when i first saw you

2.5K 110 5
                                    

"Dijodohin sama anak sahabat papah? Fans sendiri pula. Gimana sama karin? Emangnya masih jaman ya?" Ujar ali yang sedang duduk di kursi santai menoleh pada irwan yang berdiri dihadapannya.

"Iya, namanya prilly. Kata ayahnya dia itu ngefans sama kamu. Dikamarnya banyak foto kamu. Disetiap sudut kamarnya. Katanya dia antusias banget tentang perjodohan ini. Udah deh pokoknya papah gamau tau. Mau engga mau kamu harus di jodohin sama dia. Papah gak enak sama keluarganya Rawles. Rawles sahabat baik papah sejak kuliah. Dan dulu kita pernah saling berjanji tentang hal perjodohan ini. Demi tetap terjaganya silahturahmi." Ucap irwansyah pada ali.

"Tapi paaaahhh... ali kan udah punya karin. Gimana ali sama karin kalo ali nerima perjodohan ini? Ali aja gak kenal sama prilly itu. Ayolah pah ini 2016 bukan jamannya lagi jodoh jodohan kaya masa-nya papah. Ali udah gede pah. Ali bisa nentuin pilihan hidup ali sendiri!! Lagian papah kan yang buat perjanjian? Kenapa harus ali sih yang tanggung jawab? Ali tetep gak mau pah!" Kata ali berusaha menolak.

"Ya karna cuma kamu anak papah! Kamu kenalan aja dulu sama dia. Lagian karin cuma pelampiasan kamu doang kan? Jangan mainin perasaan perempuan ali. Walaupun perempuan sebelum dia ngehianatin kamu. Kamu gak boleh lampiaskan kekecewaan kamu sama perempuan lain." Irwan menghampiri ali, duduk disebelahnya sembari membuka koran yang diatas meja.

"Ini gak ada hubungannya sama dia pah. Ali udah kubur semua hal tentang dia. Ali gak main main sama karin. Ali lagi berusaha ngebangun semuanya dari awal. Udah deh pah gak usah ngalihin pembicaraan. Pokonya ali tetep gak mau dijodohin sama prilly itu. Titik." Tolak ali tetap pada pendiriannya.

"Prilly atau papah stop kamu dari dunia ke artisan?!" Ancam irwan akhirnya membungkam mulut ali, meletakkan koran ke atas meja, ali menoleh geram pada papahnya, irwan benar benar tidak bisa dibantah pikirnya.

"Tsk... oke! Kita liat aja pah. Sampe mana si prilly itu bisa bertahan sama ali nantinya." Ancam ali balik kepada sang ayah.

"Papah yakin. Kamu yang nanti-nya gak akan pernah bisa pergi dari dia. Jam 7 malam kalian ketemu di reechese factory resto. Jangan sampai telat. Karna prilly dianter sama om rawles" sahut irwan yang kini tengah menyenderkan bahu nya kembali ke kursi.

"Om rawles ikut tapi papah enggak?" Ali menoleh pada irwan.

"Dia cuma nganter anaknya aja. Makanya kamu jangan sampe telat. Pulangnya kamu anter dia" jawab irwan sambil berlalu meninggalkan ali di taman belakang rumahnya.

"Sayang... maaf yaa malem ini gabisa. Besok aja gimana?" Ucap ali kesambungan telefon karin.

"Kok gitu sih dadakan. Aku udah hampir siap loh yang.. masa gak jadi sih?" Ucap karin cemberut di seberang sana.

"Iya papah mendadak minta anterin ke dokter jantungnya yang. Besok aja ya.. filmnya juga kan masih ada besok yang" rayu ali kepada karin.

"Terserah kamu ajadeh aku juga udah gak mood. Gajadi aja juga gapapa." Sahut karin kesal memutuskan sambungan telefon ali.

"Arrrrrrrrrrrrgggggggggggggh"

***


Jam tujuh kurang lima menit ali sudah sampai di reechese factory resto.

"Sudah reservasi mas?" Tanya salah satu resepsionis cafe di pintu masuk.

"Udah mba, table 8 atas nama naufal aliansyah." Jawab ali kepada resepsionis.

"Atas nama bapak naufal aliansyah table 8. Mari mas saya antar." Ujar resepsionis. Ali menganggukan kepalanya setuju.

True Love (In Any Condition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang