Perempuan itu memandangi punggung Ali dengan tersenyum. Bohong kalau ia tidak menyimpan rasa terhadap Ali setelah beberapa bulan hidup satu atap dengannya, mengurus segala keperluan lelaki itu beserta anaknya, Rasa kehilangan yang mendera hidupnya seolah tergantikan oleh hadirnya Ali dan Uti, merasa bahwa dia memiliki sebuah keluarga yang utuh, Namun langkahnya harus terhenti, karena dia menyadari bahwa Ali bukanlah miliknya.
***
Sudah berbulan bulan prilly tidak memberikan respon.
Keluarga sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Bahkan ali sudah mengikhlaskan sang istri jika memang takdir lebih menginginkannya pergi.Disaat Uti buah hati mereka menginjak satu tahun. Secerca harapan pun tak kunjung diberikan. Hanya ada tubuh prilly yang terkulai lemah dengan selang terpasang di hidungnya. Beberapa Alat dan kabel menempel di tubuhnya.
Dokter menjelaskan. Hal ini dikarenakan tubuh sang istri sangat lemah bahkan sebelum di diagnosa mengalami eklampsia saat hamil.Tubih mungil yang terlihat tangguh dan ceria. Ternyata menyimpan sejuta kelemahan.
"Mama cuma bisa kasih saran. Dan mudah mudahan ini yang terbaik untuk kalian bertiga. Lebih baik alat-alat itu dilepaskan.
Kasihan prilly. Karna keegoisan kita menginginkan dia tetap berada disisi kita, dia tersiksa. Biarkan dia pergi li." ucap sang mama kepada Ali yang kini tengah duduk di sofa ruang keluarga.Ya, malam ini seluruh keluarga Ali berkumpul. Termasuk Roger sang ayah tiri dan Lisa saudara tiri nya.
"apa yang mama kamu bilang itu bener li. Kita harus merelakan prilly, sudah cukup dia tersiksa selama berbulan bulan." ucap sang ayah.
"benar kata orang tua kamu li. Demgan kamu menahannya seperti itu. Itu hanya membuat istri kamu semakin sakit. Biarkan, lepaskan dan relakan. Tubuhnya memang disini, tetapi jiwa nya tidak." ucap Roger sang ayah tiri
Ali mengepalkan kedua tangannya sendiri,memejamkan mata dan mencerna setiap ucapan orang tua di depannya. Lisa yang duduk disamping diri nya sembari menimang Uti pun hanya bisa mengelus punggung laki laki yang diam-diam dia kagumi itu.
"aku harus bagaimana ya tuhan" lirih Ali sembari bersandar pada sofa.
"semua keputusan ada di kamu li. Kamu yang tau apa yang terbaik untuk istri kamu. Walaupun dokter sudah menyerah dengan semua-nya. Kamu yang berhak menentukan." ujar Lisa menenangkan Ali.
Ali menoleh ke arah perempuan yang sedang menyusui Uti anaknya. Mengamati seluruh wajah yang ada diruangan ini.
"Bismillah, besok Ali akan kerumah sakit, memetujui pencabutan alat di tubuh prilly." ucap Ali dengan tegas.
Dan benar saja semua orang yang ada diruang itu terkejut dengan keputusan Ali. Pasalnya usulan ini sudah jauh di berikan kepada Ali. Tapi tetap saja Ali menolak dan merasa yakin bahwa sang istri akan kembali.
"semoga ini memang yang terbaik li. " ucap sang mama kepada Ali.
Ada perasaan lega yang menyelimuti hati Lisa. Perasaan senang mengetahui bahwa akhirnya Ali merelakan sang istri untuk pergi. Tetapi apa tidak terlalu jahat dengan pemikiran yang sedang ia miliki saat ini.
"aku emang gak tega ngeliat mereka tersiksa, tapi aku lebih tersiksa liat mereka seperti itu berbulan bulan lamanya. Dan aku lebih tersiksa karena hatiku tak kunjung ada balasan, apa aku terlalu jahat mengharapkan sesuatu yang belum pasti. Walau kemyataannya sesuatu yang pasti datang menghampiri selangkah lagi? Maaf Prilly, doa ku terlalu jahat" gumam Lisa dalam hati.
******
"Prilly kembali ma ,pa. Dia siuman!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love (In Any Condition)
Romance"mimpi apa bisa dijodohin gini sama dia, Ali my fav idol?. Serius kan Naufal Aliansyah? Thanks papah!! " Prilly Moonela Rawles, 20 tahun. "Dijodohin sama anak sahabat papah? Fans sendiri pula. Ya tuhan pah, masih jaman emangnya?!" Naufal Aliansyah...