Chapter 8

2.3K 172 6
                                    

Happy reading! :)

***

"Hanya itu yang diketahui Douglas. Kami sudah mencekoki ia dengan banyak uang, dan paling tidak, itu sudah cukup. Kita bisa langsung ke rumah Theo malam ini juga. Tapi, aku khawatir dengan the boys. Besok, mereka masih memiliki jadwal untuk salah satu acara show stasiun televisi. Kita harus mempunyai waktu tidur yang cukup," jelas Drew.

"Kenapa harus repot-repot. Kita tidur saja sekarang. Setelah show mereka selesai, kita akan langsung ke Spring Valley. Acaranya dimulai jam 8 pagi." Kate menguap setelah ia selesai berbicara. Ia memang benar-benar sudah lelah. Perempuan itu bahkan hanya makan 1 kali, karena matanya terus memelototi the boys. "Simon sudah mengatur rencananya."

"Astaga. Kenapa tidak bilang daritadi. Aku sudah sangat mengantuk," gerutu Mike, kemudian ambruk di atas ranjangnya.

***

Kate menyembunyikan pistol yang selalu ia bawa kemanapun, di balik jaketnya. Perempuan dengan mata biru laut itu, memakaikan Wireless Headset disebelah telinganya, kemudian ia tutupi dengan rambutnya yang sekarang digerai. Dengan setelan kasualnya, ia keluar dari mobil paling akhir. Kate berkata pada salah satu bodyguard untuk menjaga mobil, paling tidak bersama 1 rekannya. Setelah berkata seperti itu, ia memasuki gedung studio.

Matanya menjelajah isi ruangan. Tidak ada yang aneh, pikirnya. Hanya sekumpulan penonton bayaran, kameramen, crew, batinnya. Ia berdiri menyandar pada dinding ruangan dengan tangan bersedekap, sebelum akhirnya teringat pada sesuatu. Pun, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Hallo?" Tanya Scott Brooklyn diseberang sana. Ia terheran-heran, karena memang, Kate nyaris tidak pernah menelepon Scott jika tidak ada perlu. "Katie? Kau disana?"

"Well, iya. Bagaimana kabarmu?" Kate menggerak-gerakkan kakinya, lalu menggigit bibir bawahnya.

"Tidak pernah sebaik ini," ucap Scott, memberi jeda sejenak, sebelum akhirnya berbicara lagi, "ada angin apa kau tiba-tiba menghubungi nomor orang yang berada di urutan paling bawah dalam kontakmu?"

"Look, Scott." Kate menghela nafas, sambil memejamkan matanya. "Kita sudah saling mengenal, bahkan sejak Drew dan aku masih berupa benih. Tidak, tidak. Maksudku, kita sudah sangat dekat dalam jangka waktu yang sangat lama, karena, kau teman baik.. Dad, dan.. Mom. Dan, mereka berdua telah mempercayakan kau untuk merawat aku, Mike, dan Drew, semenjak.. peristiwa Mom. Kami bertiga.. sudah menganggapmu sebagai Ayah kami, sejak figur Dad hilang. Aku.. merindukanmu."

Scott hanya terdiam diujung sana. Ia tidak percaya jika Kate, baru saja mengatakan jika ia merindukan dirinya, merindukan Scott, sebagai sosok Ayah. Scott sudah sangat menanti pernyataan itu keluar dari salah satu dari 3 anak Isabelle. Dan, malah Kate, lah, yang mengucapkannya untuk pertama kali. Scott sendiri sudah menganggap 3 anak buahnya itu sebagai anak kandungnya. Ia sangat menyayangi mereka bertiga. Sangat.

"Scott?"

Suara Katie, seakan menamparnya keras-keras untuk kembali ke dunia nyata. Scott memijat pelipisnya sendiri, berusaha untuk sedikit melupakan masalah terbesarnya. Ia berdeham.

"Cepat kau selesaikan misimu, Katie. Maafkan aku, um, sudah memberimu misi berat ini. Aku tidak bisa menolak Simon, dia sahabatku. Aku juga merindukanmu, Kate. Tolong sampaikan salamku pada Drew dan Mike. Katakan, aku juga merindukan mereka. Akan kuhubungi lagi lain hari. Sampai jumpa." Adalah kata-kata terakhir dari Scott, sebelum ia memutus sambungannya.

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang