Sudah satu minggu prilly menjalani harinya tanpa kehadiran ali. Dua hari yang lalu irwan mengajaknya bertemu untuk membicarakan kejadian minggu lalu.
"Om bukannya mau ikut campur urusan kalian. Tapi ali udah ngejelasin semuanya sama om. Kamu hanya salah paham pril. Rania itu memang masa lalunya ali. Tapi percaya sama om, ali udah ngelupain semua hal tentang rania." Jelas irwansyah pada prilly yang hanya diam saja di bangkunya sejak gadis itu datang ke kantornya.
"Tapi om.." ucap prilly akhirnya membuka suara.
"Tentang ciuman rania itu? Kamu lihat dengan jelas bukan kalau rania yang memulainya? Jadi apa ali yang salah?" Tanya irwan yang kini tengah menyesap kopinya.
"Jelas om, masalahnya ali nggak nolak sama sekali. Dia diam aja, mungkin menikmatinya?" Ucap prilly sedikit emosi mengingat kejadian seminggu yang lalu. Ya memang benar bukan? Ali tidak menolak sama sekali.
"Kata siapa? Bukannya kamu langsung pergi pas ngeliat kejadian itu" telak! Dia benar bukan? Menurut cerita ali saat itu prilly langsung pergi. irwan menyunggingkan senyumnya. " kamu dan ali udah bukan anak kecil lagi sayang. Kalian sudah dewasa, cuma masalah kayak gini aja kalian sampai bertengkar hebat."
"Menurut om aku emang dewasa, tapi menurut ali enggak! Disaat semestinya dia harus ngejelasin kesalah pahaman yang ada, ali malah ngebandingin aku sama rania itu. Udahlah om, aku yakin banget seyakin yakinnya, kalo aku belum ada di hatinya dia. Jadi om gak usah repot ngejelasin apapun ke aku. Keputusan aku udah bulat om. Mulai sekarang aku sudahi hubungan kami. Maaf om kalau aku sama sekali nggak sopan, Permisi." meninggalkan irwan yang kini masih terdiam bingung dengan sikap prilly.
"Gimana bimo?" Tanya prilly pada nesa, mereka kini tengah berada di salah satu coffeshop yang terkenal seantero kalangan anak muda.
"Aman, kemaren dia nemuin gue dirumah. Dia udah ngejelasin semuanya. Dia ngebawa gue nemuin sekretaris sialan itu. Yaaaa ternyata emang itu sekretarisnya aja yang gatel sama cowok gue, naksir berat sama bimo. Udah dipecat juga gara-gara perbuatan kurang ajarnya tempo hari lalu. Legaaaaaaaa banget gue prill." Jelasnya yang kini memeluk prilly.
"Hmmm gue seneng banget hubungan lo baik baik aja sama bimo." Membalas pelukan nesa.
"Lo gimana sama ali?" Tanya nesa penasaran.
"Kita udahan. Gak usah dibahas kali ya?"prilly menghela nafas.
"Yaaaahh... masa udahan sih? Prill, bimo udah ceritain kejadiannya dari ali. Dan menurut gue ali gak salah prill. Emang cewek itu aja yang kegatelan." Nesa berusaha membela ali.
"Nes. Oke gue maafin hal itu, mungkin gue terlalu lebay atau apalah menurut kalian. Tapi apa lo masih bisa terima saat bimo ngebentak lo dan ngebandingin elo sama masa lalu nya? Itu yang ali lakuin nes." Mata prilly memerah, ada lapisan bening yang siap tumpah dari matanya. "Dia bilang gue gak dewasa, diumur gue yang segini seharusnya gue lebih dewasa, kata dia gue gak kayak Rania yang sikapnya dewasa saat seumuran gue sekarang. Gue masih bisa terima kalo dia nasehatin gue tapi nggak dengan cara ngebandingin gue sama mantannya nes. Gue ngerasa kurang pantes aja buat dia." Air matanya kini berhasil lolos.
"Prilly... oke gue mungkin akan marah juga kayak elo kalo bimo ngelakuin hal yang sama. Tapi prill... kita harus akuin kalo sikap kita ini emang masih kayak bocah kan? Wajar prill, mungkin ali belum terbiasa aja sama sifat lo, yaa lo tau kan selama ini koleksi pacar dia yaa...seumuran sama dia. Jadi plisss udahan dong ngambeknya, kalian kan mau nikah.. masa dibatalin gitu aja sih? Pernikahan gak sebercanda itu loh prill" Nesa tetap meyakinkan prilly.
"Yaudahlah nes toh dia juga udah seminggu ini gak ada kabar. Ngapain juga gue pusingin dia" prilly sudah berhenti menangis. Sedikit terusik dengan apa yang dikatakan nesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love (In Any Condition)
Romance"mimpi apa bisa dijodohin gini sama dia, Ali my fav idol?. Serius kan Naufal Aliansyah? Thanks papah!! " Prilly Moonela Rawles, 20 tahun. "Dijodohin sama anak sahabat papah? Fans sendiri pula. Ya tuhan pah, masih jaman emangnya?!" Naufal Aliansyah...