Baru kali ini Raras merasa 'telanjang' bahkan saat ia berpakaian yang menutup lengan juga betisnya. Pandangan menelisik Agam beberapa jam yang lalu, bukan apa-apa dibandingkan dengan tatapan menghakimi dari ibu Agam sekarang.
Kabur. Hanya itu yang ingin Raras lakukan saat ini.
"Angkat kepalamu, tunjukan pada Ibuku bahwa kamu wanita yang hebat." bisik Agam pelan.
"Agam, jangan dekat-dekat !!" geram Maryam pada anaknya yang telah berani lancang di depannya. Agam meringis, merasa bersalah, menjauhkan kepalanya dari sekitaran telinga Raras, "buatkan tamumu minum." perintah Maryam kemudian.
Agam tak membantah. Pria itu tetap melaksanakan titah Ibunya, sekalipun ia tahu bahwa ia tengah diusir secara halus. saat mata Agam bertemu pandang lagi dengan Raras, Agam tak henti memberikan semangatnya. Agam tahu Raras wanita yang congkak. Tak akan takut pada tatapan Ibunya yang sedikit keterlaluan ini. Agam tahu, wanitanya tak selemah itu.
Bagai mantra ajaib, Raras seperti mendapat suntikan kepercayaan diri. Setelah terlebih dulu mengingat wajah Mama juga Papa, lalu diberi senyum sekali lagi oleh Agam, Raras berani mengangkat kepalanya. Mata juga bibirnya menyunggingkan senyum pada wanita cantik berjilbab panjang berwarna tosca yang menjuntai. Kacamata tersampir sempurna di hidung Ibu Agam ini. Gincu merah memoles rapi di kedua belah bibir beliau. Belum lagi make up yang melekat apik. Terlihat sekali bahwa wanita ini memiliki selera yang tinggi.
"Assalamu'alaikum, Tante."
Maryam bungkam, terlihat enggan. Ia kecewa anaknya benar-benar membawa Raras-anak tiri sepupunya-sebagai calon menantu di rumah ini. Menurut dari penuturan Della, Raras tipe wanita yang pembangkang juga terkesan pemalas di rumahnya yang megah. Bisa menimbulkan strok dini.
"Salam harus dijawab loh, Bu." suara Agam menyela. Datang membawa nampan berisi dua cangkir teh. Jangan berpikir bahwa Agam akan malu membuatkan minuman untuk wanita. Melayani dua wanitanya, tak akan membuat Agam kehilangan harga diri.
Maryam kembali mendelik, "Diam kamu !! Walaikumsalam." jawabnya setengah tidak ikhlas.
Kekehan dari Agam membuat keberanian Raras kian berkobar. Ia tak akan takut. Raras menerima uluran cangkir dari Agam dengan senyuman. Ia meneguk sedikit, membasahi kerongkongannya yang mendadak kering hanya karena sebuah tatapan tajam.
"Bapakmu, asli mana?"
"Semarang, Tante." jawab Raras dengan suara tegas. Sebenarnya, ingin sekali Raras memutar matanya. Pertanyaan Tante Maryam serupa kacangan. Tidak penting.
"Lalu, Ibumu?"
"Mama, Tante. Saya manggilnya Papa dan-"
"Yang sopan kamu !!"
Bibir Raras tercebik. Ia hanya ingin meluruskan. Apa salahnya?
"Ibumu?"
"Malang, Tan."
Mata Maryam memicing, "Coba, bicara pakai bahasa jawa."
"Eh?" Raras benar-benar tidak tahan untuk tidak memutar mata. Syarat tidak penting kembali diajukan kepadanya. Apa hubungan berbahasa jawa dengan menjadi istri Agam, "maaf. Saya ngerti Tan, cuma saya gak biasa bicara pakai bahasa jawa yang-"
Halus. Tambah Raras karena ucapannya lebih dulu disela.
"Jadi gak bisa? Kemayu. Wong jowo ra jawani."
Raras tahu artinya. Ia sedang disebut sok gaya, Raras orang jawa namun seperti tak menghargai budaya jawa. Bukan apanya, Raras bisa bahasa jawa, meskipun dengan logat yang berbeda. Mama dan Papanya terkadang bercakap-cakap dengan bahasa daerahnya itu. Namun, Raras hanya mendengar, dan tak pernah diajari. Raras hanya tahu sebatas bahasa ngoko-kasar. Dan jika ia keluarkan bahasa jawa pas-pasannya itu, Raras akan mendapat sebutan tidak sopan dari Ibu Agam yang jutek ini. Raras serba salah sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkir Balik Dunia Raras
General Fiction[Complete] Raras Ashadewi, gadis manja yang tengah digulung rindu pada Mama yang meninggalkannya tujuh tahun lalu. Mengabaikan ketidaksetujuan sang Papa, Raras membawa kakinya memulai meniti jejak. Sendiri. Lalu dihadiahi oleh Rob seorang 'teman'. T...