Pagi masih terasa dingin. Embun masih membasahi jendela kaca. Matahari enggan untuk menghangatkan bumi. Seperti halnya manusia yang seakan enggan untuk menanggalkan selimut mereka.
Begitupun dengan Hinata yang semakin mengeratkan selimut tebalnya. Tubuhnya malas untuk beranjak dari tempat tidur meskipun jam sudah menujukkan pukul tujuh pagi. Ia abaikan sapaan Ruka yang memang selalu memasuki kamarnya tanpa izin setiap paginya. Entah itu ada perlu ataupun hanya sekadar melihat kondisinya.
"Cuacanya memang mendukung untuk bangun siang, Nyonya" seru Ruka seraya meletakkan nampan berisi teh hangat di atas nakas. Lalu, pelayan muda itu beranjak membuka tirai yang menutupi jendela kaca.
"Tapi, sebaiknya Nyonya segera bersiap. Uchiha-sama tidak mentolerir segala bentuk keterlambatan" ucap Ruka yang sukses membuat Hinata membuka kedua mata bulannya lebar-lebar. Dahinya berkerut tanda tak paham.
"Uchiha-sama menunggu Nyonya di gereja"
Rasa kantuk dan malas Hinata seketika menguap mendengar ucapan Ruka. Apa? Gereja?
Uchiha dengan segala kegilaannya. Semua Uchiha itu gila, termasuk Uchiha Sasuke.
Hinata mencoba memahaminya. Ia terdiam sesaat, berusaha mengatur nafasnya pelan-pelan agar emosinya tidak meledak di pagi hari yang dingin ini. Ia tak ingin beradu mulut lagi dengan Sasuke. Karena semenjak dirinya mengajukan persyaratan pernikahan, ia memutuskan untuk mencoba berdamai dengan keadaan, dan juga berdamai dengan dirinya sendirinya. Lagipula, sikap pembangkangnya tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan.
Jadi, tidak ada salahnya bermain manis.
Hinata hanya bisa pasrah saat orang-orang yang mengaku ditugaskan Sasuke untuk mendadaninya itu memperlakukan tubuhnya bak boneka hidup. Berbagai perawatan ia dapatkan dari ujung rambut hingga ujung kuku hingga membuatnya jengah.
"Nyonya, sangat cantik" puji Ruka saat melihat Hinata yang selesai dengan segala urusannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hinata diam-diam memperhatikan penampilannya yang terpantul dari kaca rias. Perasaan asing menyeruak menyelimuti hatinya.
"Aku akan menikah" gumamnya lirih. Raut wajahnya menyendu.
***
Pukul 11 pagi Hinata sudah sampai di gereja megah yang ada di pusat kota. Dengan bantuan Ruka dan maid lain, Hinata segera dituntun menuju ke altar pernikahan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.