We [Part 6]

4K 328 26
                                    

Impossible

Ino tak pernah sekalipun berpikir Sakura akan kembali mengajaknya ke tempat ini. Tempat dimana salah satu teman lamanya dikebumikan. Ino bergidik nyeri dan tubuhnya tiba-tiba mendingin saat memori-memori lama dengan lancang kembali membayang dipikirannya. Mata aquamarinenya sesekali melirik sosok Sakura yang berdiri tak jauh dari sisinya. Keadaan Sakura juga tak ada bedanya dengan Ino, ia melamun dengan kondisi mata yang memerah.

"Ino, menurutmu, dia masuk surga atau neraka?"

What the fuck!

Ino menggeram mendengar pertanyaan Sakura yang benar-benar memukul benaknya. Apa katanya tadi? Surga? Neraka? Sejak kapan seorang Haruno Sakura memikirkannya?

"Kau ingin aku menjawab jujur?" Ino tidak langsung menjawab pertanyaan Sakura yang dianggapnya konyol itu. Kepalanya mengadah keatas, menatap tak tentu arah dedaunan di pohon yang menjulang tinggi.

"Dia orang baik, mungkin Dia di surga"

"Padahal aku berharap Dia masuk neraka"

Ino terdiam.

"Sakura, apa hatimu belum berubah?" Tanya Ino lirih setelah kembali mendapat kesadarannya.

"Menurutmu bagaimana?" Balas Sakura dengan dengan senyum tipisnya.

"Jangan bercanda Sakura! Kau masih membenci orang yang sudah mati?"

Sakura terkekeh pelan mendengar nada bicara Ino yang naik beberapa oktaf.

"Kau benar, Ino. Sayang sekali Dia tak mati ditanganku"

"Kau gila!" Ino berteriak keras seraya melempar bunga mawar merah yang sedari tadi dibawanya. Kaki jenjangnya dengan cepat meninggalkan area pemakaman tanpa menunggu Sakura yang masih betah dengan posisi awalnya.

Ino menghela nafasnya pelan. Ia tak benar-benar meninggalkan Sakura. Baginya, memilih menunggu di dalam mobil daripada terlibat pembicaraan dengan Sakura adalah tindakan yang terbaik. Ino tak suka dengan arah pembicaraan Sakura. Sakura memang teman baiknya, tetapi melihat aura kebencian di mata Sakura membuat nuraninya terpukul.

Shit, orang yang dibenci Sakura sudah di alam lain. Lalu untuk apa kembali diungkit-ungkit dan dikenang kembali?

****

Seminggu berlalu sejak ciuman paksanya dengan Uchiha Sasuke. Sejak itu pula Hinata tak pernah lagi melihat batang hidung Sasuke. Hinata hanya keluar jika Ruka memanggilnya untuk mengisi perut. Lalu setelahnya Hinata akan mengurung dirinya di dalam kamar. Tak ada yang banyak Hinata lakukan dalam sangkar emasnya. Kegiatannya hanya sekadar membaca buku yang ia ambil di  perpustakaan mansion Uchiha, tentu dengan bantuan Ruka. Seringkali Hinata melamun setelah selesai membaca bukunya ataupun setelah manik matanya mulai lelah membaca. Gadis bersurai panjang itu merasa semenjak tinggal di mansion Uchiha perasaannya menjadi sangat sensitif dan melankolis. Disetiap kesempatan tanpa sadar ia menangis karna mendadak ingatan masa lalu menghampiri ulu hatinya.

Seperti kali ini, setelah memakan makan siang yang disiapkan Ruka, Hinata kembali termenung di depan balkon kamarnya. Otaknya kembali memikirkan beberapa permasalahan yang akhir-akhir ini membuatnya merasa pening.

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang