[16]

2.6K 280 15
                                    

Naruto tak menyangka bahwa apartemennya akan menjadi tempat penampungan manusia-manusia gila. Sebut saja Sabaku Gaara, Haruno Sakura dan adik perempuannya yang tiba-tiba datang, Ino.

Naruto memilih mengabaikannya. Daripada meladeni mereka yang sedang adu mulut, berendam air panas lebih menggoda untuknya.

"Mereka berisik sekali." Gumamnya pelan seraya kembali menyamankan posisinya. Sesekali Naruto menenggak segelas wine yang tersedia didekat jacuzzi-nya.

Musik klasik yang sengaja ia putar perlahan membuatnya semakin rileks dan merasa mengantuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Musik klasik yang sengaja ia putar perlahan membuatnya semakin rileks dan merasa mengantuk.

Drtt...

Naruto berdecak sebal saat ponselnya berdering. Ia berniat untuk tak menggubrisnya. Namun, sesaat kemudian ia langsung mengecek ponselnya. Naruto baru sadar bahwa nada dering tersebut adalah notifikasi khusus email pribadinya. Mungkin penting, pikirnya. Benar dugaannya, email tersebut dari salah satu orang kepercayaannya yang ia tugaskan untuk menyelidiki Hyuuga Hinata, wanita yang tiba-tiba menyandang status sebagai istri sahabatnya.

Tanpa buang-buang waktu, Naruto langsung membuka email tersebut. Ia baca dengan teliti setiap rentetan kalimat yang ada. Seolah tak ingin ada yang terlewat.

Adik kandung Hyuuga Neji

Shit! Maki Naruto dengan raut wajah yang menggelap.

"Pantas saja aku tak asing dengan mata peraknya." Gumamnya pelan seraya kembali menscroll layar sentuhnya. Senyum culas masih terpatri dibibirnya. Ia tak menyangka jika Neji masih memiliki seorang adik. Seingatnya dulu saat ia menyuruh seseorang untuk menyelidiki Neji, tak ada satupun clue yang menunjukkan bahwa Neji masih memiliki saudara.

"Kau sangat pintar menyembunyikannya Neji."

****

Hinata menatap sajian makan malamnya dengan perasaan tak nyaman. Meski menu yang dibawakan Ruka beberapa saat yang lalu adalah favoritnya. Namun, kehadiran Sasuke benar-benar mengangggunya. Pria itu masih betah duduk manis disampingnya.

"Tidak berselera?"

Hinata melirik sekilas pada Sasuke sebelum kembali mengalihkan perhatiannya pada nampan berisi makanan yang berada di atas pangkuannya.

"Tidak juga, aku hanya tidak nyaman dengan kehadiranmu."

Hinata merasa jika jantungnya memompa darah dua kali lebih cepat setelah mengungkapkan rasa tak nyamannya. Diam-diam Hinata melirik raut wajah Sasuke dari ujung matanya. Pria itu masih menampilkan raut wajah yang sama, seolah ucapannya tadi hanyalah angin lalu dan tidak penting.

"Kau harus terbiasa dengan kehadiranku." Balas Sasuke setelah terdiam beberapa saat.

Hinata diam, tak berniat memerpanjang pembicaraan. Baginya, saat ini yang paling penting adalah perutnya terisi agar dirinya tak merasa lemas.

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang