Fifthy fifthy

1K 48 1
                                    

Sebaik apapun manusia merencanakan, tetap Tuhan yang mempunyai kehendak.
Kamu pengennya bahagia, tapi tuhan pengennya ngetes kamu dengan cobaan, eh jadi sedih.
Kamu lagi sedih, Tuhan kasih kamu sebuah harapan, eh kamu langsung bahagia.
Kamu lagi sedih, Tuhan kasih kamu cobaan, eh tambah sedih.
Tuhan cuma pengen tahu, sampai mana batas kesabaran dan keihklasan kita menerima titah-Nya. Dia cuma pengen ngetest seberapa tunduk kita ke Dia. Tuhan gak akan ngasih cobaan diluar batas kemampuan kita. Tuhan bakal kasih kita kebahagiaan yang gak akan bisa kita kalkulasikan dengan angka berapapun. Tuhan sebaik itu. Percaya aja sama kehendaknya.

Layar Electrodiagraph penanda kehidupan prilly dari hari ke hari, minggu ke minggu masih sama. Bayi perempuan yang dilahirkan prilly kini sudah tertidur pulas di gendongan vannesa.
Ya.. Setelah Nesa selesai menyusui Anaku Putri Apriliansyah di samping keranjang bayi di ruang vvip, buah hati Ali dan Prilly. Nesa memperhatikan Prilly yang kini masih terbaring koma 3 minggu lamanya dirumah sakit setelah melahirkan bayinya.

"Li ini hasil pumping gue tadi baru dapet 6 botol, tolong tulisin exp date nya ya, uti udah tidur nih abis gue susuin, nanti gue balik lagi. Gue nitipin Dara ke tante gue sambil nunggu nyokap balik checkup, gue jemput dulu ke tante, anter ke nyokap abis itu gue kesini lagi. Nanti gue suruh Bimo ke sini gantiin jagain prilly, lo balik, mandi, makan, tidur baru kesini. Prilly juga pasti empet kalo nanti sadar laki nya kaga mandi tiga hari." ucap Nesa panjang lebar sembari menyelimuti baby Uti dan mengemas barangnya. Ali tersenyum mendengar ocehan Nesa. Terkadang sahabat istrinya ini lebih cerewet.

"Iya mama, ali nurut kata mama." sahut Ali meledek. Nesa mendelik kearah Ali.

"gue serius, pokoknya awas aja kalo nanti gue balik lagi lo belom lakuin apa yang gue suruh." ucap Nesa menghampiri Prilly mengusap kepalanya lembut. "Prill, gue balik bentar, abis itu lo bangun ya? Kasian anak lo kangen emaknya." Nesa memakai flat shoesnya yang dia letakan di rak sepatu kamar prilly, mengganti sandal swallownya.

"percuma, ga ada respon." ucap Ali menegurnya. Nesa menoleh saat memegang gagang pintu.
"iya sih, tapi katanya, kalo orang koma alam bawah sadarnya tuh masih aktif. Dia bisa denger apa yang kita omongin. Walaupun tubuhnya belum bisa merespon. Inget gak pengajian kemarin diruangan ini, prilly netesin air mata?" Nesa mengangkat alisnya mengingatkan Ali, Ali mengangguk, "nah, thats the point. Makanya kita harus sering sering ajak dia ngobrol, ajak balik. Siapa tahu dia ngerespon. Who knows!" ali mengangguk mengiyakan.
Kejadian prilly meneteskan air mata seminggu yang lalu itu membuat semua orang berharap bahwa prilly sudah sadar. Tapi ternyata dokter bilang itu hal yang wajar dan sering terjadi pada seseorang yang sedang mengalami koma. Ya, harapan orang sekitar prilly pupus setelah dokter anthony menjelaskan hal itu.

Nesa Sudah pergi, saat ini hanya ada Ali, Prilly dan Uti bayi mereka. Sesekali Uti menangis, menggeliat mencari puting sang ibu, padahal setelah dia lahir, Nesa lah yang menyusui anaknya. Ali bergegas menuangkan Asi dari botol beling khusus Asi ke botol susu breast nipple dari lemari pendingin khusus Asi untuk diminum putrinya.
"anak ayah doain bunda yaa..." ucap Ali mengelus pipi putrinya yang sudah mulai tertidur lagi setelah diberikan minum.

Penyakit yang di alami Prilly selama masa kehamilannya membiat dirinya terbaring tidak sadarkan diri setelah melahirkan. Ali sudah siap dengan resiko yang sudah di jelaskan oleh dokter Anthony.

Kalau boleh memilih Ali lebih menginginkan prilly dalam keadaan baik bauk saja. Tidak seperti ini. Kehidupan istrinypun diprediksi hanya 50%. Ya fifthy fifthy.

50% bisa saja istrinya kembali sadar dan pulih.
50% bisa jadi istrinya takkan pernah kembali. untuk yang satu ini Ali masih belum bisa untuk menerimanya. Dokter hanyalah manusia biasa yang bisa memprediksi kehidupan seseorang. Tapi jika tuhan berkehendak lain? Gempa bumi berkekuatan 10 scala richter pun jika tuhan tidak menginginkan terjadinya tsunami ya tidak akan terjadi. Walaupun pihak pihak tertentu sudah merinci dengan kalkulasi yang sudah sangat matang dan menyatakan berpotensi tsunami.

Ali menghela nafasnya saat dokter Anthony selesai memeriksa prilly.

"jika kita memaksakan terus seperti ini. Kondisi istri kamu akan semakin memburuk. Sudah hampir tiga minggu lebih kita tidak pernah menerima respon apapun dari dia."

"tapi dok, waktu itu prilly sempat mengeluarkan air mata? Dokter gak lupa kan?" sahut Ali bersandar pada dinding.

"itu hal yang wajar, tapi itu tidak mempengaruhi perkembangannya sama sekali. Tubuhnya sudah tidak merespon dosis dosis obat yang saya berikan. Tidak ada kemajuan. Satu langkah terakhir yang bisa saya lakukan adalah menambah dosis obat lebih tinggi. Tapi tentu resikonya lebih parah. Saya tidak mau memberikan harapan harapan manis. Jika tubuhnya menerima dengan baik dosis yang saya berikan nanti, kemungkinan kecil dia akan pulih, dan itu Kemungkinan kecil." ucao Dokter anthony menegaskan, "dan Jika dia tidak merespon dengan baik dengan dosis yang saya berikan nanti. Resiko terburuk yang akan kita terima adalah kematiannya."
Tubuh Ali melemas. Jantungnya berdegup sangat cepat. Dokter anthony mengucapkan permisi meninggalkan ali yang memeluk lututnya di lantai.

***
6 bulan kemudian.

"Li, Uti makan dulu nih... Buburnya udah jadi. Kamu mau berangkat jam berapa?" Ali menghampiri Lisa yang tengah menyiapkan sarapan di dapur.

"thank you ca." ucap Ali sembari mendudukan Uti ke baby chair.

Uti atau Anaku putri Apriliansyah kini sudah berusia tujuh bulan. Bayi mungil yang sangat aktif, matanya bulat, alisnya tebal terbentuk sempurna seperti ayah dan ibu nya. Bibirnya tipis seperti ibu nya. Kulitnya putih. Like father like daughter.

"kamu gak jadi interview hari ini?" tanya Ali sesekali menyuap makanan kemulutnya dan menyuapi Uti makan.

"jadi, tapi diundur jam satu siang. Makanya nanti Uti Aku titip ke mama aja ya? Kayaknya aku sampai sore pulangnya. Kamu bisa kan baliknya jemput Uti?" Ali mengangguk meng-iyakan.
Lisa menarik kursi disamping ali.
"kalau ada perkembangan kasih tau aku ya? Jangan nanggung semuanya sendiri. Gak baik." Ali mengangguk tersenyum saat Lisa mengusap lengannya dengan lembut. "kamu berangkat jam berapa?" tanya Lisa sekali lagi.

"sehabis mandiin Uti aku berangkat." Lisa mengangguk berdiri menyiapkan botol susu dan segala perlengkapan Uti ke dalam baby bag.

"Aku siap siap dulu, tolong masukin perlengkapan Uti kemobil ya?" pinta Lisa.

"siap nyonya" sahut Ali sembari mengangkat tubuh mungil Uti dari baby chair.

"Anak endut, anak ayah mandi dulu kita..." ucap ali sembari menggelitik perut Uti, sang anak pun tertawa kegelian.

"jangan di geliin ayah, uti habis makan nanti muntah." tegur Lisa yang sedang mengambil Handuk di jemuran belakang.

"iya ibun, ayah nakal." sahut Ali menirukan suara anak kecil.
Lisa tertawa sembari melempar handuk Uti ke arah Ali.
"resekk." mereka pun tertawa.









Hayooooo lisa siapa hayoooo..
Prilly kemana hayoooooooooo
Hayoooo jodohku mana hayoooo 😭😭

Jangan ditimpuk karna lanjutnya kebangetan lama yaaa.. Aku sibuk bet. Sibuk mikirin jodoh yang gak kunjung datang. Haha..

True Love (In Any Condition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang