Kejadian di lapangan basket indoor itu ternyata menjadi luka besar yag membekas cukup dalam di hati Nayra. Seharian ini saja ia tidak ingin diganggu. Pintu kamarnya terkunci rapat. Panggilan serta bujukan dari mama dan kakaknya tidak ia hiraukan. Di dalam kamar ia tak berbuat apa-apa. Hanya menangis yang tak kunjung henti. Nayra sendiri tak tahu mengapa ia begitu menangisi kejadian itu. Ia tak tahu siapa yang ia tangisi. Bass atau Tyo. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa tak rela tatkala melihat Tyo diperlakukan seperti itu oleh pacarnya sendiri. Rasa tak rela yang sesungguhnya wajar dirasakan oleh sahabat itu menjadi tak wajar karena Nayra sampai menangisinya. Ia tak mengerti mengapa hatinya begitu sakit ketika melihat Tyo hampir luka karena tonjokan Bass.
Setelah kepergianya bersama Tyo ke rumah Sinta, ia merasa bahwa hanya Tyo yang bisa ia andalkan selain Icha. Perginya Sinta itu sungguh membuat Nayra hampir depresi. Bagaimana tidak, Sinta adalah satu-satunya sahabat yang paling dekat dengannya. Hubungan diantara keduanya lebih intim dibandingkan dengan Tyo dan Icha. Bila Sinta adalah cowok, tentu saja banyak anak di sekolah yang mengira mereka pacaran. Sinta, lo dimana? Pertanyaan itu selalu bergulir di benak Nayra. Ia sungguh-sungguh menginginkan Sinta kembali.
Tiba-tiba ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Dengan malas Nayra mengambil ponselnya dan membaca nama di layar. Bass. Nayra semakin malas. Sebenarnya ia sedang tidak ingin bicara dengan Bass, namun ia juga ingin mendengar penjelasan dari Bass. Ia tak bisa sepenuhnya membenci Bass. Bagaimanapun statusnya sekarang adalah masih pacar Bass. "Halo..." Suaranya disana tedengar serak.
"Nay, aku mau jelasin ke kamu tentang tadi." Nayra terdiam, ia tak tahu harus bicara apa. "Nay, kamu dengar aku, kan?" suara Bass memanggil-manggil Nayra. Nayra tergagap, ia bingung.
"Nay, aku—" Nayra memotong, "aku nggak mau dengar apapun dari mulut kamu. Semua yang aku lihat kemarin itu udah cukup menjelaskan siapa kamu dan bagaimana kamu memerlakukan sahabatku. Jangan ganggu aku, Bass." Hening, tak ada yang mengeluarkan suara lagi selama beberapa saat.
"Tapi itu nggak seperti yang kamu lihat. Semua cowok juga akan melakukan hal yang sama kalau—" lagi-lagi ucapan Bass dipotong Nayra.
"Kalau apa? Bass, jangan banyak alasan. Aku nggak mau dengar kamu membela diri kamu lagi."
"Aku nggak salah, Nayra. Aku hanya mau tahu apa yang kamu lakukan sama Tyo. Apa yang salah?"
"Salah karena kamu main kasar sama dia."
"Kenapa kamu begitu membela dia? Sedangkan pacar kamu itu aku, bukan DIA!" suara Bass mulai meninggi.
"Bass, aku nggak mau dengar kamu ngomong apapun. Jangan ganggu aku!" bentak Nayra.
"Tapi aku―"
Tut-tut-tut. Telepon diputus. Nayra hanya ingin menenangkan pikirannya yang jenuh, ia tak ingin mendengarkan Bass bicara. Atau siapapun memberinya alasan. Ia sudah muak dengan situasi yang membuatnya bingung berkali-kali. Nayra merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Matanya terpejam. Tiba-tiba, rasa sakit pada kepalanya itu muncul lagi, rasa sakit yang luar biasa. Ia tenggelam dalam kesunyian malam itu.
E&F
Tyo lebih merasa sedih lagi. Ia tak menduga akhirnya akan jadi serumit ini. Nayra kecewa. Bertengkar dengan Bass. Nayra tak mau bicara dan sulit dihubungi. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah jika Nayra menjauhi dirinya bahkan membencinya. Tyo tak dapat membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi pada dirinya dan Nayra. Ini semua terjadi dikarenakan Icha. Icha yang sudah melaporkan kejadian itu pada Nayra. Ia meraih ponselnya dan mencari nama Icha. Ketemu. Langsung ia tekan tombol hijau dan menunggu teleponnya diangkat oleh Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak ke Mana
RomancePenerbit: Media Pressindo Tahun : 2O13 aku pernah mencari-cari sampai tertelan lelah berkali-kali bermimpi tentang mereka dengan sedikit susah payah atau mengharapkan kasih mereka agar selalu siaga. mungkin aku tak menyadari, cinta takkan pernah kem...