Nggak nyangka ya? Secepat ini prilly merasakan bagaimana rasanya mengandung. Emosi gak stabil, mudah lelah, lebih sensitif terhadap apapun. Apalagi usia kandungannya saat ini sudah memasuki bulan ke-Tujuh. Semua yang dia lakukan selalu bergantung pada Ali. Bukannya malas, ya tapi memang bawaan kandungan. Lagi pula Ali yang melarangnya untuk banyak bergerak.
"mas, aku haus" ucap prilly berjalan ke arah dapur, menghentikan kegiatan Ali yang sedang mengepel lantai.
Walaupun keadaan prilly sedang hamil, mereka tidak menggunakan jasa pembantu.
"gak usah lah, nanti aja kalau kakaknya udah lahir, baru deh kita cari asisten sama baby siter.," kata ali waktu itu.Ali menghentikan langkahnya, meletakan kain pel kedalam ember di dekat meja tv. Menyusul istrinya ke dapur.
"udah sana kamu duduk aja, aku yang ambil." ucap Ali mengagetkan prilly yang sedang mengambil gelas di rak piring.
"ya allah, udah kayak Casper Aja tiba tiba muncul!"ucap prilly berbalik menghadap ke arah ali dibelakangnya.
"sampe kapan sih aku gaboleh ini itu? Udah tujuh bulan tau! Harusnya aku tuh banyak gerak biar pas lahiran gampang. bukannya leha- leha, lagian emangnya kamu gak cape ngerjain semuanya sendirian?" ucap prilly berjalan ke arah kulkas.
"jangan minum air dingin pril," seru Ali mengabaikan ocehan Prilly.
"sekali kali, hawanya lagi panas nih." jawab prilly membuat Ali berdecak.
"ngeyel!" ucap Ali duduk di meja makan di samping prilly.
"kamu gak ke kantor?" tanya prilly setelah menghabiskan segelas air putih dingin itu. Ali menggeleng.
"semua udah ada yang handle sayang. Aku tinggal crosscheck aja kalau ada kesalahan atau info penting lewat email. Kecuali Rapat seluruh anggota direksi." prilly mengangguk mengerti kemudian ikut duduk disamping Ali.
"Pril..." panggil Ali dengan raut wajah yang serius.
"Hmm??" sahut prilly menaikan sebelah alisnya.
"aku ada tawaran shooting lagi..." Lanjut Ali. Prilly terdiam sejenak kemudian bertanya.
"shooting? Project apa?" tanya Prilly.
"Film..." prilly menghela nafasnya kasar. Ya dia tau, kalau tawaran film itu dirinya pasti akan ditinggalkan berbulan bulan, walaupun terkadang ada yang hanya dua sampai tiga minggu. Tapi bukan itu inti dari kegelisahan prilly.
"Film apa?" tanyanya datar."genre drama Romantic and action gitu, tentang tentara yang nyelamatin sandera dari pemberontak negara,yang ternyata korbannya itu pacarnya sendiri yang gak sengaja tersesat dihutan liar waktu lagi camping bareng mahasiswa kampus tempat dia ngajar dan diculik geng pemberontak, Itu baru katanya yaa...Tapi aku belum bilang iya sebelum kamu izinin kok. Tapi jujur, film action itu yang aku nanti banget. Mimpi aku prill. Boleh?" tanya ali gusar. Pasalnya mimik wajah prilly sangat sangat datar tanpa ekspresi.
"ya terserah kamu ajalah mas." jawab prilly setelah sekian detik mendengarkan penuturan suaminya.
"loh kok terserah sih? Aku minta pendapat dan persetujuan kamu sayang." sahut ali menggenggam tangan prilly.
"Emang berapa lama shootingnya?" tanya prilly sekali lagi.
"dua bulan abis itu selesai," ucap ali tersenyum
"terus promo nya gak kamu itung?" tanya prilly mengangkat sebelah alisnya.
"aku ikut yang dijakarta aja. Kalau luar kota aku absen, gimana?" ucap ali semangat.
"terserah lah mas," masih dengan jawaban yang sama.
Ali sedikit kesal dengan tanggapan prilly yang seakan akan tidak mendukung kesempatan emas ini. Mimpi mimpinya mendapatkan film action. Setelah sekian lama produser film hanya mempercayainya terlibat dalam film drama percintaan menye menye."Terserah lagi?" ucapnya menarik nafas dalam, " Prill?!" tegas ali membuat prilly tersentak, sontak langsung menghempas genggaman tangan ali.
