Semua tak selalu berjalan sesuai dengan keinginannya’kan?
Seharusnya ia tak terlalu berharap pada pria bermarga Uchiha yang sekarang telah resmi menjadi suaminya.Hinata pikir ia akan mendapatkan berita baik siang ini. Namun, untaian kata dari mulut sang suami benar-benar membuatnya kesal.
“Dari awal aku sudah mengajukan syarat Uchiha dan kau sudah menyetujuinya.” Sentak Hinata. Telinga memerah menahan amarah juga kecewa, padahal baru semalam mereka berbaikan dan berbagi kehangatan bersama.
“Jangan memanggilku Uchiha, kau juga seorang Uchiha sekarang. Mengenai persyaratan pranikah yang kau ajukan, kau tenang saja, Uchiha pantang melanggar janji” Balas Sasuke pelan.
“Lalu apa maksud ucapanmu tadi, hah?” Hinata masih belum dapat mengendalikan ucapannya. Ia tak sadar jika baru saja berkata keras dan tak sopan pada suaminya.
“Dengarkan dengan baik, jangan menyela ucapanku. Dan juga turunkan dagumu, aku tidak suka kau bersikap congkak seperti itu.” Ucap Sasuke tegas. Mata hitamnya menatap nyalang lawan bicaranya.
Hinata menghela nafasnya pelan. Ia sedikit merasa bersalah. Seharusnya ia bisa mengendalikan emosinya. Walau bagaimanapun, Sasuke adalah suami yang sudah selayaknya ia hormati. Seperti ibunya yang selalu menghormati ayahnya. Seperti ibunya yang selalu bisa menenangkan diri dan berpikir jernih saat masalah datang silih berganti.
“Maafkan aku.” Hinata menunduk dalam. Ia malu dengan sikap tak beretikanya.
“Saham yang kau inginkan waktu itu aku benar-benar tidak bisa mewujudkannya. Kau tau? Pria tua itu masih memegang segalanya. Aku hanyalah buruh yang ia pekerjakan untuk memajukan perusahaan Uchiha. Si Tua itu tak akan tinggal diam jika namamu masuk dalam jejeran pemegang saham.”
Hinata masih menyimak. Ia mendengar dengan teliti agar tak ada satupun hal yang terlewat.
“Tapi, lain halnya jika kau melahirkan seorang anak laki-laki seperti yang diinginkannya. Si Tua itu akan memberikan apapun pada anak itu. Yah, anakmu akan menjadi raja dengan syarat kau menghilang dari dunia ini.”
Hinata terhenyak. Mengapa Sasuke kembali membahas hal ini?
“Lalu bagaimana jika aku melahirkan anak perempuan?” Tanya Hinata hati-hati.
“Dia tidak akan menyukainya, dan kau tau apa yang akan dilakukannya jika ia tak menyukai suatu hal.”
“Tapi, bagaimana bisa? Setiap anak adalah anugrah Tuhan.” Hinata tak mampu menyembunyikan kekalutannya.
“Kau harus menggugurkan kandunganmu jika berjenis kelamin perempuan.”
Hinata syok. Mata bulannya menatap tak percaya.
*****
Uchiha itu gila.
Ya, mereka semua gila.
Uchiha Sasuke dan Uchiha Fugaku tak ada bedanya! Mereka hina layaknya iblis.
Hinata tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Ia menangis sepanjang perjalanan pulang. Ia tak peduli jika sopir pribadinya memandang aneh padanya. Hinata hanya ingin melampiaskan sakit hatinya. Yang membuatnya semakin hancur adalah ekspresi Sasuke yang datar saja saat mengucapkannya, padahal jelas-jelas anak yang akan dikandungannya adalah darah dagingnya. Ia tak habis pikir seberapa tak beradapnya sang suami. Mengapa ia dengan mudah mengucapkan
hal laknat seperti itu?***
"Ada apa dengan wajahmu?"
"Bukan urusanmu!"
Ino terkekeh pelan mendengar jawaban ketus sang kakak.
"Sesuatu mengganggu kesayanganmu?" Ino semakin tersenyum lebar meski sang kakak hanya diam saja tak membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact
RomanceTakdir begitu menggelikan. Saat ia menyerahkan hati dengan tulus, saat itu juga ia merasakan sakit.