Begin [Prolog]

9.3K 455 4
                                    

Pria bersurai hitam legam itu kembali menghela nafasnya. Ia letakkan pena berlapis emas yang sedari tadi ia gunakan untuk mengecek dan menandatangani beberapa dokumen. Ia juga melepaskan kacamata bacanya. Mata onyxnya memerah lantaran terlalu lama menatap layar laptopnya yang hanya menampilkan grafik-grafik. Ia memijat pelan pelipisnya yang berdenyut hebat. Pusing. Akhir-akhir ini selalu ada yang menganggu tatanan hidup sempurnanya. Membuatnya uring-uringan dan juga kesal. Dimulai dari sang asisten yang gagal memenangkan tender, terkuaknya kasus korupsi di salah satu cabang perusahaannya dan masalah perizinan yang ternyata belum diselesaikan.

Ia seorang Uchiha. Uchiha Sasuke. Uchiha dan kesempurnaan adalah dua hal yang selalu berkaitan. Sekali saja timbul kecacatan maka itu masalah besar. Seperti halnya sekarang ini. Bungsu Uchiha itu harus bekerja berkali-kali lebih serius dari sebelumnya jika tak ingin sang kepala keluarga menghabisi harga dirinya.

"Sial..." gumamnya pelan.

Belum juga masalah perusahaan usai, sang kepala keluarga semakin menambah beban pikirannya dengan ide gila yang membuatnya muak.

Keturunan? Yang benar saja! Bahkan ia baru beberapa tahun menjabat sebagai Presiden Direktur Uchiha Corp.

Umurnya masih produktif. Ia tak punya riwayat penyakit yang dapat mengancam nyawanya. Ia sehat! Jadi, untuk apa keturunan?

Uchiha Fugaku selalu saja memancing emosinya yang memang tak terkontrol itu. Pria tua itu benar-benar picik. Memanfaatkan kelemahannya untuk kepuasaanya.

****

Uchiha Fugaku.

Pria paruh baya dengan pribadi keras nan kaku. Sosok yang mendekati kata sempurna sebagai penguasa. Begitu absolut. Sosok yang tak segan-segan menyingkirkan lawan jika dirasa menganggu. Menggunakan trik licik untuk membuat sang lawan menderita sebelum menerima ajalnya. Ia terbiasa dengan kemenangan. Tak ada istilah salah ataupun kalah dalam kamus hidupnya. Fugaku juga merasa puas saat orang lain memohon ampun padanya.

Perjodohan?

Rasa-rasanya Fugaku ingin tertawa mendengarnya. Usulan konyol dari dewan direksi pada waktu rapat pemegang saham seminggu lalu benar-benar menggelitiknya. Ia benar-benar tak menyangka jika otak lulusan terbaik di Universitas terkemuka itu mempunyai pemikiran bak orang kolot. Menurutnya, perjodohan akan banyak menimbulkan masalah di kemudian hari. Seperti batu sandungan.

Fugaku menolak dengan tegas tanpa pemikiran ulang. Tak terkecuali tawaran dari kalangan pebisnis kaya raya yang ingin mewujudkan keinginan putrinya. Ia menolak meski dengan iming-iming kontrak bernilai jutaan dollar.

Uchiha Sasuke.

Fugaku benci mengakui jika kharisma putra bungsunya itu benar-benar tak bisa diremehkan. Anak itu selalu menjadi pusat perhatian jika di tempat umum. Ia puas saat orang-orang memandang Uchiha dengan tatapan memuja. Tapi, anak itu juga yang selalu mempermalukannya. Ucapan dan sikap urakan yang ditampilkan Sasuke kadang-kadang membuatnya naik darah.

Terlepas batalnya wacana perjodohan, ia tetap butuh seorang pewaris Uchiha.

Sewa rahim!

Fugaku yakin jika idenya itu adalah yang terbaik.

Laporan mengenai Sasuke yang bermain-main di klub malam ditemani wanita penghibur sudah sering ia terima dari bawahannya. Ia juga mendengar kabar jika Sasuke menjadi pelanggan tetap pada acara pelelangan manusia. Anak bungsunya ia selalu saja menghamburkan uang hanya untuk mencicipi tubuh perawan.

Sasuke tak pernah serius dengan hubungan asramanya.
Sasuke itu seperti dirinya yang gila kerja, haus kekuasaan.

Jadi, tak salah bukan jika ia mempunyai pemikiran seperti itu?

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang