CERITA INI MENGANDUNG KONTEN DEWASA. JADI TOLONG KESADARANNYA.
=======
Sasuke kembali ke mansion saat jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam. Suasana mansion sepi namun masih ada beberapa maid yang berkeliaran. Mereka yang melihatnya langsung membungkuk dan bertanya hal yang mungkin dibutuhkannya.
Namun, ia tak menggubrisnya. Kepalanya pusing. Setelah acara sucinya dengan Hinata di gereja, Sasuke langsung menuju kantornya. Ada beberapa hal penting yang harus ia tangani segera. Selain itu, ia juga harus menuruti permintaan kedua temannya untuk bersenang-senang bersama. Naruto dan Gaara itu selalu saja memaksanya.
Kaki panjang Sasuke melangkah menuju pintu kamarnya. Belum sempat ia membuka pintu, Sasuke mengurungkan niatnya dan berbalik. Tiba-tiba saja ia ingin bermain-main dengan gadis yang kini menjadi istrinya itu.
Ujung bibir Sasuke terangkat keatas saat tahu jika pintu yang ingin dimasuki terkunci.
"Sungguh naif." Gumam Sasuke pelan.
Mata hitamnya menoleh kearah samping saat mendengar suara langkah kaki yang tergesa. Dilihatnya Ruka yang berlari kearahnya. Setelah berdiri tak jauh darinya, pelayan muda itu membungkuk hormat.
"Ada yang bisa saya bantu Uchiha-sama?" Tanya Ruka masih dengan nafas terengah-engah. Jarak antara ruang tidurnya sebagai maid dengan ruang tidur sang Nyonya lumayan jauh hingga membuatnya harus berlari.
"Buka pintunya." Perintah Sasuke cepat.
Ruka yang mendengarnya langsung merogoh saku seragamnya.
"Ini kuncinya, Uchiha-sama." Ucap Ruka seraya menyerahkan kunci dengan gantungan mini dreamcatcher.
"Kau bisa pergi."
"Baik, Uchiha-sama"
Hal yang pertama Sasuke rasakan saat memasuki kamar Hinata adalah aroma yang menenangkan.
Pelan-pelan Sasuke mendekati Hinata yang sudah tertidur nyenyak. Mata hitamnya meneliti setiap jengkal tubuh Hinata yang dapat terjangkau oleh indra penglihatannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tangan beruratnya dengan berani membelai wajah Hinata. Gadis itu begitu lelap hingga tak menyadarinya.
"Dimana ayahku menemukanmu, Hinata? Kau....
......sangat cantik."
"Sasuke-kun tidak boleh melirik wanita lain. Jika Sasuke-kun melakukannya, aku akan bunuh diri."
Sasuke menegang. Gerakan tangannya melayang di udara saat suara Hitomi kembali ternyiang dikepalanya. Rahangnya mengeras menahan segala emosi.
Sasuke mengatur hembusan nafasnya yang tak beraturan. Lalu, ia memutuskan untuk berbalik hendak meninggalkan Hinata. Hasratnya untuk menyentuh sang istri menguap entah kemana saat bayang-bayang Hitomi kembali menguasainya.