Chapter 22

1.4K 134 1
                                    

Happy reading! :)

***

Baik Kate Crawford dan Peter Brown sama-sama merunduk, berlindung dibalik meja kerja Peter. Sial, kenapa mereka sangat berani sekali, batin Kate. Ia sudah sangat yakin jika suara tembakan itu berasal dari The Troublemakers. Memangnya mau siapa lagi? Tidak ada orang yang sangat berani dan ceroboh sampai nekat menyerang kantor polisi. Semuanya menjadi lebih buruk. Kate menarik rambutnya ke belakang, frustasi.

"Aku akan keluar. Terserah kau mau ikut ataupun tidak. Yang jelas, tetap terjaga agar tidak tertembak," jelas Kate, sambil membawa gelas kopinya keluar. Ia mengeluarkan pistolnya dari balik jaket. Ia cukup pintar untuk mengantisipasi keadaan, dengan membawa beberapa amunisi.

"Aku dibelakangmu, Kate," kata Pete ketika Kate merapat pada dinding, dan mengintip keluar. Kate mengangguk.

Seseorang akan memasuki ruangan Peter. Kate tahu jelas tentang itu. Pun, ia memasukkan pistolnya kembali ke tempatnya yang semula, sembari mengambil sikap jaga-jaga. Ketika orang itu baru membuka pintu, Kate segera menariknya, disekap, dan menumpahkan isi dari gelas kopi panas kewajahnya. Orang itu meronta, bersamaan dengan Kate yang mengunci semua gerakannya, mematahkan kaki dan tangannya, kemudian memukul kepalanya dengan senjata yang sebelumnya dibawa oleh orang itu.

"Katakan padaku jika kau tidak mengundang mereka kemari untuk sebuah pesta," bisik Peter, sambil berjaga di dekat pintu, sama seperti Kate. Pikiran laki-laki itu kalang kabut untuk sekarang ini. Yang ada dipikirannya sekarang hanya polisi-polisi yang berada di luar ruangannya sekarang.

BANG!

Kate menembak satu dari mereka yang akan menembak dirinya. Ia mendecak. "Aku bahkan tidak membawa sebotolpun vodka ataupun cocktail. Lagipula kau tidak memberitahuku jika pesta ini akan diadakan. Jadi, jangan salahkan aku, oke? Aku hanya sekadar datang."

Peter melemparkan bom asap ke luar ruangannya, yang ia dapat dari orang yang tadi dihajar Kate. Dengan adanya asap yang mulai membutakan penglihatan, Kate menembak mereka dengan Rifle yang sebelumnya didapat dari salah satu dari mereka. Ia berusaha untuk mengandalkan indera pendengarannya dengan baik. Yang dapat ia simpulkan ketika ia mengalami kejadian ini adalah; dirinya diuntit, atau bisa saja disadap. Oh, lengkap sudah penderitaannya. Kate masih belum ingin mati muda. Paling tidak, ia harus mempunyai seorang suami. Lupakan saja.

Bersamaan dengan itu, Peter memberikan sebuah kunci pada Kate, dan menyelipkan sebuah kertas di jaket Kate tanpa sepengetahuan perempuan itu. Kate memandangnya dengan heran. Apa laki-laki ini bodoh? Dia menyuruh Kate untuk melarikan diri dari kantor polisi, sementara Peter dan anak buahnya melawan The Troublemakers sendirian? Baiklah, Peter memang kelewat bodoh. Seharusnya, ia berterimakasih pada Kate karena sudah berbaik hati ikut menghajar mereka, bukannya malah mengusir dirinya. Kate tahu, maksud dari Peter bukan untuk mengusirnya, tapi mau bagaimanapun, adanya The Troublemakers disini adalah karena perempuan itu.

"Pergi dari sini, Kate," ucap Peter, berbisik, meskipun agak tidak terdengar karena suara tembakan terlalu dominan di kantor polisi pagi itu.

"Mereka semua masih menjadi tanggung jawabku, Tn. Brown. Mereka ada disini, karena mereka mencariku. Aku tidak bisa begitu saja melarikan diri seenak hatiku."

"Maka dari itu, Crawford. Mereka disini karena mereka mencarimu; itu artinya, dirimu sedang terancam. Kau harus segera pergi darisini dengan mobilku. Kendaraanmu mungkin sudah dipasang peledak," katanya. "Kau berharga. Masih banyak orang yang membutuhkan dirimu. Lagipula, kau tidak ingin melalaikan tugasmu, kan?"

Kate mengerang agak keras, kemudian segera berlari menuju pintu belakang, dengan Peter yang melindungi dirinya. Meskipun Kate sendiri benci mengakuinya, namun jika dipikir-pikir lagi, perkataan Peter ada benarnya juga. Ia menahan diri untuk tidak menembak kepala Peter saat itu juga. Kate tidak bisa begitu saja meninggalkan tugasnya. Misi ada untuk diselesaikan, bukan ditutup seenaknya. Perempuan itu akan tetap menyelesaikan misinya sampai tuntas, meskipun sudah dicegah oleh Scott Brooklyn, karena terlalu berbahaya.

Ia menengok kebelakang. Peter sudah hilang dari pandangannya, dan suara tembakannya sudah agak mengecil. Dengan hati yang sudah benar-benar jengkel dan geram, ia masuk kedalam mobil Peter dengan membanting pintu, mengemudikan mobil secara ugal-ugalan. Satu-satunya hal yang ia katakan berulang kali didalam hati adalah; semoga Peter selamat. Baru beberapa kali ia menggumamkan kalimat itu, suara ledakan terdengar memekakan telinga Kate. Pun, ia melihat dari kaca spion, mendapati kantor polisi dimakan oleh api.

Sialan, berengsek, benar-benar berengsek.

***

"Untuk sekarang ini, aku sedang tidak bercanda. Kita harus benar-benar pindah. Sekarang, juga."

Zayn Malik memandang Kate dengan alis yang terangkat satu. Ia heran dengan Kate. Pasalnya, perempuan itu bahkan barusaja datang dari entah-darimana, kemudian langsung meledak-ledak seperti ini. Tidak biasanya Kate bertingkah seperti itu. Walaupun Zayn baru beberapa hari tinggal seatap dengan Kate, ia dapat tahu cukup baik tentang sifat Kate. Zayn pengamat yang cukup baik, ditambah lagi dengan rasa tertarik cukup tingginya pada Kate.

Kate itu perempuan yang tidak seperti perempuan sewajarnya. Jadi, ketika sebagian besar perempuan memilih untuk mengenakan pakaian kurang bahan, Kate tetap tidak terpengaruh. Ia akan mengenakan setelan kaus dan celana jeans nya, ditambah jaket dan sneakers, atau mungkin boots. Sama seperti tipikal Zayn, yang tidak muluk-muluk. Seperti, menaburkan bedak terlalu berlebihan, sampai-sampai Zayn bertanya-tanya; itu wajah atau adonan kue? Atau; kau ingin membuat sirkus murahan?

Kembali ke topik awal.

"Kau bilang, kau barusaja bertemu dengan Tn. Brown di kantor polisi?" Kata Drew Crawford, yang nadanya lebih menjorok ke pertanyaan.

"Pertama; aku memang pergi kesana untuk bertemu dengan Peter, dan mengobrol tentang orang yang menyerangku. Kedua; semuanya baik-baik saja, sampai sekelompok orang datang, mengacaukan pertemuan kami, dan kantor polisi. Aku keluar darisana, ketika Peter memutuskan untuk meledakkan kantor polisinya."

"Kalau begitu, semuanya aman. Kita masih bisa tinggal disini sampai besok malam. Kau tidak perlu sepanik itu, Kate," kata Paul, bermaksud menenangkan. Tetapi, malah disambut oleh geraman Kate.

"Apa tidak ada satupun dari kalian yang berhasil menangkap point nya?" Tanya Kate. Ia menghela nafas. "Mereka menginginkanku. Itu sebabnya mereka menyerang kantor polisi. Aku masih cukup waras untuk tidak menyerahkan diriku sendiri—belum. Kita harus pergi darisini, Paul. Segera. Dan, aku harap kalian sudah berkemas."

"Masih ada beberapa barang yang belum disiapkan. Lagipula, kita masih belum membicarakan ini dengan Simon ataupun Scott. Dan, ini masih terlalu pagi, masih banyak paparazzi diluar pagar. Sekarang bertambah di pintu belakang," ungkap Mike Crawford.

"Masa bodoh." Kate bergumam. "Siapa bilang kita akan lewat pintu depan maupun belakang? Kurasa, Simon sengaja untuk tidak memberitahu kalian semua tentang ini, kecuali Paul dan kedua kakakku."

"Maksudmu ada jalan lain? Cerobong asap? Jadi, kita akan naik helikopter, begitu?" Tanya Liam Payne.

Paul mengangguk. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana. Laki-laki itu berucap, bersamaan dengan ia yang menunjukkan layar ponselnya ke semua orang yang saat itu berada di ruang keluarga.

"Ya, semacam itu. Kita akan naik helikopter 4 jam lagi, pergi sejauh mungkin darisini. Mereka mencegat kita di dekat pintu belakang."

ADA. JALAN BAWAH TANAH, TEPAT DI BAWAH GARASI KENDARAAN. PERSIAPKAN DIRI KALIAN SECEPAT MUNGKIN.

TO BE CONTINUED!

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang