Kini sudah genap lima bulan setelah ia dirawat di rumah sakit kala itu. Dan selama berbulan-bulan itulah Nayra merasa kebahagiaannya hampir lengkap. Tyo begitu perhatian kepadanya. Nayra merasa menjadi seorang putri paling bahagia sedunia. Hatinya selalu diliputi perasaan bahagia. Pelan tapi pasti Nayra akan bisa melupakan perasaannya pada Randy. Meskipun itu sangat susah, tapi demi kebahagiaan sahabatnya, ia rela melakukan itu. Lagi pula Nayra pun memiliki orang yang selalu setia mendampinginya dikala susah ataupun senang.
Nayra yang sedang bersantai di teras belakang rumahnya tiba-tiba saja terkejut dengan adanya kardus mencurigakan yang tersembunyi di balik tanaman hias peliharaan mamanya. Nayra menarik kardus besar yang berat itu keluar dari persembunyiaannya. Dibukanya kardus itu perlahan-lahan. Tangannya lalu merogoh benda yang ada di dalam kardus itu. Beberapa foto dan lembaran kertas. Tangannya seperti meraih sebuah bingkai foto. Diamatinya foto yang ada di dalam bingkai itu. Seseorang pria dengan kemeja dan jas hitam rapi. Karena penasaran, Nayra kembali memasukkan tangannya ke dalam kardus, diambilnya lagi satu bingkai foto. Kali ini Nayra benar-benar terkejut, dan hampir saja ia menjerit.
Di dalam bingkai kedua yang ia ambil itu, terdapat foto sepasang pria dan wanita. Setelah diteliti lagi, wanita itu adalah mamanya semasa muda. Itu berarti pria disebelah mamanya itu adalah... Nayra tak dapat menyembunyikan rasa kaget bercampur sedihnya. Ia terkejut dengan sosok yang ia lihat di foto itu. Tapi ia juga sedih mengingat karena dia baru mengetahui wajah papanya sekarang, saat semuanya sudah terlambat. Meskipun sebenarnya wajah papanya itu kurang jelas karena foto itu sudah sedikit rusak. Dengan tangan yang masih memegang bingkai foto itu, Nayra jatuh ke tanah dan menangis. Ia tak tahu siapa yang akan menghentikan tangisannya karena di rumah saat itu sedang kosong. Mama dan kakaknya sedang pergi yang Nayra tak tahu tujuannya kemana. Nayra merasa ponselnya berdering. Ia sedikit menghapus air matanya, dan mendekatkan ponsel ke telinganya.
"Nayra!" seru seseorang diseberang sana. Ternyata Tyo. Nayra begitu mengenali suara cowok itu. Tapi Nayra bukannya menjawab panggilan Tyo, ia justru semakin memperlihatkan sesenggukannnya.
"Nay, lo nggak apa-apa, kan?" tanya Randy khawatir.
"Enggak. Gue nggak apa-apa kok."
"Jangan bohong, Nay. Gue tahu lo pasti lagi nangis, ada apa?"
Nayra tak sanggup lagi berbohong padaTyo.
"Gue baru aja menemukan foto yang membuat gue kaget. Dan gue nggak nyangka kalau selama ini, mama selalu mencoba untuk membuang foto ini."
"Memangnya foto siapa?"
"Papa." Nayra mulai sesenggukan lagi.
"Nayra yang cantik, udah dong jangan nangis lagi. Lebih baik sekarang lo tanyakan hal itu sama nyokap lo. Sudah saatnya lo bertemu papa kandung lo. Sekarang, senyum dong!"
Nayra menghapus airmatanya, ia tak lagi sesenggukan. Diam-diam ia menorehkan sedikit senyum kecil di bibirnya. Tyo memang bisa membuat hatinya merasa tenang. Ia tak pernah sekalipun menyakiti Nayra. Tyo mampu membuatnya tersenyum di kala tak ada orang lain yang menghiburnya. Lagi-lagi Nayra merasa kepalanya sakit. Kali ini sakit yang luar biasa. Ia tak sanggup lagi. Tubuhnya lemas tapi rasa sakit itu tak kunjung pergi. Dan semuanya gelap.
Untuk yang kedua kalinya, Nayra masuk rumah sakit. Dan Tyo senantiasa menunggu Nayra. Tak hanya menunggu Nayra, ia pun menunggu mama dan kakak Nayra datang. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Yang ditunggu akhirnya datang juga. Tyo sedikit merasa lebih tenang.
"Nak, gimana keadaan Nayra?"
"Yo, kok lo bisa tahu Nayra pingsan?"
Pertanyaan satu demi satu bergulir dari mama dan kakaknya Nayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak ke Mana
RomancePenerbit: Media Pressindo Tahun : 2O13 aku pernah mencari-cari sampai tertelan lelah berkali-kali bermimpi tentang mereka dengan sedikit susah payah atau mengharapkan kasih mereka agar selalu siaga. mungkin aku tak menyadari, cinta takkan pernah kem...