KEHILANGAN part 1

23 0 0
                                    

Suasana kelas yang masih sepi karena belum terlalu banyak siswa yang datang, membuat Sinta melamun di kelas sendirian. Ia memang datang lebih pagi dari biasanya. Entah kenapa hari ini ia sangat ingin cepat tiba di sekolah. Dan setibanya di sekolah, ia hanya melamun. Mungkin dia sedang memikirkan kejadian semalam? Tanpa ia sadari, Icha dan Tyo memasuki kelas dan menghampirinya. Dilihatnya Icha dan Tyo yang sedang memperhatikannya dengan wajah penuh dengan tanda tanya.

"Sinta tumben datang pagi sekali," ledek Tyo.

"Kenapa sih, Ta? Ada masalah?" tanya Icha.

Sinta hanya menggeleng. Icha memandang Tyo dengan ekspresi penuh tanya, Tyo hanya mengangkat bahu. Icha mendesah pasrah sekaligus takut. Kelas semakin ramai, mulai banyak siswa yang berdatangan. Sinta tetap tidak mau angkat bicara. Sementara di lain tempat, terlihat Nayra dan Bass di halaman sekolah sedang duduk bersandingan. Pemandangan seperti itu sudah kerap kali terlihat setiap orang hendak pergi ke kantin. Tidak hanya Nayra dan Bass yang berduaan ketika dalam lingkungan sekolah, masih banyak siswa yang seringkali pacaran di tempat tersembunyi agar tidak terlihat orang. Namun bagi Nayra dan Bass, mereka tidak perlu sembunyi-sembunyi karena mereka tidak akan melakukan hal yang buruk. Bass sebagai kapten basket di sekolah, sering menjadi ledekan anak buah dan temannya ketika sedang berduaan dengan Nayra. Awal kedekatan mereka pun menjadi kehebohan tersendiri di sekolah.

Suasana sekolah yang ramai, duduk di bawah pohon beringin yang rindang membuat udara menjadi lebih sejuk. Nayra sedang serius membaca novel dan Bass asyik mendengarkan musik melalui ponselnya. Tiba-tiba, Nayra teringat atas kejadian semalam, yang membuatnya bangga sekaligus bahagia tak terkira.

"Bass," panggil Nayra lirih. Selirih-lirihnya suara Nayra, tetap terdengar oleh Bass yang duduk sangat dekat dengannya. Bass menoleh dengan wajah penuh tanya, sambil melepaskan earphonenya.

"Aku cuma mau bilang, kalau aku bangga banget sama kamu."

Bass hanya membalasnya dengan senyuman.

"Aku serius. Aku nggak nyangka aja kamu berani ngomong sama sahabat aku. Sedangkan mungkin kamu tahu, mereka kurang suka sama kamu."

Bass kembali tersenyum, ia menggenggam erat tangan Nayra.

"Nay, aku lakukan itu semua kan demi kamu juga. Aku nggak akan biarkan kamu sedih. Mulai sekarang, kalau ada apa-apa, bilang sama aku ya. Jangan pernah takut atau sungkan. Karena aku bertanggung jawab sama kamu." Senyum Bass mengembang.

Nayra tersenyum bahagia. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu Bass. Ia merasa sangat bahagia dengan kehidupannya sekarang. Ia merasa kebahagiaannya hampir lengkap. Karena hanya satu yang belum memenuhi kebahagiaan itu adalah ayahnya. Nayra sangat ingin bertemu dengan ayahnya.

Tiba-tiba, bel masuk pun berbunyi. Nayra dan Bass pun bergegas menuju kelasnya. Setibanya di kelas, Nayra terkejut melihat sikap Sinta. Ia bertanya pada Tyo dan Icha, tapi mereka hanya menggelengkan kepala. Nayra yang duduk sebangku dengan Sinta, mencoba menanyakannya. Tapi, usahanya sia-sia karena Sinta tidak mau menjawab. Selama pelajaran, Sinta tidak memperhatikan pelajaran. Padahal saat itu, yang mengajar adalah Pak Teja, guru tergalak di sekolah ini. Selama pelajaran sejarah, ia hanya mencoret-coret bukunya. Dan ternyata, ulahnya itu diketahui Pak Teja. Pak Teja kemudian menghampiri meja Sinta dan menggebraknya. Sinta terlonjak kaget. "Ma..., maaf, Pak," ucapnya gagap. Seketika, kelas menjadi riuh dengan sorak sorai para siswa. Sinta pun menjadi serbasalah. Pak Teja pun menyuruh Sinta keluar kelas. Nayra dan anak yang lain sudah mencoba untuk membujuk Pak Teja agar tidak mengeluarkan Sinta dari kelas, tapi terlambat. Nayra mendesah kecewa. Ia tidak ingin sahabatnya dikeluarkan dari kelas. Tidak pernah sebelumnya Sinta mengalami hal ini.

Cinta Tak ke ManaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang