Tak urung Agam menarik sebuah senyum. Pandangannya berbinar kala menangkap display picture kontak BBM Mega berubah menjadi fotonya bersama dengan Raras. Keduanya sama-sama cantik. Mega dengan kebaya warna biru mudanya, juga Raras yang bergaun putih.
Yang paling menarik adalah Raras tak menggunakan gaun yang Agam cela terlalu terbuka delapan hari yang lalu. Gaun putih gadis itu berlengan meski tak panjang. Setidaknya bagian atas dadanya tertutup. Hati kecil Agam berteriak girang. Dengan bodohnya, Agam berharap bahwa Raras menukar gaunnya, berkat mempertimbangkan komplain yang Agam lemparkan.
Kegilaan Agam terinterupsi oleh ketukan di pintu ruangannya. Diikuti oleh sekretarisnya yang masuk dengan membawa beberapa map. Agam diam, namun memasang posisi tegak. Alisnya terangkat, bertanya tanpa suara.
"Permisi, Pak. Ini surat kontrak bersama PT Eka Sanjaya." Kata Dita menyerahkan map. Agam hanya mengangguk. Membiarkan map itu tergeletak begitu saja.
"Apa lagi?" tanya Agam skeptis, kala Dita masih diam di tempatnya.
"Bisa di tanda tangani sekarang, Pak? Eka Sanjaya, membutuhkan salinannya secepat mungkin." jawab Dita tanpa takut. Hampir dua tahun ia menjadi sekretaris bossnya yang terkenal galak ini. Ucapan skeptis bahkan sinis, hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Ia tak menghiraukan apapun itu ceramahan Agam, asal semua pekerjaannya diterima, dan di awal bulan rekeningnya akan tertransfer beberapa jumlah uang. Semua sudah cukup.
Agam berdecak. Ia mulai membuka surat kontrak itu. PT Eka Sanjaya adalah klien yang ia dapat saat mengunjungi jakarta minggu lalu. Semuanya berjalan baik. PT Eka Sanjaya tak banyak rewel mengenai pasal-pasal yang mereka sepakati. Mulai minggu depan pengiriman berbagai jenis buah-hasil perkebunannya-serta berbagai jenis olahan dari buah-buahan itu mulai bisa didistribusikan.
"Kamu mau nunggu di situ?" Sinis Agam kala melihat Dita masih mematung di tempatnya tak bergerak barang selangkah.
"Tidak bisa dipercepat ya, Pak? Soalnya keburu mau—"
"Saya mesti pelajari baik-baik surat kontrak ini Dit. Kamu pikir baca saja tanpa dipahami, tak menimbulkan risiko. Berapa banyak pasal di sini? Semuanya harus ku perhatikan satu per satu. Kalau-kalau ada kesalahan kontrak lalu menimbulkan kerugian, siapa yang mau tanggung jawab, hah?" Sengit Agam kesekian kalinya. Sekretarisnya ini benar-benar melunjak.
Dita mencebikkan bibir. Ia menggosok kupingnya menghina. "Setengah jam bisa, Pak?" bukan apanya. Kerjaan Dita masih menggunung. Ia harus menyelesaikannya dengan cepat jika tak ingin melembur.
Astaga. Kalau saja kerjaan Dita tak baik. Kalau saja Dita sedikit kecentilan kepadanya, Agam benar-benar akan memecat gadis ini. Ketidakpedulian Dita membuat kesabaran Agam menipis.
"Ya !! Setengah jam !!"
Dita menyengir lebar. "Terimakasih, Pak." kata gadis itu lalu melenggang pergi tanpa permisi.
Agam kembali mencibir. Ia sudah berniat mempelajari surat kontrak itu, namun ekor matanya tergoda dengan status yang Mega cantumkan. Mega memang terlampau ekspresif di dunia maya. Tapi barisan kata yang diposting gadis itu semalam yang membuat Agam melebarkan mata.
'Keep strong, Raras. Kakak sayang Raras.'
Enam kata, bonus dengan emotican cryingnya. Jika dalam keadaan normal, Agam hanya akan mengacuhkan ekapresi macam ini. Menurut Agam tak penting mengabarkan pada semua orang, tentang seluruh kegiatanmu. Berlebihan. Tapi kali ini Agam tak bisa hanya acuh. Mendapati nama Raras tersebut dua kali saja, sudah menimbulkan sengatan kecil yang asing di hatinya. Dari susunan kata yang digunakan Mega, nyatanya membuat otak Agam bekerja keras. Apa yang terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkir Balik Dunia Raras
General Fiction[Complete] Raras Ashadewi, gadis manja yang tengah digulung rindu pada Mama yang meninggalkannya tujuh tahun lalu. Mengabaikan ketidaksetujuan sang Papa, Raras membawa kakinya memulai meniti jejak. Sendiri. Lalu dihadiahi oleh Rob seorang 'teman'. T...