anggukan kepala. Perlahan, Raras membuka kotak itu, jujur saja ia terperanjat mendapatkan ini. Cincin. Ah. Jangan terharu, cincin ini pasti harus dikembalikan besok.

"Kok kecil?" komentar Raras mencebikkan bibir.

"Gak usah matre." Balas Agam mencibir.

Raras terkekeh. Ia menimang-nimang cincin emas di depannya. Bukan cincin dengan berliannya yang besar, hanya polos namun terdapat ukiran seperti sulur-sulur. Raras suka. Tapi lagi-lagi ini bukan miliknya. Tak perlu untuk jatuh cinta. Pikirnya mengingatkan.

"Ini cincin ku pakai sendiri?" tanya Raras. Agam menganggukkan kepala, memberi pandangan 'jangan manja'.

"Gak romantis." sinis Raras lalu menyimpan kotak segi empat itu dalam tas.

Sekalipun ini tak akan bertahan lama, tapi setidaknya berlakulah yang manis. Raras juga ingin merasakan dilamar dengan cara yang romantis, bukan paksaan seperti ini. Di lingkari sebuah cincin, lalu dikecup punggung tangannya. Bukan hanya dibelikan, lalu disuruh memasang sendiri. Ah. Salah Raras juga yang berkhayal terlampau tinggi.

Agam tiba-tiba saja, meminggirkan mobilnya. Raras memandang heran. "Cincinnya !!" pinta pria itu.

Raras berubah bodoh, "Hah?"

"Bawa sini cincinnya?"

Hell. Sekarang cincin itu diminta lagi. Menyebalkan sekali pria ini. Dengan bersungut-sungut, Raras meraih kotak beludru berwarna merah itu dari tasnya. Mencebikkan bibir sebal, mungulurkan tangan kirinya masih dengan membuang muka. Persetan dengan kesopanan. Siapa suruh mempermainkannya.

Kotak itu sudah diambil. Raras baru akan menarik kembali tangannya, namun lebih dulu dicekal. Raras menoleh, mendapati tangan kirinya berada ditangan kiri Agam. Sedang tangan kanan pria itu terlihat membuka kotak beludru. Mata Raras memanas. Hatinya membuncah tanpa mampu dicegah.

"Mas..." gumam Raras tak kuasa menahan harunya.

Agam memberinya senyum. Perlahan tangan kanan Agam mendorong cincin emas itu untuk melingkari jari manis tangan Raras. Mengikat gadis itu secara simbolis untuk dirinya sendiri.

Jungkir Balik Dunia RarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang