38 | Ketika Waktu Bertanya

1.1K 75 5
                                    

"Teruntuk NozdormuHonist yang telah menjadi salah satu inspirasiku sekaligus gudang ilmuku."

[Waktu]
"Siapakah kamu?"

[Ann]
"Aku adalah salah satu adonan dari ratusan adonan yang ada. Lalu dipanggang dan dicetak oleh kreator menjadi sebuah eksistensi kue jahe berbentuk orang. Dan kemudian, aku diberkahi realitas kehidupan. Dimana aku memiliki pancaindra dan akal--dua kolase untuk mencapai sebuah ilmu pengetahuan sejati. Berkat itu semua, aku bukanlah sekedar kue jahe tak berjiwa. Bagiku, aku bisa menjadi apa saja."

[Waktu]
"Analogi yang bagus. Lalu, siapakah 'kreator' yang kau maksud itu?"

[Ann]
"Semesta tak mampu terlahir dari sebuah ketiadaan sehingga harus ada sebuah substansi yang menjadi kausa.Bintang dan planet-planet serta matahari dan tata surya, tidak mungkin bersemayam di angkasa raya dengan sendirinya. Aku percaya akan adanya sebuah kekuatan natural yang lebih besar dibanding semesta kolosal sekalipun. Kekuatan atau zat yang kekal dan abadi yang kusebut sebagai Ilah."

[Waktu]
"Jawabanmu terlalu naif. Apakah semua manusia senaif dirimu?"

[Ann]
"Kenaifan adalah sebuah karunia dan anugerah dari akal pemikiran. Naif adalah ornamen dan loberci untuk keindahan. Dalam kata lain, tidak ada kehidupan tanpa sebuah kenaifan. Karena suatu inteligensi abadi berawal dari suatu fase kenaifan insan manusia."

[Waktu]
"Bagaimana arti kematian bagi orang naif sepertimu, wahai manusia?"

[Ann]
"Kematian akan terdengar menakutkan untuk mereka yang buta akan afeksi, filantropi, dan hati. Tidakkah kau lihat bahwa kematian adalah sebuah prelude dari bab buku untuk memulai sub-bab pelajaran yang baru? Dia bukanlah suatu akhir, melainkan sebuah introduksi menuju dunia abadi yang dikaruniai dari sang Kuasa."

—Anna Azzahra (11/02/2017)

Negeri Aksara AnnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang