Chapter 9

1.9K 180 1
                                    

Happy reading! :)

***

31st Spring Valley Road, London, England.

Theo Gillian meletakkan dua buah gelas berisi air putih di meja ruang tamu. Ia memperhatikan seorang perempuan dan laki-laki yang baru beberapa menit yang lalu mengetuk pintunya, dan sekarang malah terdiam tanpa suara. Ya, itu Katie, dan Mike.

Theo berdeham lumayan keras, membuat Mike dan Kate menengok kearahnya.

"Darimana kalian dapat kartu namaku?" Tanya Theo. Laki-laki itu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, dengan tangan yang menopang dagunya.

"Untuk apa kau membeli benda ini?" Mike menunjukkan kamera yang dibeli rekan, atau mungkin, Theo sendiri, di toko kecil seorang Douglas Robbinson. Mata Theo melotot, tetapi segera ia rubah dengan ekspresi datarnya.

"Untuk apa aku harus memberitahumu?" Theo meniru nada dan gaya bicara Mike, membuat Mike memutar bola matanya, jengkel.

"Well, kau tidak terlihat seperti seorang Agen, mata-mata, polisi, atau yang semacamnya."

"Memangnya, aku bilang, jika aku adalah salah satu dari mereka semua yang baru saja kau sebutkan itu?"

"Ja—"

Kate menggeram, kemudian memotong perkataan Mike, "Bisakah kita menghentikan hal konyol ini, dan mencoba untuk serius? Theo, kami masih memiliki urusan yang harus diselesaikan. Tolong, jangan semakin mempersulit semuanya," katanya. "Kami berdua akan menanyakan beberapa hal, dan kau, Theo, hanya harus menjawabnya dengan jujur. Oke?"

"Apa untungnya, untuk diriku?"

"Aku akan mencoba untuk memenuhi apa yang kau minta, atau kau butuhkan. Dan, aku tidak pernah mengingkari janjiku sendiri, dan berbohong. Kalian berdua saksinya."

Theo terdiam sejenak, sembari menatap tajam pemilik mata berwarna biru laut, yang baru saja berjanji padanya. Ia bahkan tidak tahu, siapa yang mengunjungi dirinya siang ini, dirumahnya sendiri. Mereka hanya orang asing untuk Theo. Tapi, entah kenapa—tidak tahu apa yang dipikirkan orang itu—Theo malah mengangguk setuju.

"Tapi, sebelumnya, siapa nama kalian?"

Katie dan Mike saling menatap secara bersamaan. Mike mengangguk pelan, pelan sekali. "Aku Dengker. Yang ini temanku, namanya Ryder."

Dahi Theo mengernyit, sebelum akhirnya, mengangguk mengerti.

"Kau harus berjanji untuk tidak membocorkan semua yang kami tanyakan, atau ceritakan pada dirimu," kata Kate.

Theo mengangguk, lagi. "Aku janji."

"Apa benar, kau membeli ini dari Douglas Robbinson, tiga hari yang lalu? Toko miliknya berada agak jauh dari hiruk pikuk kota, jika kau masih ingat." Mike memulai. "Jangan berbohong. Kami sudah tahu semuanya. Pertanyaan itu, hanya untuk memastikan saja."

Untuk kali ini, Theo tidak bisa menahan dorongan untuk tidak membulatkan matanya secara lebar-lebar. Bagaimana bisa mereka tahu?, batinnya. Padahal, dia, dan semua kawanannya, sudah membuat usaha untuk menutup mulut Douglas tentang kedatangan mereka. Kemudian, satu fakta kusut melintas dibenaknya. Seharusnya, aku tidak mempercayai Si Tua Pembohong itu, rasakan saja jika ia hanya tinggal nama nanti, gerutunya didalam hati.

"Kalian mengenal mata keranjang itu? Oh, dasar. Aku sangat membenci orang yang cabul dan norak." Theo memutar bola matanya. "Ryder, apa janjimu sudah berlaku untuk sekarang ini?"

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang