Chapter 12

1.8K 155 5
                                    

Happy reading! :)

***

"Brengsek! Benar-benar brengsek! Keparat terkutuk itu sudah menghapus semua foto yang ada di kameranya, tepat sebelum aku menyerangnya," Teriak perempuan itu.

Katie nyaris melempar kamera yang ia dapat, keluar jendela kamarnya. Emosi kembali naik ke ubun-ubunnya, namun ia berusaha untuk tidak meledak kali ini. Ia sudah merasa cukup untuk melampiaskan amarahnya pada laki-laki yang ia bunuh pagi ini. Dan, untuk sekarang, lebih baik jangan. Kate bisa saja menghancurkan semua properti didalam kamarnya dalam sekali gerakan. Wajahnya memerah, tengah berusaha keras untuk tidak melepas amarahnya.

Drew dan Mike menghela nafas berat. The Troublemakers, berhasil mendapat foto Kate. Dan berarti, keadaan gadis itu sedang terancam. Namanya, kini tertulis dalam blacklist, sama dengan the boys, dalam buku catatan gangster tersebut. Drew merasa, ia gagal menjadi kakak yang baik, yang dapat melindungi kedua adiknya. Yang dapat mereka lakukan setelah ini adalah; tetap bertahan, melindungi the boys, atau kalau perlu, berkorban untuk mereka berlima. Karena, itu misi mereka. Dan, mereka harus mengatasi misi sampai tuntas.

Mike mengusap wajahnya kasar. Mereka bertiga tidak boleh sampai termakan oleh rasa bersalah masing-masing. Seorang Agen yang baik, adalah yang pantang menyerah, dan menuntaskan misinya, meskipun banyak halangan yang menghadapi mereka. Scott selalu berkata jika; 'Jangan gampang menyerah, sesulit apapun kau mencapai tujuanmu. Semuanya, memang sulit, jika kau ingin mendapat sesuatu yang bagus.'

Oh, Scott!, batinnya.

Mike langsung saja meraih ponselnya yang tersimpan didalam saku celananya, kemudian segera menghubungi nomor Scott. Dan, laki-laki itu, mengangkatnya didering ketiga.

"Ya?" Kata Scott dari seberang sana, sambil mengetikkan nomor password di brankasnya. Ia meletakkan sebuah map didalamnya, sebelum menutupnya.

Mike berdeham kecil, kemudian mulai berbicara, "hai, Scott. Bagaimana kabarmu disana?"

"Ternyata kau, Mike. Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu, Drew, dan.. Kate?" Kata Scott agak ragu-ragu.

"Drew baik, seperti aku. Sedangkan Katie, ia mendapat luka gores di lengannya." Mike melirik Kate, yang tengah memegang lukanya.

"Darimana ia mendapatkannya?"

"Salah seorang bodyguard mati tertembak pagi ini. Kate yang mengetahuinya, dan seseorang mengambil gambar Kate ketika ia membuka pintu. Katie mengejarnya sampai kejalan raya, dan mereka mulai berkelahi. Orang itu mati disana."

"Hanya luka gores, kan? Syukurlah."

"Sudah kubilang, orang itu mengambil gambar Kate. Ia berhasil mengirimkannya pada markas mereka, dan menghapus semua foto yang ada disana. Aku khawatir, jika The Troublemakers mengetahui, siapa kita yang sebenarnya. Semuanya tidak akan baik-baik saja, Scott."

"The Troublemakers?"

"Mereka semua yang mengincar the boys. Ceritanya sangat panjang. Aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Kami tidak punya banyak waktu."

"Bagus kalau begitu. Aku juga tidak memiliki waktu yang banyak. Kau tahu sendiri, aku ini orang sibuk."

Mike memutar bola matanya. Ia menekan tombol loudspeaker. "Tolong, suruh orang terbaikmu untuk menutup semua akses, yang memungkinkan untuk mereka memperoleh segala informasi tentang Kate. Apapun itu. Secepatnya, Brooklyn."

"Hey, jangan panggil aku begitu. Lagipula, apa kau tidak ingat, siapa yang menjadi atasan dan anak buah?"

"Aku tidak peduli. Cepat."

Sementara itu, kelima pria yang lain, masih tetap saja membicarakan tentang siapa dan apa sebenarnya Drew, Mike, dan Kate. Seperti tidak ada hari lain saja untuk membicarakan tiga bersaudara itu. Astaga, lagipula, untuk apa kami berlima memikirkannya sampai serumit ini?, batin Liam.

Zayn menyisir rambutnya ke belakang dengan kasar, agak frustasi. Ia sudah tidak tertarik lagi dalam obrolan ini. Laki-laki berparas ketimuran itu, memandang teman-temannya sambil bertopang dagu, yang masih menduga-duga tentang kenapa Kate bisa mendapat luka, atau kemampuan menembak, atau hal lainnya, yang tidak nyambung diotak Zayn. Tentang apa yang sebenarnya dilakukan Kate dan kedua saudaranya, seharusnya, tidak sampai mengusik keempat temannya.

"Kalian ini sebenarnya kenapa sampai sangat mempermasalahkan masalah sekecil ini?" Zayn akhirnya bersuara. "Seharusnya, kita bersyukur, Uncle Simon mengirim tiga orang yang memiliki kemampuan yang sangat bagus dalam hal bela diri, hanya untuk melindungi kita. Bukannya, membicarakan mereka bertiga dibelakang."

Mata biru milik Niall memicing, kemudian ia menyeringai. "Kau yakin, usahamu itu bukan untuk membela Kate?"

Zayn memutar bola matanya. "Aku tidak mengerti dengan apa yang kalian bicarakan. Sebaiknya, hentikan saja semua argumen tentang hipotesis-hipotesis gila kalian."

"Oh, jadi kau benar-benar menyukai perempuan itu?" Niall menaik-turunkan sebelah alisnya, yang bahkan, nyaris tidak terlihat.

"Horan, ini baru beberapa hari."

"Ayolah, sudah banyak yang mengalami hal semacam itu; cinta pada pandangan pertama, kupu-kupu busuk yang menggelitik diperutmu, atau jantungmu yang seperti ingin keluar melalui tenggorokan. Kau pasti sudah sering mendengarnya, kan?"

"Jangan-"

"Guys, berhenti menggoda Zayn. Kita sudah lihat sendiri, jika Zayn memang tidak menyukai Kate, oke?" Potong Harry. Matanya menatap malas kedua temannya yang tengah berargumen, kemudian mengalihkan pandangannya.

"Jadi, Harry cemburu dengan Zayn?" Goda Louis. Ia tersenyum, kemudian terkekeh pelan.

"Ap-"

"Mike!" Teriak Liam ketika ia melihat Mike yang ingin membuka pintu utama. Mike menoleh, ketika mendengar dirinya dipanggil. "Bisa kau kemari sebentar?"

Mike menaikkan satu alisnya, sebelum akhirnya mengangguk pelan, dan menghampiri mereka berlima di ruang makan.

"Kau ingin kemana?" Tanya Zayn.

"Keluar sebentar, kalian ingin titip sesuatu?"

"Oh, tentu saja. Makanan dan minuman ringan." Niall tersenyum lebar.

"Yang-"

"Astaga. Bukan itu yang ingin kami bicarakan." Liam memutar bola matanya. "Aku hanya ingin bertanya. Sebenarnya, bukan aku. Tapi, teman-temanku. Well, untuk mempermudah saja. Sebenarnya, siapa kau, Drew, dan Kate yang sesungguhnya? Keempat temanku sudah sangat bertanya-tanya tentang hal ini, sampai telingaku berdarah mendengarnya."

Harry, Niall, Louis dan Mike mendelik, melihat kearah Liam secara bersamaan. Membuat Liam bergidik ngeri. "Aku tidak mau sampai bola mata kalian menggelinding di sini, mengotori karpet."

Mike memejamkan matanya, kemudian menggeleng pelan. "Bukan aku yang harus menjawabnya." Adalah yang diucapkan Mike, sebelum beranjak, dan keluar dari rumah mereka.

TO BE CONTINUED!

author's note: jadi gue mau cpt2 selesain buku ini dan pindah buat fokus ke cerita yg lain. ada fanfic numpuk di draft tp gue masih gaberani ngepublish gara2 takut ceritanya gantung :((

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang