Karena terlalu sibuk dengan roknya yang basah karena terkena cipratan air, Nayra sampai menabrak seseorang yang tak dikenalnya. Dan lagi-lagi seorang cowok. Ia jadi teringat awal pertemuannya dengan Randy. Begitu mirip. Dan cowok yang ada di hadapannya kini begitu putih bersih, tinggi, dan dengan style rambut ala harazhuku membuatnya tampak semakin keren. Nayra masih saja melamun ketika tangan cowok itu terus melambai-lambai di depan wajahnya.
"Kamu nggak apa-apa, kan?"
Nayra tergagap, "ah-oh, nggak, nggak apa-apa kok."
Cowok itu tersenyum, dan Nayra melihatnya, memang manis.
"Aku Viky, kakak kelas baru kamu. Kamu siapa?" tangan cowok itu terulur, Nayra masih saja tak hentinya memandangi wajah cowok itu yang sepertinya ia kenali.
Setelah tersadar, Nayra meraih tangan cowok yang bernama Viky itu. Menjabatnya pelan. Dirasakannya guratan tangan yang halus.
"Nayra," ucapnya lirih. Viky tersenyum.
"Oh, jadi kamu Nayra yang banyak dibicarakan banyak orang itu. Memang cantik ya."
Nayra mengerutkan dahi, ia tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan Viky. Ia tak menduga bahwa banyak orang membicarakan dirinya. Terutama pada kalimat terakhir, tak dinyana, seorang yang baru ia kenal sudah berani mengambil spekulasi seperti itu. Mereka akhirnya duduk di bangku koridor sekolah, dan melanjutkan pembicaraan mereka yang nampaknya semakin serius.
"Memangnya orang-orang ngomong apa tentang aku?"
"Ya selama tiga hari kakak disini, kakak sudah dengar tentang beberapa anak disini, terutama kamu. Mereka bilang, kamu layaknya ratu di sekolah ini. Gadis yang cerdas, baik hati, sopan, dan cantik. Dan ternyata memang mereka nggak salah ngomong." Viky melukis lagi senyumnya.
"Padahal aku nggak merasa cerdas ataupun cantik. Aku sama aja kayak anak lainnya."
"Itulah hebatnya kamu. Dengan kerendahan hati kamu itulah yang mereka bilang cantik dan cerdas. Tanpa kamu harus susah payah menunjukkannya."
Nayra hanya mengangguk, padahal ia pun tak begitu mencerna apa yang dikatakan Viky terhadapnya.
"Terus mereka cerita apa lagi? Kakak udah tahu banyak tentang siswa disini dong."
"Kakak juga tahu tentang persahabatan kamu, dan masa lalu kamu. Ya begitulah. Rata-rata dari teman kakak, mereka lebih banyak menceritakan tentang kamu."
"Masa laluku? Apa yang kakak tahu tentang masa lalu aku? Dan kenapa mereka hanya membicarakan tentang aku?"
"Katanya mantan kamu itu cowok populer, anak pengusaha kaya yang sekarang masuk penjara. Kakak nggak tahu, kakak hanya bisa berterima kasih karena mereka udah mau menceritakan itu."
Nayra merasa sedikit kesal terhadap orang yang terus saja membicarakan dirinya.
"Kenapa kakak berterima kasih?"
"Karena dengan begitu, kakak jadi tahu kamu dan kenal sama kamu."
Nayra mengangguk. "Kakak kenapa pindah kesini?" pertanyaan Nayra tepat sasaran. Hingga membuat Viky sedikit terlonjak kaget. Nayra sendiri bingung melihat sikap Viky.
"Sebenarnya, kakak kesini mau cari tahu tentang seseorang."
"Mencari seseorang? Siapa?"
"Adik kakak."
"Kenapa harus dicari? Memangnya hilang? Kelas berapa?"
Pertanyaan Nayra nampaknya dapat membuat wajah Viky menjadi gembira. Nayra yang begitu polos bertanya pada Viky, hanya mampu terheran-heran. Namun Viky tetap saja menertawakan Nayra. Hingga akhirnya Nayra melayangkan cubitan mautnya di lengan Viky. Dan suasana pun menjadi lebih cair dan akrab.
"Oke, oke, cukup. Jangan dicubit terus dong!" Viky menghentikan tawanya sejenak, "dia bukan adik kandung kakak, tapi adik tiri."
Nayra terlonjak kaget. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan hingga Viky tak melihat ekspresi wajahnya. Nayra tak menyangka bahwa Viky masuk ke sekolahnya hanya untuk misi pencarian adiknya. Yang sesungguhnya bukanlah adik kandungnya. Nayra tak habis pikir dengan Viky, yang mau saja berkorban demi keinginan papanya. Terlebih lagi, ia harus ikut menyembunyikan hal ini dari mamanya.
Setelah dipikirkan lagi, Nayra ternyata sudah tahu banyak tentang Viky. Entah kenapa ia merasa wajah Viky itu mengingatkan ia pada seseorang. Seseorang yang ia kenali, tapi mungkin saja orang itu sudah lama tak ia temui. Hingga Nayra sulit untuk mengingatnya lagi.
Setelah obrolannya dengan Viky, Nayra jadi teringat akan sosok papanya. Papa yang selama ini ia rindukan. Papa yang selama ini tak pernah ia kenali. Papa yang sesungguhnya telah membuat dirinya tersiksa. Tersiksa batin. Tersiksa karena harus mengalami trauma terhadap laki-laki. Papanya begitu jahat. Tapi Nayra tetap merindukan papanya itu. Sejahat apapun, Nayra akan tetap memaafkannya. Nayra menunggu. Terus menunggu. Hingga akhirnya takdir yang menentukan.
E&F
"Orang asing bagi kita, akan menjadi orang penting bagi kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak ke Mana
RomantizmPenerbit: Media Pressindo Tahun : 2O13 aku pernah mencari-cari sampai tertelan lelah berkali-kali bermimpi tentang mereka dengan sedikit susah payah atau mengharapkan kasih mereka agar selalu siaga. mungkin aku tak menyadari, cinta takkan pernah kem...