“Anak sialan!”
Sasuke menghentikan langkah kakinya saat sebuah suara menghampiri indra pendengarannya. Tanpa berbalikpun dirinya sudah hafal benar suara baritone tersebut. Sasuke berdecak sebal. Demi apapun, ia sedang malas bertemu dengan Fugaku. Pria tua itu selalu membawa masalah baginya. Fugaku seperti tak pernah lelah membuatnya marah karena selalu saja menggores harga dirinya.
“Kau mendengarku, Sasuke.”
Sasuke menghela nafasnya pelan. Ia sedikit memiringkan tubuhnya dan memutar arah pandangannya agar menghadap sang ayah. Salah satu ujung bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah seringai saat melihat raut wajah ayahnya yang begitu masam.“Kau menikahi gadis itu?”
Sasuke hanya acuh, ia menjawab pertanyaan ayahnya dengan sebuah anggukan lemah.“Apa kau sadar apa yang sudah kau lakukan, bodoh?” Sungut Fugaku dengan suara lantangnya.
“Tidak usah mencampuri urusanku Ayah. Hubungan kita tak sedekat itu.” Balas Sasuke dengan nada tak kalah angkuhnya.
“Kau selalu saja membangkangku! Seharusnya saat itu kau saja yang mati! Mikoto-ku terlalu berharga dibandingkan dirimu yang tak berguna ini.”
Sasuke mengepalkan genggamannya. Fugaku telah berhasil memancingnya. Dirinya benci saat Fugaku kembali mengungkit-ungkit masa lalu.
“Terserah Ayah.” Balas Sasuke singkat seraya membalikkan badannya. Dengan cepat ia beranjak menjauhi sang ayah yang masih memberikan tatapan mematikan padanya.
Mata hitam Fugaku tak pernah lepas memandang punggung Sasuke yang semakin lama semakin kecil dan kemudian menghilang.
“Hubungan kita tak sedekat itu”
Fugaku terkekeh pelan. Tak sedekat itu? Yang benar saja. Sepertinya Sasuke lupa jika mereka berdua berbagi gen yang sama.“Apa yang akan Uchiha-sama lakukan?” Tanya Kakashi memecah keheningan yang tercipta setelah kepergian Sasuke.
“Tidak ada.”
Kakashi mengerutkan dahinya pertanda bahwa ia tak mengerti dengan jawaban tuannya. Ia memberanikan diri menatap Fugaku yang masih tak bergeming dari posisinya. Dapat dirinya lihat bahwa Fugaku masih seperti Fugaku yang dikenalnya, tak tersentuh dan tak dapat ia dipahami.
“Lingkaran setan ini tak akan pernah berakhir.”
Kakashi semakin tak mengerti dengan perkataan Fugaku yang tiba-tiba random. Namun, ia tak berkomentar lebih. Ia harus ingat posisinya yang tak lebih dari seorang bawahan.
*
Sasuke mengendarai mobilnya menjauhi area perkotaan dengan kecepatan tinggi. Perkataan sang ayah berhasil membuatnya kalut. Niat awalnya yang ingin menemui Hinata ia urungkan. Saat ini ia ingin menenangkan pikiran yang semrawut setelah ayahnya kembali membahas sang ibu.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam, Sasuke sampai pada kawasan perbukitan yang masih asri. Pepohonan berjajar disepanjang jalan membuat suasana terkesan teduh dan sunyi. Hanya ada beberapa kendaraan berlalu-lalang yang kebanyakan merupakan kendaraan yang mengangkut hasil kebun. Setelah memakirkan mobilnya pada tempat rest area yang tersedia, Sasuke segera melangkahkan kakinya mengikuti arah jalan setapak yang akan membawanya bertemu dengan kekasih hati. Jika diingat-ingat sudah lama ia tak berziarah ke makam Hitomi karena kesibukannya.
Sasuke menghentikan langkah kakinya tepat di depan sebuah gundukan tanah yang telah ditumbuhi rerumputan. Meskipun tanpa identitas, ia tak pernah lupa ataupun keliru mengenali makam Hitomi.
“Hai Hitomi” Sapa Sasuke seraya meletakkan buket bunga yang sempat ia beli di atas gundukan tanah tersebut.
“Maafkan aku yang sudah lama tidak mengunjungimu”

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact
RomansaTakdir begitu menggelikan. Saat ia menyerahkan hati dengan tulus, saat itu juga ia merasakan sakit.