Remuk sudah hati aurumku
Menatap sang Penguasa Azeroth
Dengan tubuh lamina tak bernyawa
Candrasa Llane tertancap di atas bumi
Nista!"Mak'gora!"
Teriak para serdadu hijau
Yang membentuk citadel integral
Mengelilingi kastil di pusatnyaOrc raksasa maju dari integral
Tengkorak naga disanding bahu
Rantai dan belulang bercecer
Pedang raksasa diangkat di angkasaBenci kurasa, api membara
Atas pembunuh nyawa nista
Anakku, sekarang Rajaku pula!
Kuambil pedang Raja yang menancap di bumi"Mak'gora!"
Ribuan malaikat menggantung di cakrawala
Kepak sayap anggun asilum
Jadi mata sang Dewa Penguasa
Atas duel berlimpah harum"Mak'gora!"
Blackhand sang Perwira Orc
Tubuh rahunya berlari maju
Gentarkan tanah pertiwi berpijak
Teriakkan garang ia koarkan
Nista!"Mak'gora!"
Gelora berani sudah membara
Kuangkat pedang Raja yang mulia
Ke atas udara dan cakrawala
Adrenalin, amarah berbaur jadi niskala"Mak'gora!"
Bagai kecepatan cahaya kilat
Semua terjadi begitu cepat
Darah berceracau manis
Dari tubuh hijau Blackhand"Mak'gora!"
Kalimat itu terbungkam sunyi
Setelah ksatria mereka mati
Sang Manusia berdiri anggun
Dengan kemenangan atas pertempuranKubawa tubuh Raja Azeroth
Melewati tubuh-tubuh Orc besar
Mereka memberi hormat tradisi
Kepada ksatria manusia yang menang"Hentikan mereka!"
Penguasa Orc merasa tak senang
Tapi tradisi merekalah perisaiku
Sikap ortodoks mereka sangat anggunKutumpangi burung raksasa Gryphon
Melayang pergi menuju Stormwind
Bersama para malaikat nirwana
Yang merasa sudah habis tontonannya—Anna Azzahra (23/07/16)
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Aksara Anna
PoetryPemenang penghargaan Wattys 2017 Kategori The Storysmiths. •••