Chapter 15

1.7K 144 4
                                    

Happy reading! :)

***

Bagi seorang seorang Zayn Malik, tidak ada yang lebih baik daripada mendengarkan lagu dikamarnya sendiri, atau berkumpul dengan teman-temannya. Untuknya, teman-temannya di One Direction, sudah ia anggap sebagai saudara laki-lakinya sendiri. Zayn tidak pernah berpikiran untuk keluar dari band. Tapi, bagaimanapun, tidak ada yang tahu bagaimana ia kedepannya. Yang bisa ia lakukan, hanya terus melakukan apa yang seharusnya Zayn lakukan, dan menunggu ketika mungkin, saat itu datang.

Tidak tahu apa yang dipikirkan Zayn, sekarang ia lebih memilih untuk menonton televisi di ruang keluarga ketimbang mendengarkan lagu di kamar dengan earphone. Barangkali ada rumor murahan tentang the boys, atau kabar terbaru, katanya ketika ditanya oleh Louis. Lagipula, ia juga bosan mendengarkan lagu terus-menerus, sampai telinganya terasa berdenyut-denyut. Zayn masih belum ingin gendang telinganya pecah. Jadi, ia memutuskan untuk bersantai saja.

Ia baru saja ingin mengganti saluran televisi ketika seseorang duduk disebelahnya. Zayn menengok, melihat Kate dengan sebungkus snack ditangannya. Sebuh senyum tipis terukir di wajah Zayn.

"Oh, Kate," katanya, dan Kate menoleh dengan alis yang menyatu. Ia tidak tahu kenapa laki-laki berdarah Inggris-Pakistan itu tiba-tiba menyebut namanya. "Dimana kedua kakakmu?"

Ekspresi Kate kembali ke semula, datar, kemudian mengalihkan pandangannya. "Pergi." Kate berkata ketika sebuah pertanyaan melintas di pikirannya. "Kau memiliki urusan dengan Drew? Atau Mike?"

Zayn menggeleng. "Tidak," ia memberi jeda sejenak. "Aku sebenarnya memiliki banyak pertanyaan. Sejujurnya, bukan aku. Tetapi teman-temanku." Zayn menatap Kate beberapa detik, sebelum berbicara, "sebenarnya kalian bertiga—kau, Drew, dan Mike—ini siapa?"

"Aku dan Mike sudah pernah bilang ketika Simon mengenalkan aku dan kedua kakak ku pada kalian berlima. Kami ini crew baru. Crew khusus yang diberi tugas untuk menjaga kalian, untuk sementara waktu. Apa itu kurang jelas?"

Zayn menggeleng sekali lagi. "Maksudku, mungkin saja kau dan kedua kakakmu bisa lebih dari itu. Kalian pasti memiliki pekerjaan yang lain, dari hanya bekerja sebagai crew khusus yang bertugas sebagai seorang bodyguard. Itu sudah sangat jelas. Kalian sudah pernah menjelaskannya secara blak-blakan—beberapa kali terjadi."

"Aku tidak mengerti tentang apa yang kau barusan bicarakan. And let me get this straight, aku bukan bodyguard." Kate agak menjauhkan dirinya dari Zayn. "Apa wajahku seperti wajah-wajah penyelundup gelap atau penipu?"

"Bukan begitu, Katie." Zayn memutar kedua bola matanya. "Kau memiliki pekerjaan lain, pekerjaan yang bisa saja lebih berbahaya dari sekedar menjaga kami berlima. Kau ingat ketika penyerangan di jalan raya selepas konser? Itu gila; kau menembak dengan tepat ketika mobil sedang berada di kecepatan yang tinggi. Uncle Simon bahkan mempercayakan mobil dengan berbagai senjata api untuk kalian bertiga. Aku dan the lads benar-benar tidak habis pikir tentang itu semua."

Kate terdiam, tidak tahu harus merespon dengan bagaimana atau apa. Di satu sisi, ia tidak bisa harus terus berbohong seperti ini. Cepat atau lambat, the boys akan tahu tentang jati dirinya dan kedua kakaknya. Di sisi yang lain, ini adalah tuntutan pekerjaan. Kate tidak mungkin secara terang-terangan mengatakan jika ia, Drew, dan Mike adalah seorang Agen Rahasia ke sembarang orang. Terlalu berbahaya.

Perempuan itu mendengus, lalu meremas bungkus snack yang sudah kosong. "Aku tidak bisa mengatakannya. Lagipula, juga bukan aku yang berhak menjawab semua pertanyaanmu itu. Maafkan aku, Zayn. Tapi, kami benar-benar tidak bisa menjelaskannya."

Zayn mengangguk mengerti. "Aku juga minta maaf karena telah memaksamu. Aku mengerti jika kau sungguhan merahasiakannya. Lagipula, aku siapa? Aku hanya temanmu, kan?"

Pisau yang telah menancap di perut Kate, terasa seperti dimasukkan lebih dalam lagi dan diputar-putar dengan cepat saat itu juga. Telapak tangannya yang sudah berkeringat dingin, meremas bungkus snack nya lebih kuat.

Ya, aku hanya temannya. Atau mungkin, hanya penjaganya. Lagipula, apa yang kuharapkan, bodoh.

"Kalian memiliki jadwal konser malam ini, jam 9. Lebih baik kau segera bersiap-siap. Kita akan pergi untuk sound check sebentar lagi," kata Kate yang sangat jelas sekali, untuk mengalihkan topik obrolan mereka berdua, sementara Zayn hanya mengangguk untuk yang kesekian kalinya. Kate mengutuk dirinya didalam hati; bodoh, bodoh! Kenapa aku malah datang kesini. Semuanya menjadi kacau.

***

"Apa yang dikatakan Simon?" Tanya Kate ketika kakaknya sudah kembali ke basecamp.

"Tidak ada. Simon sedang pergi untuk mengurus urusannya yang lain—dasar orang sibuk. Jadi, kami menemui Paul," ucap Mike. "Dia akan datang untuk konser the boys malam ini. Paul akan mengurus rencana pindah basecamp dalam waktu dekat, tentu saja jika keadaannya menjadi parah dan kacau."

"Oh, jadi, ia menganggap tragedi dikamar Niall hanya peristiwa yang biasa-biasa saja? Ayolah, aku bekerja bertahun-tahun sebagai Agen lapangan, dan hal semacam itu masih dapat membuatku mual," kata Kate, sarkastik, dengan suara yang nyaris berbisik.

Drew menghela nafas. "Aku harap, aku mempunyai adik yang lebih baik dari pada kalian berdua," katanya, membuat mata Kate dan Mike mendelik secara bersamaan. "Maksud Paul, jika situasinya menjadi lebih parah daripada itu. Dia mengusulkan untuk pindah ke tempat yang lebih ramai, di kota, misalnya. Karena, banyak orang, akan banyak saksi mata. Kita bisa mencari bantuan dengan sangat mudah."

"Karena, banyak orang, akan banyak orang yang menyamar juga." Kate menyanggah, sarkastik, lagi. "Lagipula, kalian juga tidak ingin jika ini semua menjadi trending topic di twitter, atau masuk koran dengan headline, 'One Direction Ditemukan Tewas Di Basecamp Karena Tiga Bodyguards Yang Tidak Becus', kan?" Lanjutnya. "Banyak paparazzi kurang ajar, Drew. Scott tidak akan menyetujui rencana ini. Apalagi Simon."

"Seharusnya, aku yang berharap, agar aku memiliki kakak yang lebih pintar dan baik daripada kalian berdua," cerocos Kate lagi. "Menurutku, lebih baik kita pindah ke tempat yang lebih sepi dari penduduk atau paparazzi. Seperti.. pedesaan misalnya?"

"Mereka bisa melacak kita semua kapanpun mereka mau." Mike menyanggah.

Kemudian, Drew berkata, "aku bisa menipu mereka dengan menyamarkan nomornya." Ia mengangguk. "Ya, dan kabar baiknya, aku sependapat dengan Kate. Aku akan segera menghubungi Paul, Simon, dan Scott jika Mike menyetujuinya."

Mike mendesah berat. "Baiklah. Drew ketuanya."

Drew tersenyum lebar. Dia mengeluarkan ponsel miliknya dari saku celana yang sekarang ia kenakan, kemudian agak menjauh dari kedua saudaranya.

Sementara itu, Mike menatap Kate dengan pandangan aneh. "Kau menjadi lebih pemarah akhir-akhir ini, ngomong-ngomong," kata Mike, membuat Kate menatapnya. "Kau.. sedang ada tamu bulanan, ya?"

Mata Kate mendelik. "Enak sekali kau berbicara. Tidak," sanggahnya. Ia berjalan menjauh dari Mike, kemudian berbicara kepada dirinya sendiri dengan suara semut, "tidak salah."

TO BE CONTINUED!

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang