Chapter 18

1.5K 132 3
                                    

Happy reading! :)

***

Drew menutup—menyekap—mulut dari orang yang berada didepannya dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius, kemudian memakaikan topi pada kepalanya, dan melepas topengnya. Drew sedikit menjauhkan tubuh orang yang barusaja ia bius, lalu memapahnya seolah-olah yang tadi itu bukan apa-apa.

"Nikmati konsernya. Temanku memang suka mabuk-mabukan di semua tempat," katanya untuk remaja perempuan yang barusan ia tabrak. Setelah berkata seperti itu, Drew bergegas menjauh dari area tribun, menuju backstage.

"Satu jatuh. Tetap waspada. Awasi panggung."

Katie menoleh ke kanan dan ke kiri. Pistol yang berada di pinggangnya, ia pegang terus menerus. Misi seperti ini, merupakan satu dari beberapa misi yang pernah dilakukan dirinya, yang paling menegangkan. Alat penyamarannya hanya berupa kacamata hitam, sementara statusnya saat ini adalah Agen Rahasia. Semua orang bisa saja mengambil gambar Kate tanpa sepengetahuan perempuan itu.

Ketika lagu She's Not Afraid dinyanyikan, sepasang mata biru Kate menangkap seorang kru laki-laki yang bertingkah aneh. Berbeda dengan kru yang lainnya, yang nampak tenang-tenang saja. Memperjeli penglihatannya, Kate melihat adanya pisau lipat yang menyembul dari balik sepatu laki-laki itu. Dengan inisiatif yang Kate buat, ia menggunakan kartu tanda pengenal di dada kirinya—sebagai seorang kru—kemudian mengurai rambutnya untuk menutupi wireless headset yang ia gunakan. Pistolnya, ia sembunyikan dibalik jaketnya. Kemudian, Kate mendekati laki-laki tadi dengan kacamata yang diganti dengan kacamata berlensa bening.

"Kate, hati-hati." Suara Jean mengisi pendengarannya. Kate berhenti melangkah. Ia menatap panggung sebentar.

"Jangan terkecoh, Jean. Jaga matamu untuk the boys."

"Hey, apa kau baik-baik saja.. Max?" Tanya Kate sok ramah dengan suara yang sedikit dikeraskan, padahal didalam hatinya, ia sudah sangat ingin meledakkan kepala pria yang ada di dekatnya. Perempuan itu membaca name tag dari lelaki yang bernama Max.

Yang dipanggil menoleh. Dari jarak lumayan dekat ini, Kate dapat melihat keringat yang mengucur deras dari pelipis Max, keringat dingin. Kate berusaha untuk tidak langsung meledakkan amarahnya sekarang juga.

"Kau kru baru, ya?" Lanjut Kate.

"Iya," jawab Max, kelewat singkat. Untuk saat ini, ia sedang tidak ingin berkata banyak-banyak. Berbicara panjang lebar ketika kau sedang gugup bukanlah ide yang bagus, iya jika kau ingin kepergok.

"Petugas diujung sana ingin orang bernama Max untuk mengambilkan dua kardus air mineral botol, yang ukuran kecil. Sebaiknya kau segera melakukannya, petugas itu agak temperamental," ucap Kate. "Aku hanya menyampaikan amanat."

Max terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk dan berbalik untuk melakukan apa yang disebut oleh Kate. Dengan gerakan cepat, Kate segera mengunci gerakan orang itu dari belakang, bahkan sebelum Max sempat melakukan langkah keduanya. Sementara itu, Kate menahan diri untuk tidak mematahkan kaki Max saat ini juga. Kate mengeluarkan alat suntik dari saku jaketnya, menusukkannya pada leher Max, hingga laki-laki itu pingsan.

Sementara itu, Mike tengah memelototi layar televisi besar yang menampilkan tiap sudut dari semua ruangan yang ada di stadium. Paul yang berada disebelahnya, juga turut mengamati tentang apa saja yang terjadi. Paul tidak bisa melepaskan pandangannya dari 5 laki-laki yang berada di atas panggung, yang tengah bernyayi lagu Little Things hanya dengan diiringi gitar akustik.

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang