Setelah kemarin malam Prilly dan Ali mendapatkan hasil pemeriksaan dari dokter yang mengatakan kalau prilly benar benar tengah mengandung anaknya. Sikap Ali bertambah semakin protective. Semua gerak gerik prilly diperhatikannya. entah mengapa kali ini Ali merasa harus lebih extra untuk menjaga istri dan calon anaknya itu.
"udah taruh aja, nanti aku yang kerjain! " prilly membalikan badannya dari wetafel menghadap Ali, mendelik kesal pada Ali sembari meletakkan piring kotornya yang hanya dua biji beserta sendok dan garpu juga gelas. Pasalnya dari semalam prilly benar benar tidak boleh melakukan hal apapun. Dia hanya boleh tiduran dikasur, kecuali shalat. Bahkan sarapan tadi pagi pun Ali yang Memaksa membawanya ke kamar.
"aku mau charge ponsel nih, gak sekalian kamu yang nyolokin juga?? " ucap prilly membuka suara dengan tatapan yang sedikit jengah. Ali yang sedang bersandar di pintu kulkas pun tersenyum mendengarkan ucapan bernada protes dari sang istri.
"sini, mana ponsel kamu?! " ucap ali tersenyum jahil.
"nyebelin tau!!" ucap prilly menghentakan kakinya meninggalkan ali di dapur. Ali tersenyum membuntuti istrinya, melihat tingkah prilly yang sedang jengkel terhadapnya.
"aduhhh" tiba tiba prilly terjatuh akibat tersandung karpet diruang tv. Ali refleks menarik lengan prilly yang nyatanya sudah terlambat. Prilly meringis kesakitan memegangi engsel kakinya. Sontak ali jongkok memegangi kaki prilly.
"sakit banget? " tanya Ali panik. Prilly juga memegangi perutnya. Sembari meringis.
"kan aku udah bilang kamu jangan banyak gerak. Gini kan kalau gak dengerin aku?! Ayo kita kedokter! " ucap Ali dengan intonasi yang naik satu tingkat. Prilly hanya diam meringis. Sedikit terbesit perasaan sedih mendengar gentakan ali.
Saat Ali hendak mengalungkan tangannya di balik lutut dan bahu prilly, prilly menghindar menolak.
"aku bisa sendiri! " ucapnya kesal. Menopang tubuhnya pada sofa disebelahnya. Berjalan merembet dari satu sofa ke sofa lain dari dinding satu ke dinding lainnya sampai dia berdiri diluar pintu rumah.
Bisa bisanya dia marah disaat gue lagi kesakitan! Kesalnya dalam hati.
Tak lama Ali keluar rumah dengan memegang handbag berpita warna biru milik prilly. Setelah mengunci pintu. Tiba tiba ali menggendong prilly membawanya kedalam mobil. Prilly sempat terkejut, namun dia berusaha bersikap biasa saja. Setelah meletakkan prilly di kursi depan, ali yang hendak menutup pintu mobil kalah cepat dengan prilly yang menariknya hingga terbanting keras.
Ali menghela nafas memperhatikannya dari luar jendela. Prilly membuang muka menghadap kedepan sembari memegangi perutnya yang terasa keram. Entah kenapa saat ini perasaan prilly lebih sensitif.
"aku tuh khawatir sama kamu, " ucap ali lembut sembari menjalankan pajero putihnya meninggalkan perkarangan rumah. Sementara prilly memilih memperhatikan jalanan disampinya tidak memperdulikan perkataan ali.
***
"ini hanya keram aja. Kaget waktu jatuh. Tapi lain kali harus hati-hati ya apalagi usia kandungannya masih sangat rentan terhadap benturan." ucap dokter kandungan pada sepasang suami istri di depannya itu. Ali sedari tadi mengenggam tangan prilly tanpa mendapat respon balik dari prilly. Ya ali tahu, kalau istrinya itu masih tersinggung dengan ucapan bernada tinggi dirumah tadi.
"tensi nya naik ya bunda, dijaga emosinya ya. Gak boleh banyak pikiran. Ayahnya juga bantu jaga emosi bundanya ya."
"iya dok, terus keram ini gimana ngilanginnya. Saya gak nyaman." ucap prilly membuka suara. Melepaskan genggamn ali dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love (In Any Condition)
Romance"mimpi apa bisa dijodohin gini sama dia, Ali my fav idol?. Serius kan Naufal Aliansyah? Thanks papah!! " Prilly Moonela Rawles, 20 tahun. "Dijodohin sama anak sahabat papah? Fans sendiri pula. Ya tuhan pah, masih jaman emangnya?!" Naufal Aliansyah...