"ya kamu liat kan aku lagi gimana keadaannya? Nanti kalau aku larang aku salah, gak dukung mimpi kamu, gak ngertiin suami. Kalo aku izinin ya... Gimana ya? Kamu atur ajalah. Aku iya aja." ucapnya sedikit kesal meninggalkan Ali di dapur.
Ali sadar betul kalau saat ini istrinya tengah hamil besar hasil perbuatannya. Tapi semua masih ada jalan. Dia bisa membawa prilly ke hotel di daerah sekitar tempat shootingny Dihutan. Hutannya juga bukan benar benar hutan liar. Hutan tempat wisata. Setelah selesai dia bisa balik ke hotel menemani istrinya.
Ali memutuskan menyusul istrinya Di ruang buku. Kebiasaan prilly kalau kesal, dia akan lari ke ruang buku dan mengambil acak deretan koleksi novelnya.
"kamu bisa ikut aku kesana. Kita nginep dihotel. Aku bisa bolak balik dari lokasi ke hotel. Gampang kan?" tanya Ali membuat prilly menutup bukunya. Prilly menarik nafasnya panjang lalu membuangnya kasar.
"aku gak mau lahiran selain sama dokter Anthony mas! Dia dokter aku selama hamil! Cuma dia yang ngerti keadaan aku mas!" bentak Prilly membuat Ali terperangah tak percaya. Kenapa hal sepele ini bisa Membuat prilly begitu emosi?
"keadaan yang bagaimana maksud kamu?" tanya Ali curiga. Namun prilly segera menetralkan emosinya. Hampir saja dia melewati batas rahasianya. Setelah beberapa menit memejamkan matanya, akhirnya prilly membuka suara.
"yaudah. Aku Izinin. Nanti aku sementara tinggal dirumah Vanes, aku telpon dia besok. Kamu berangkat kapan?" ucap prilly tersenyum samar. Namun ali tak terkecohkan dengan pengalihan istrinya.
"keadaan apa yang kamu maksud tadi pril?" ucap Ali menatap istrinya tajam. Prilly tidak terintimidasi sama sekali dengan tatapan itu.
"ya keadaan aku dari awal sampai sekarang kan cuma dia yang paham. Selama ini gak pernah kedokter lain selain bidan waktu diawal hamil kan?" ucap prilly santai, ya suaminya tidak boleh sampai tahu. Walapun ali mengangguk mendengar penjelasan istrinya. Tapi dia masih merasa ada yang janggal.
"lusa aku berangkat, kamu yakin gak mau ikut?" tanya ali sekali lagi. Prilly mengangguk kemudian melanjutkan bacaannya yang tadi sempat tertunda.
***
Flashback one week ago at vanesa's home.
"astagaaaaa!!! Prill lo serius?? Kenapa lo gak bilang aja sih sama si Ali? Ini tuh keadaan darurat prill! Laki lo harus tahu!" ucap vanesa terkejut.
"gu..gu..gue bingung nes. Gue takut!" jawab prilly terisak meremas guling dikamar nesa.
"takut apa?! Takut laki lo ninggalin lo setelah tahu kalo istrinya ...."
"stoo nes..please stop!!!" ucap prilly menghentikan ocehan nes.
"denger ya prill, kalo sampe si ali jadi laki brengsek saat tahu keadaan lo nanti. Gue gak akan segan- segan bikin hidup dia hancur. Inget itu. Sekarang semua terserah lo. Keputusan ada di tangan lo. Pilihan cuma Dua. Nyawa lo atau masa depan lo yang harus si Ali terima."
"please jangan sampe ada yang tau. Sekalipun itu laki lo apa lagi suami gue. Gue mohon nes..." pinta prilly memohon. Vanesa tidak sanggup lagi melihat sahabatnya itu terisak, nesa berjalan menuju ranjangnya tempat prilly terduduk, memeluk sahabatnya yang tengah mengandung besar. Sungguh tragis keadaan yang sedang dialami sahabatnya itu.
"sssttt.... Lo harus kuat! Lo harus sabar!" ucapnya menyemangati prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love (In Any Condition)
Romance"mimpi apa bisa dijodohin gini sama dia, Ali my fav idol?. Serius kan Naufal Aliansyah? Thanks papah!! " Prilly Moonela Rawles, 20 tahun. "Dijodohin sama anak sahabat papah? Fans sendiri pula. Ya tuhan pah, masih jaman emangnya?!" Naufal Aliansyah...