Honey-Hiking

58.1K 3.9K 239
                                    

"Raras..."

Seperti merasa terpanggil, Raras menggeliat pelan. Belum juga matanya sempurna terbuka, hawa dingin lebih dulu menyerang. Batal. Raras lebih memilih bergelung pada lengan Agam lagi.

"Hei..." Agam menepuk-nepuk pipinya halus, bukannya terganggu alih-alih Raras merasakan serbuan hangat yang menjalar, "udah sampai hotel. Nanti tidur lagi." tambah Agam masih berbisik.

"Bentar lagi, Mas. Dingin banget." gumamnya.

"Nggak ada. Ayo bangun sekarang. Sopirnya nggak kerja buat nungguin kamu tidur..."

Raras berdecak sebal pada aksi cerewet Agam. Masih dengan mengucek mata Raras menegakkan punggung. Dua manik kecoklatan itu berkeliaran, mendapati bangunan hotel juga perbukitan tepat di belakangnya yang sedikit terselimuti kabut. Sebal Raras kembali tersulut, hingga gerakan mendorong Agam yang membuat bahu pria itu membentur pintu terjadi dengan spontan.

Agam sedikit meringis, Raras pun cengengesan merasa bersalah. Mata Agam mendelik tajam ke arahnya, sementara sopir di balik kemudi tertawa kecil.

Tapi secepat itu rasa acuh menguasai hati Raras. Siapa suruh Agam menyebalkan? Salahkan juga Nabila yang tukang pamer. Belum apa-apa Nabila malah sudah merencanakan honeymoon keduanya ke Korea. Sedang Raras satu kalipun tidak. Raras merengek di awal pernikahan mereka cuma Agam bilang itu tidak penting. Raras diam setelah itu, membenarkan dalam diam. Untuk apa honeymoon? toh suasana di kamar mereka cukup menyenangkan untuk bermesraan.

Tapi tidak setelah dua bulan kemudian kabar dari Nabila itu sampai di telinganya. Raras panas. Raras ingin juga merasakan honeymoon. Pergi jauh, yang tak ada seorang pun mengenal mereka. Bukan hanya cukup dengan pergi ke alun-alun tiap malam minggu atau bahkan pantai balekembang saja. Itu terlalu dekat. Itu terlalu.. Ah, apa bedanya dengan orang berpacaran?

Sekali lagi, Raras merengek. Perlu dua hari merajuk, hingga berakhir demam untuk membuat Agam luluh. Raras kegirangan. Ia sudah memiliki destinasi yang ia gadang-gadang sebelumnya. Jepang. Langsung ditolak. Oke, Singapura lebih dekat. Ditolak lagi. Lombok yang dekat dan biaya murah juga tak membuat Agam mengangguk. Rupanya Agam punya pilihan sendiri. Yang mau tak mau harus Raras ikuti kalau tetap ingin merasakan honeymoon. Dan pilihannya adalah Bromo.

Yang benar saja? Ini honeymoon atau hiking? Nabila tertawa setan karena ini.

"Dari agen kami, agenda hari ini bebas Mas. Besok pagi pukul tiga saya akan stand by di sini lagi menjemput Masnya sama Mbaknya menuju penanjakan 1. Tapi jika memang sudah ingin berkeliling sekarang, pihak hotel memfasilitasi kendaraan sewa." sopir yang menjemput mereka untuk kemudian juga sebagai tour guide sedikit menjelaskan. Agam tampak melirik Raras, sementara Raras membuang muka. Wanita itu masih marah.

"Istri saya nampaknya kelelahan. Biarlah kami istirahat saja di hotel."

Sopir berusia akhir tiga puluh itu, mengangguk sopan. Sedikit berbasa-basi sebelum Agam menyeret Raras turun dari mobil. Sopir yang—belakangan diketahui—bernama Awal itu bahkan berbaik hati membantu Agam mengangkat dua tas besar ke dalam hotel. Pak Awal undur diri setelah itu.

"Duduk sini dulu. Aku check-in sebentar."

Raras mengangguk. Matanya kembali berkeliling ke sekitar sudut hotel yang telah Agam reservasi sebelumnya. Tak banyak yang menarik. Tak banyak pengunjung yang berlalu lalang di sekitar lobi. Barangkali tengah bergelung selimut tebal di kamar mereka. Atau sekadar menyeduh kopi panas sembari bersenda gurau, sejenak melupakan dingin yang menjadi. Entahlah Raras tak bisa bercerita banyak sementara ia tidak dengan ikhlas pergi ke tempat ini.

Udara dingin membuat gigi-gigi Raras bergemeletuk. Ia merapatkan jaket tebal yang membalutnya. Memeluk tubuhnya sendiri lebih erat. Agam bilang suhu di Bromo amat dingin. Jauh lebih dingin dari Malang yang sudah mampu membuat Raras memusuhi air. Perlu sebuah kaos, berlapis jaket tebal untuk sedikit membuat perasaan Raras membaik. Raras terbiasa dengan suhu Jakarta yang membakar, merasakan dingin tak membuatnya seperti di surga. Ini sama saja menyiksa.

Jungkir Balik Dunia RarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang