Swastamitha bertanya,
"Apa yang pantas untuk diperjuangkan dalam waktu yang relatif ini?"Arunika menjawab, "Segala hal yang merupakan esensi kebahagiaan--mestika kehidupan. Apa kau mengerti wahai, Swastamita?"
"Yang kutahu hanyalah cinta, Arunika. Kalpataru duniawi adalah cinta. Pengabdian akhirat adalah cinta."
"Bukankah layaknya sang waktu cinta pun merupakan bagian dari kenisbian? Para kosmonaut menautkan cintanya pada planet pengembara, gugusan kartika, dan galaksi spiral. Para penulis mengabdikan cintanya untuk keindahan aksara. Para putri dongeng menaruh cintanya pada pangeran penunggang kuda. Jadi, cinta mana yang kau maksud?"
"Aku hanyalah fragmen dari etape matahari. Aku tak pantas untuk merasakan apa itu cinta dan pada apa aku menyerahkannya."
"Kau bisa saja menyerahkannya pada Tuhan sang Pencipta dan kreator semesta. Itulah cinta yang sejatinya. Bersyukurlah Swastamita, kita masih merupakan bagian dari parade kehidupan. Tanpamu, tanpaku, apa arti kehidupan ini?"
"Ya, kau benar. Fajar dan senja adalah kedua hal yang penting. Tetapi, bagaimana apabila aku menaruh cintaku pada sesuatu yang sulit dipertemukan denganku wahai, Arunika? Seperti menaruh cinta padamu contohnya."
"Kau tidak ingat? Kita bagian dari baskara. Kau mengawali hari, dan aku tak lain adalah bagian penutupnya. Tak sadarkah, kita telah dipertemukan dengan cara yang asterik? Tuhan punya banyak cara untuk menciptakan cinta."
-Anna Azzahra (04/03/17)
Sedikit analogi mengenai penciptaan cinta melalui Swastamita (Fajar) dan Arunika (Senja). Maafkan atas segala kekurangan. Didedikasikan untuk kalian semua yang sudah ingin meluangkan waktu untuk membaca karya "debu semesta" ini. Selamat membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Aksara Anna
PoesíaPemenang penghargaan Wattys 2017 Kategori The Storysmiths. •••