Chapter 23

1.4K 135 1
                                    

Happy reading! :)

***

"Kate."

Katie menoleh, ketika ia mendengar Zayn memanggil namanya. Seperti ada sengatan berjuta-juta volt ketika dirinya melihat Zayn dari jarak sedekat ini. Ia bahkan dapat melihat dengan jelas, bola mata secoklat madu itu. Kurang beberapa sentimeter lagi, jika Kate bergerak maju, wajahnya akan bertabrakan dengan wajah Zayn. Tidak mau hal yang ia bayangkan betulan terjadi, Kate mundur selangkah agak jauh. Perempuan itu menghembuskan nafasnya, yang sedari tadi bahkan tidak sadar jika ia menahan napasnya sendiri.

"Kau sudah selesai bersiap-siap?" Tanya Kate, kemudian kembali mencoba untuk bersikap normal, walaupun jantungnya sudah seperti ingin copot karena berdetak terlalu kencang. Sialan, ia tidak mau ini terjadi terlalu cepat. Terlalu cepat! Tentu saja! Ia bahkan barusaja berada dirumah ini beberapa hari.

Zayn mengangguk. "Aku sudah menyiapkannya dari beberapa jam yang lalu, ketika kau pergi keluar. Dan, setelah ini hanya perlu berganti baju yang lebih pas."

"Baguslah," kata Kate, agak gugup. Ia mengumpat dalam hati. "Lalu, untuk apa kau kemari? Kukira, kau perlu bantuanku untuk mengemasi barangmu. Tapi, ternyata kau bahkan sudah selesai terlebih dahulu."

Zayn bungkam. Perasaan gugup—yang sama yang dirasakan oleh Kate—kini merayapi tubuhnya. Ia sendiri tidak tahu kenapa dirinya malah menghampiri Kate! Dan sekarang, untuk semakin membuat Zayn merasa lebih buruk, Kate menanyakan tentang apa tujuan laki-laki itu menghampiri dirinya. Apa yang harus Zayn jawab? Pasalnya, ia hanya mengikuti perintah dari kakinya yang menuju kesini. Zayn menunduk, sembari bersedekap, masih merasa gugup dan bingung dengan dirinya sendiri.

Sementara itu, Kate menghentikan kegiatan siap-siapnya untuk beberapa saat. Ia memandang Zayn dengan tatapan aneh. Baiklah, sekarang, Kate merasa Zayn menjadi aneh dan berbeda. Maksudnya, tidak seperti beberapa menit yang lalu, ketika Zayn datang dan membuat wajah Kate memerah. Oh, yang benar saja. Kate bahkan tidak mau mengaku jika ia merona. Untuknya, ini semua hanya masalah waktu. Dan sekarang, bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal semacam itu.

"Sepatu yang menarik, Zayn," kata Kate, membuat Zayn mendongak, kikuk. Melihatnya, Kate hanya terkekeh pelan, sambil melanjutkan bersiap-siap. "Seharusnya, kau lebih baik melakukan hal-hal penting lainnya, ketimbang berdiri disini, dan memandang kearah sepatumu, atau melihatku menyiapkan barang-barang."

Zayn meringis. "Itu sebuah kode, ya?" Katanya. "Baiklah. Aku akan membantumu, Kate."

"Terimakasih, Malik." Kate tersenyum pada Zayn, dan dibalas oleh senyuman Zayn juga, membuat pipi Kate memanas. Dengan itu, Kate menyerah. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri untuk yang banyak kali lagi, jika sekarang, Kate menyukai seorang Zayn Malik. Dan, Kate tidak bisa menggolongkannya kedalam berita baik atau buruk. Tapi, sepertinya tidak akan berakhir baik.

Tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya, kan?

***

Drew menekan sebuah tombol tersembunyi bundar berwarna merah didalam kotak perkakas. Pun, tak lama kemudian, ubin yang sebelumnya tertata rapi dan rapat, kini terbuka lebar, menampilkan jalan bawah tanah yang sebelumnya diberitahu oleh Paul. Sementara laki-laki itu sendiri sudah pergi terlebih dahulu untuk menemui Simon, sekaligus mengecek jalan bawah tanahnya, karena memang, sudah tidak pernah dipakai selama beberapa tahun.

"Semoga saja jalan ini aman," gumam Drew. "Baiklah. 3 bersamaku, dan 3 yang lain bersama Mike. Kalau bisa, kalian berlima harus dipecah, jangan pergi bersama-sama. Jalannya memiliki beberapa lorong, tetapi berakhir di ujung yang sama. Kita bertemu di pohon raksasa."

Setelah berkata seperti itu, Drew masuk ke mobil yang sudah disiapkan oleh Paul, bersama dengan Niall, Liam, dan Louis. Sementara itu, Harry dan Zayn semobil dengan Mike dan Kate. Kate sempat menangkap adanya Zayn yang tersenyum padanya. Perempuan itu membalas dengan senyuman tipis, kemudian segera masuk ke mobil. Bukannya apa, ia hanya tidak ingin membuat harapan yang terlalu besar untuk Zayn, ketika Kate sadar jika ini semua tidak akan berakhir baik.

Harry hanya diam saja, bahkan sampai mobil mereka mulai berjalan di jalan bawah tanah. Ia terlihat sangat tidak bersemangat untuk rencana kali ini. Alih-alih mengobrol dengan Zayn ataupun Kate, ia memilih untuk tidur, dengan posisi memunggungi Zayn. Zayn memijat pelipisnya. Ada apa lagi dengan si Keriting ini? Didiamkan oleh Harry adalah hal paling terakhir yang ingin Zayn lakukan.

"Coba kau pegang dahinya," kata Kate setelah beberapa saat, menunggu sampai Harry benar-benar tertidur.

Laki-laki berambut hitam itu melakukan apa yang dikatakan oleh Kate. "Dia tidak sakit, Kate. Mungkin, ia sedang tidak berada di mood yang baik. Atau, Harry memiliki masalah pribadi yang benar-benar pribadi."

"Memang tidak menutup kemungkinan. Dia menjadi agak pendiam beberapa jam terakhir. Apa itu kebiasaannya?" Ucap Mike, setelah menurunkan kecepatan mobilnya.

"Bukan. Harry tidak biasanya bersikap sok diam. Malah sering terlihat menjahili Niall atau yang lainnya, bersama dengan Louis. Aku tidak begitu yakin jika ia memiliki masalah. Dia cenderung menyembunyikannya dan tetap bersikap seolah-olah-tidak-terjadi-apa-apa, daripada mengungkapkannya melalu gestur tubuh."

"Well, itu urusannya, biarkan dia sendiri yang menyelesaikannya. Mungkin, dia sedang tidak ingin menceritakannya pada siapapun. Lebih baik, kita tutup mulut tentang ini, dan jangan berkata pada orang yang lain jika Harry agak berubah. Itu hanya akan membuat semuanya menjadi semakin rumit." Kate melirik Zayn dari kaca spion.

Zayn mengangguk, kemudian menyandarkan kepalanya pada kaca jendela mobil. Ia menutup matanya untuk beberapa saat. Semua kejadian yang ia dan teman-temannya alami akhir-akhir ini membuatnya lelah. Ralat, sangat lelah, baik fisik maupun batin. Ada begitu banyak pertanyaan yang sekarang mondar-mandir di otaknya. Salah satunya adalah; Directioners.

Ia tidak tahu bagaimana kabar mereka semua. Karena, pada kenyataannya, Zayn belum membuka satupun media sosialnya selama beberapa hari terakhir. Mereka pasti akan bertanya-tanya tentang kemana perginya laki-laki itu. Lagi, berita tentang kejadian di konser semalam pasti akan membuat para Directioners khawatir level akut, dan menghujani akun-akun the boys dengan berbagai pertanyaan, menggunakan huruf kapital.

Ia barusaja ingin menghidupkan ponselnya, yang sebelumnya berada pada mode off, ketika Kate melihat apa yang ingin dilakukannya. Kate mencegah Zayn, kemudian merampas ponsel Zayn, mencabut baterainya. Ia meletakkannya di dashboard mobil.

"Tidak boleh ada ponsel yang hidup. Drew masih belum menyamarkan nomornya. Aku harap, kau bisa mengerti dengan keadaannya."

TO BE CONTINUED!

author's note: whooOOOooops

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang