Alisa Meliassegaf

928 43 0
                                    

Ayah dan ibu Ali berpisah sudah sangat lama. Rasa sesak, sakit hati, dendam, marah sudah Ali lewati. Di umurnya yang semakin bertambah dan statusnya yang kini sudah menjadi seorang ayah mulai merubah cara Ali berfikir dan memandang suatu masalah diselesaikan dengan bijak.

Ali memaafkan ibunya, yang setahun lalu menemui dirinya dirumah sakit dua hari setelah Prilly dinyatakan koma. Ibunya datang bersama anak tiri dari suami barunya, gadis itu bernama Alisa Meliassegaf.

Awalnya Ali sangat terkejut tapi. Mamanya datang menawarkan sebuah bantuan yang sangat dibutuhkan Ali. Ali tidak menolak. Dia menerima demi kebaikan Anaknya.

"Lisa bakal bantuin kamu ngurus semuanya Li. Lisa juga bisa mengurus bayi." ucap Mama Ali. Ali mengernyitkan jidatnya berfikir sejenak.

"kenapa gak mama aja yang bantuin Ali?" tanya Ali tanpa basa-basi.

"belum bisa sayang. Suami mama papanya Lisa ditugaskan ke german. Dan mama harus menemani nya. Mama mohon Li. Terima saran mama. Kamu bisa bantu lisa dan Lisa bisa bantu kamu. Adil kan? Kamu gak perlu gaji Lisa. Dia hanya ingin mengobati luka nya." jawab Mama Ali.

"maksudnya?" ibundanya pun terdiam sejenak. Tidak enak hati memberitahukan masalah yang sedang dialami putri tirinya itu. Setelah hening beberapa saat akhirnya Lisa angkat bicara.

"Anak dan suami saya meninggal dunia sebulan yang lalu kecelakaan tunggal di Amerika." Ali mengangguk mendengarkan penjelasan Lisa. "jadi setelah denger Anak mama lagi ada kesulitan, aku langsung menawarkan diri. Tadinya mama bingung karna papaku juga harus pergi ke german lusa. Boleh aku bantu kamu? Siapa tau, dengan ngurus anak kamu, bisa ngurangin rasa kangen aku sama anakku." ucap lisa.

"usia berapa anak kamu saat itu?" tanya Ali.

"Enam bulan. Dia masih bayi, anakku laki laki, namanya Erlan Adremi. Mereka kecelakaan saat akan menjemputku di kampus." jelas Lisa lagi.

"aku turut berduka cita. Kamu masih kuliah?" tanya Ali dan Lisa mengangguk.

"yaa, dan aku ambil cuti entah sampai kapan" jawab lisa.

"oke, lusa kamu bisa pindah kerumahku."


****

Kurang lebih Setahun sudah berlalu. Uti sudah menginjak usia sebelas bulan. Bayi cantik menggemaskan ini sedang belajar untuk berdiri. Tubuhnya yang gempal, matanya yang bulat, pipinya merona giginya baru tumbuh dua di gusi atas dan dua di gusi bawah menyerupai gigi kelinci. Uti berdiri merembet memegangi pinggiran sofa diruang tv.

"anak ibun udah gede yaaa.. Uda bica apaciii..." Lisa memegangi badan Uti agar tetap seimbang. Uti tertawa sambil mengoceh tidak jelas.
"abreeww bubibibababa"
"Uti mau apa sayang. Uti laper??" tany lisa.
"nyennyennyen" racau Uti menunjuk dada Lisa.
"Uti haus yaa. Mau nyenyen iya? "ucap Lisa menggendong dan menciumi Uti gemas. "sini sayang, nyenyen sama Ibun yaaa" setelah memastikan seluruh putingnya masuk kedalam mulut Uti, Lisa membawa Uti masuk kedalam kamarnya.

