Alice POV-
Suara air yang keluar dari dalam keran menyentuh dinding wastafel keramik memecah kesunyian dalam toilet kastil sekolah. Aku baru saja selesai dari kelas pertahanan. Merasa harus membersihkan tangan dan kemejaku dari debu akibat pertarungan dengan Kyungsoo di arena tadi. Guru malaikat yang baru saja mengajar kelas pertahanan meminta aku dan teman sekelasku melakukan duel sederhana. Beliau memberi kami bulu-bulu halus berwarna putih yang tak lama setelah berada di tangan kami, bulu itu berubah warna. Kami akan berduel dengan anak lain yang memiliki warna sama dengan wana bulu yang kami pegang. Pada akhirnya aku dan Kyungsoo, si elf bermata bulat itu mendapatkan warna bulu yang sama. Warna biru.
Aku mengusapkan air yang berada pada tangkupan tanganku ke wajah. Aahh segar sekali rasanya! Habis-habisan aku bertarung melawan Kyungsoo. Salah satu elf yang juga anggota tim kedisiplinan seperti Yinghan itu bukan termasuk lawan yang mudah dikalahkan. Luar biasa kekuatan elf pemilik sayap berwarna perak itu. Vampir sepertiku memang selalu dibuat kewalahan dengan makhluk yang dapat terbang macam elf. Apalagi kecepatan terbang elf seperti cahaya, tak kalah cepat dari pergerakan vampir. Rasanya aku hampir gila kalau saja Kim Jongsuk, guru baru kelas pertahanan tidak menghentikan pertarungan kami.
“sudah cukup, sebelum kalian benar-benar akan saling membunuh nanti”
Begitu yang ia katakan setelah dengan mendadak terbang dan berhenti ditengah arena diantara aku dan Kyungsoo.
Berulang kali aku membasuh wajahku dengan air, hingga sebuah suara menginterupsi kegiatanku.
“Alice... El?”
Segera aku menghentikan kegiatanku membasuh wajah, menajamkan pendengaranku. Meyakinkan diri kalau suara itu memang memanggil namaku. Menegapkan tubuhku dan sebuah cermin besar aku dapati berada di depanku. Sial! Aku lupa ada begitu banyak cermin di toilet! Pastinya dia...
“El...?”
Sosok itu lagi. Dengan hati-hati aku melirik bayangan itu di cermin. Benar. Dia lagi. Selalu saja! Sekarang dia begitu sering muncul, dimanapun, kapanpun. Sudah lebih dari dua bulan sejak aku melihatnya lagi di kamar mandi dalam kamar asrama.
Baru saja aku ingin melepas segel kekuatanku, tetapi sebuah kalimat berhasil aku tangkap dengan telingaku
“El... apa kau tidak mengingatku?” kalimat itu berhasil keluar dari bibirnya. Membuatku menahan kekuatan yang akan aku lepaskan tadinya. Bicara juga dia akhirnya, bukan hanya menangis sambil mengulurkan tangannya saja.
“bagaimana aku tidak mengingatmu kalau kau setiap hari muncul!” bentakku padanya. Sosok itu hanya menggelengkan kepalanya lemah. Matanya kembali berair, pasti akan menangis lagi.
“aku... aku kau...”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba saja ia menghilang ketika pintu toilet terbuka dan masuklah vampir muda pemilik manik berwarna biru terang, surainya hitam legam sama seperti milikku tapi dengan sedikit warna coklat terang.
“eonni?!” pekiknya kaget ketika melihatku berdiri didepan wastafel.
“eoh Jennie. Aku fikir siapa. Hey, bukankah kau ada kelas sekarang?”
Jennie ternyata yang memasuki toilet, membuat sosok tadi menghilang sebelum menyelesaikan ucapannya. Ughh membuatku penasaran saja!
“dihentikan lebih awal. Salah satu malaikat, teman sekelasku sayapnya terluka parah ketika melakukan duel dengan Jun” ucapnya seperti malas mengingat kejadian itu lagi.
Hahaha lucu sekali adikku ini. dia memang selalu malas mengingat dan menceritakan kejadian yang sudah lalu, apalagi kejadian itu sama sekali tidak menarik perhatiannya. Aku tau bagaimana Jennie begitu tidak tertarik dengan apapun yang saudara kembarnya miliki dan lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Me
FantasíaMugkin Alice adalah satu-satunya vampir yang ketakutan ketika melihat hantu. Eh? Entahlah, hantu atau makhluk apapun itu namanya. Yang jelas makhluk itu selalu muncul di cermin, genangan air, kaca mobil, atau benda benda lainnya yang dapat memantulk...