Anny's note:
Yeay! Maminya Bana, alias si gue, lagi seneng nih! Akhirnya Banana update juga yaaa HAHAHA.
Kalian baik banget masih mau nunggu! Aku seneng aja yang nge-chat aku bilangnya sejenis, "Kak, aku masih menunggu Bana ya." Woahh. Itu adalah 'cara menagih' paling MANIS :*
Btw, btw, btw, aku lagi nyari-nyari komentar di Origamiara yang bisa diselipkan di novel. Cieee ... nanti akun siapa ya yang akan aku cantumkan? Surprise aja ah. Aku juga sebut beberapa nama pembacaku di ucapan terima kasih. Aw, aw~ itung-itung 'hadiah' buat pembaca yang rajin nongol hehehe
.
.
--
9| Haruskah?
"JADI, ini syaratnya?" adalah pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut Bana setelah ia meneguk ludahnya. Kalimat itu pula yang membuat Shakila Thalia Asri mati-matian melipat bibir--berusaha tidak menyembur tawa lebar. Kila membuang muka, menyembunyikan kepuasannya berhasil mengerjai seorang Bana. Coba lihat wajah lelaki berkacamata itu. Harimau tidak sedang menjadi kucing lucu. Harimau berwajah pias seperti ketakutan.
"Itu." Tangan Kila menunjuk kursi di pojokan; tempat yang cukup tersembunyi karena terhalang pintu masuk. "Lo bisa tunggu di sana."
Albana Wicaksono memejamkan mata seraya menarik napas lama-lama. "Kamu yakin aku boleh ada di sini?" Ekspresinya terlihat memelas.
Kila menggigit bibir. Bahunya yang naik turun menunjukkan betapa ia sudah tak sanggup lagi menahan tawa. "Hmm," gumamnya dengan angguk seadanya.
"Kila...." Nada memelas masih mengiringinya.
"Iya."
"Kilaaa...."
Ya Tuhan. Shakila baru kali ini mendapati Bana begitu manja-yang bukannya terasa menyebalkan, tetapi justru menggemaskan. Oh, ayolah. Sebegitu burukkah syarat yang ia ajukan untuk seorang Albana Wicaksono? "Tadi katanya mau ikuti syarat apa aja dari aku?" Shakila baru sadar sebutan aku dari mulutnya begitu kalimat sudah terlontar. Entah kenapa, Kila merasa ingin menyesuaikan panggilan mereka dengan cara Bana berbicara.
"Aku baru tau kalau LINE ID kamu semahal ini."
"Lebay!" Shakila tertawa. "Tapi, yah, seenggaknya kamu jadi tau kalau aku nggak murahan." Kila menatap Bana jumawa; dagunya terangkat bangga. Kila mengingatkan itu seolah menyatakan diri bahwa ia tidak senang dengan perlakuan Bana yang seenaknya. "Ini hukuman buat kamu yang udah bodoh-bodohin aku."
Helaan napas yang keluar dari mulut Bana seolah menyatakan kekalahannya. "Oke. Jadi, harus berapa lama aku nunggu?" tanyanya dengan pandangan menatap risih ke sekitar. Banyak gadis, bahkan ibu-ibu, melihat beberapa kali ke arahnya sejak tadi. Ada yang senyam-senyum, ada yang bisik-bisik. Kenapa tak ada laki-laki lain di tempat ini? Albana Wicaksono merasa seperti sedang masuk toilet perempuan.
Menyadari ekspresi Bana, Kila terkikik. "Biasanya satu jam setengah."
"Kapan mulainya?" tanya Bana berusaha mengabaikan kenyataan dirinya menjadi pusat perhatian. Ia ingin cepat-cepat menuju pojokan tempat duduk yang tadi Kila tunjuk, menjauh dari pintu masuk ini, menyembunyikan diri sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/66532232-288-k288263.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BassKiss
Teen FictionPemenang THE WATTYS 2016 kategori #PilihanStaf dan #EdisiKolektor [15+] Oh Tuhan, umpatan macam apa yang harus Kila keluarkan ketika ia dicium laki-laki di tempat ramai? Parahnya, laki-laki itu tidak dikenalnya. "Brengsek!" menurut sahabat dekat Ki...