Ya, setelah kepindahan Lisa Kerumah Ali, Lisa meminta izin Ali untuk menyusui Uti. Karna produksi Asi Lisa masih melimpah setelah sepeninggal Erlan putra semata wayangnya.  Ali menyetujui meskipun membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu untuk berfikir dan menimang. Karna Nesa harus pergi keluar kota menemani Bimo yang dipindah tugaskan oleh kantor.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Dan Uti masih belum mau melepaskan puting Lisa. Uti memang seperti itu. Dia baru akan melepaskan kalau Lisa ikut terlelap bersamanya.

"saa..lisaaa..." panggil Ali mengetuk kamarnya. Tidak ada jawaban. Pintu pagar dan pintu utama rumah tidak terkunci.
Lampu semua padam belum dinyalakan saat Ali sampai. Ali memasuki kamar Lisa yang gelap gulita. Ac kamarnya menyala, berarti mereka sudah tertidur. ali menyalakan saklar lampu, membuat lisa terbangun dan mengerjapkan mata. Lisa lupa kalau dia sedang menyusui Uti, dan kancing baju atasnya masih terbuka.
Ali melotot sejenak dan mengalihkan pandangannya.

"kamu baru pulang Li?" ucap Lisa sambil menguap. Ali mengangguk masih enggan menatap Lisa.

"iya, aku kaget aja pintu gak ke kunci lampu pada mati, kirain ada apa apa. Lain kali jangan kayak gini ya, bahaya." ucap ali masih menghadapkan mukanya ke tembok. Lisa bingung dengan sikap Ali, seperti melihat hantu ditembok.

"temboknya ada apasih li? Kamu liat setan?" tanya lisa menguncir rambutnya asal dan menghampiri Ali. Ali mundur selangkah. lisa mengernyit "kamu kenapa sih?" akhirnya Ali menengok menatap mata Lisa, ya Hanya mata Lisa, meskipun samar sama bayangan itu tertangkap matanya.

"kancing kamu ca!" lisa Mengerjap melihat badannya dan seketika membalikkan badan menahan malu. Strike 8 , mampus gue. Bego banget sih delapan kali begini kejadiannya.

"sory" ucapnya setelah mengancingkan piyamanya kembali.

"kamu itu kebiasaan. Untung aku yang liat, udah biasa. Coba kalo maling? Semua ga digembok gak dikunci. Lampu gelap. Bukan cuma kamu yang beresiko, Uti juga." ucap Ali menatap Lisa yang menahan malu.

"iya, pak, janji gak lupa lagi."

"Uti tidur dari jam berapa?" tanya Ali menghampiri Uti dan menciuminya.

"abis Isha kalo gak salah. Trus dia ngerengek pas lagi main langsung tidur. Tapi gamau lepas sampe aku ketiduran. Makanya pintu sama lampu gak ke kontrol orang aku ketiduran." jelas Lisa panjang lebar. Ali bangkit dari kasur Lisa sambil membawa tas kerja nya.

"kamu udah Isha?" tanya Ali, Lisa menggeleng." yaudah abis aku mandi, kita jamaah." Lisa mengangguk

"jangan mandi Li udah malem. Bersih bersih aja." teriak Lisa menghampiri Ali.

"lengket ca, tadi abis survei kelapangan. Gabisa kalo gak mandi"  jawab ali

"kebiasaan, nanti sakit. Yaudah aku siapin air hangat" Ali mengangguk menyiapkan baju salin nya sedangkan Lisa menyiapkan Air hangat di kamar mandi di kamar Ali.








Prilly kemana?????
Tanya coba pada rumput yang bergoyang.
Gausah nagih yak. Gausah naks neks naks neks. Ngetiknya kalo ada waktu dan mood.liat aja ini dari tahun berapa gak kelar kelar wkwkwk ampun nyaiiiiiii....

Bentar lagi End ya.. Beberapa part lagi.
Hahahaha
Gak tau sih liat aja nanti yaak
Bhay

True Love (In Any Condition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang