Chapter 5

3K 220 5
                                    

CEK MULMED!!!1!!!!!1!!!!!1!!!!!!!!!!

Happy reading! :)

***

Somewhere in Earth.

"Laporan hari ini," kata seseorang. Ia menyesap rokoknya dalam-dalam, sambil terus melihat—melirik—anak buahnya dengan tatapan tajam. Garis wajahnya keras, memberikan kesan yang menyeramkan, dengan tato yang hampir menutupi kulit lengannya.

"Ga-gagal. Semuanya tewas dalam pengejaran. Mobilnya anti peluru. Sepertinya, Simon telah menyewa orang baru untuk melindungi mereka," jawabnya dengan nada takut-takut. Ia terus menunduk, sembari memainkan jarinya, entah kenapa tampilan dari ubin ruangan seperti terlihat lebih menarik dari wajah orang yang sekarang ia temui.

Orang itu menggeram. Ia menggebrak mejanya, kemudian menginjak-nginjak rokoknya yang tinggal setengah batang. "Those assholes," desisnya. "Tenang saja. Dengan tindakan yang barusaja diambil oleh Simon, peperangan yang mengasyikkan ini baru saja dimulai. Ini, baru dimulai."

***

Louis melihat Crawford bersaudara yang tengah bercanda, dari ujung matanya. Ia masih terheran-heran; darimana mereka semua belajar menembak seperti itu? Bidikan Kate dan Mike nyaris selalu tepat, dan kemampuan aksi mengebut ugal-ugalan dari Drew tidak bisa diragukan. Tidak sembarang orang bisa menembak dengan tepat, sementara mobil yang mereka tumpangi tengah berjalan jauh diatas kecepatan rata-rata.

Louis sedikit melompat ketika ia merasakan tepukan dipundaknya. Liam berdiri dibelakangnya, dengan setoples makanan ringan. Ia menyodorkan toplesnya kearah Louis.

"Kau mau?" Tawarnya. Louis menatapnya beberapa detik, sebelum akhirnya, menggeleng sebagai respon. "Apa yang kau lihat?" Tanyanya lagi, kemudian mengambil tempat disebelah Louis.

"Tidak ada," bohong Louis, lalu mengalihkan perhatiannya pada televisi yang sedari tadi menyala, tetapi tidak ada yang menontonnya.

"Ah, kau tidak pandai berbohong, Tomlinson. Kau harus berguru pada orang yang benar. Aku, contohnya." Liam tergelak, dibuat-buat. "Jadi, untuk apa pandangan yang kau tujukan kepada Katie beberapa menit terakhir?"

Louis menepuk kepala belakang Liam, membuat laki-laki berambut cepak itu meringis kesakitan. "Kalau sudah tahu, kenapa bertanya, bodoh?" Katanya, sarkastik, seperti yang biasa ia lakukan. "Tidak hanya Kate saja, Payne. Ada apa, sih, dengan otakmu itu?" Louis memutar bola matanya.

"Otakku masih waras. Berwarna merah muda, berada di kepala, masih belum berpindah tempat. Semuanya masih baik-baik saja. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

"Astaga." Louis mengusap kasar wajahnya, lalu bersandar pada sandaran sofa, dan mengganti-ganti saluran televisi tanpa niat.

"Memangnya, ada apa, Lou?" Ucap Liam. Ia bertanya tanpa menatap lawan bicaranya, masih sibuk sendiri dengan ponsel dan makanan ringannya. Untuk apa? Toh, juga dia tidak melihatku, lalu apa yang harus kutatap? Kutu dirambutnya?, batin Liam.

"Aku baik-baik saja," jawab Louis.

Louis melirik toples yang berada dipangkuan Liam, lalu berniat untuk mengambil sedikit makanan ringan yang berada didalamnya, dengan pandangan yang terpatri ke televisi. Bersamaan dengan itu, Liam mengangkat toplesnya, hendak memindahkannya ke sisi yang lain. Jadilah, mata Liam melotot melihat apa yang dipegang oleh tangan Louis.

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang