Tak terasa, sudah sebulan lebih Sinta pergi. Dan semenjak kejadian di lapangan basket itu, hubungannya dengan Bass semakin renggang. Sehari setelah obrolan di telepon, Bass menghilang. Ia jarang masuk sekolah. Kalaupun masuk, ia datang terlambat. Ketika istirahat, ia menghilang bersama teman-temannya. Dan ketika bel masuk berbunyi ia sudah tak ada di kelas lagi. Nayra seperti acuh pada Bass. Tak ada rasa rindu dalam hatinya untuk Bass. Tapi tak dapat ia pungkiri, ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Ia merasa semakin kehilangan karena Bass tak juga menghubunginya. Namun, rasa kehilangan itu tak terlalu ia rasakan karena Tyo dan Icha selalu ada untuknya. Sehingga Nayra bisa melupakan Bass walau sejenak. Hubungannya dengan Bass kini menggantung. Tak ada kata putus. Dan tak ada kata perpisahan. Nayra bingung bagaimana menyikapinya.
"Nayra!" seru Icha.
Nayra yang sedang membaca buku, mau tak mau harus menurunkan bukunya dan melihat sosok gadis periang yang kini sudah ada di seberang mejanya. Suara Icha yang cempreng itu membuat orang di sekelilingnya menoleh padanya. Nayra hanya menggelengkan kepala.
"Cha, ini lagi di perpus. Jangan berisik!" bisik Nayra.
Icha mengangguk mengerti. Terlukis senyum ceria di wajahnya. Nayra kembali memfokuskan pandangan pada buku yang ia baca. Tapi Icha menghalanginya, buku yang ingin dibaca Nayra direbut oleh Icha. Dan segera menggendeng tangan Nayra keluar perpustakaan, menuju lapangan basket outdoor. Entah apa maksudnya tapi Nayra tak kuasa menolaknya. Icha menghentikan langkahnya di pinggir lapangan yang terik. Icha melepaskan gandengannya. "Kok berhenti, udah selesai main tarik-tarikannya?" ledek Nayra. Tapi Icha tak menggubrisnya. Icha melangkahkan kakinya ke arah pohon beringin dan duduk di bawahnya. Nayra mengikuti Icha duduk di bangku panjang yang melingkari pohon itu.
"Nay, lo merasa nyaman nggak duduk disini?"
Nayra mengangguk.
"Ini kan dulu tempat kita sering ngumpul bareng Sinta. Sekarang tinggal kita bertiga. Sepi ya sekarang," seloroh Icha. Nayra hanya bergeming membenarkan ucapan Icha.
Icha menoleh dan memandang Nayra, "Nay, lo merasa kesepian nggak sekarang?" Nayra mengerutkan dahi.
"Mungkin," jawabnya singkat. Icha kembali memandang luas ke arah lapangan basket yang terkena terik matahari.
Icha mendesah nafas pendek, "Hubungan lo sama Bass. Gimana, Nay?"
Nayra mengangkat bahu. "Gue nggak tahu mau dibawa kemana hubungan ini. Gue rasa, perasaan gue ke dia mulai berkurang."
Icha tertegun mendengar pernyataan Nayra. Sekaligus bahagia. Karena sahabatnya itu sudah tak ada perasaan apa-apa lagi terhadap Bass. Ia teringat perkataan Sinta yang menyatakan kalau Bass itu cowok berengsek. Dan ternyata Sinta benar.
"Kok bisa?" Nayra menggeleng. "Entahlah, Cha. Gue merasa seperti itu."
"Tapi kalian belum putus."
"Ya memang. Hubungan gue gantung. Gue bingung harus gimana lagi." Nayra memasang wajah sedihnya. Ia tampak bingung.
"Lo harus move on, Nay. Jangan terus menunggu Bass."
Tiba-tiba terdengar suara lantang, keluar sosok cowok dari balik pohon yang ternyata Tyo. Ia tertawa kecil sambil duduk di samping Nayra.
"Tapi hubungan gue belum putus. Nggak fear rasanya kalau gue pacaran lagi sementara Bass ternyata masih nunggu gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak ke Mana
RomancePenerbit: Media Pressindo Tahun : 2O13 aku pernah mencari-cari sampai tertelan lelah berkali-kali bermimpi tentang mereka dengan sedikit susah payah atau mengharapkan kasih mereka agar selalu siaga. mungkin aku tak menyadari, cinta takkan pernah kem...