15| Heran
"INI konyol, La!"
Kila menahan senyum sebelum menjawab, "Apanya yang konyol?"
"Gue nggak punya alasan buat ketemu mereka."
Ah, kenapa Isell keras kepala sekali? Sungguh, Kila tak sabar untuk tertawa sehebat-hebatnya. Namun itu harus ditahan kecuali ia mau Isell kembali geram. Isell kalau marah mengerikan. Kila ingat pernah menakut-nakuti Isell dengan hantu-hantuan. Isell kesal sampai menendang pintu kamar.
"Gue males, La."
Kila menghentikan langkahnya, membuat Isell melakukan hal serupa.
"Tadi bilang mau. Kok sekarang nolak lagi sih? Jilat lidah sendiri!"
Isell mendelik. "Hah? Lidah? Maksudnya ludah?" Isell iseng mempraktekkan lidahnya dengan gaya menjulur keluar. Jilat lidah sendiri itu kayak gimana coba?
"Iya, itu." Giliran Kila yang sekarang cemberut. Itu hanya pura-pura. Dalam hati, Kila terus berdoa agar Isell berhasil dikerjainya. Kapan lagi coba mengerjai seorang Isell? Udah sombong, salah pula!
"Emang mereka mau nunjukkin identitasnya depan gue? Bukannya, kata lo, semua itu rahasia?" Isell masih mencari alasan.
Kila diam. Isell ini ada benarnya juga ternyata. Kalau Bana marah, gimana? Kalau Bana akhirnya jadi tidak percaya lagi padanya, gimana? Kalau anggota lain ikut tidak berkenan, gimana? Ah, kenapa Kila ini ceroboh sekali. Ia tak mau dicap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya.
"Lo tunggu di sini ya, Sell." Kila menuntun Isell kembali ke mulut lorong. "Gue ke mereka dulu sebentar."
"Kok ninggalin?" Isell mengerutkan kening.
"Tunggu dulu. Pokoknya jangan kemana-mana! Okay?"
Belum sempat Isell menjawab, Kila sudah melesat pergi. Mau tidak mau, Isell menuruti perintah sahabatnya.
+++++
Kila melongok pintu yang menghubungkan lorong dengan taman. Ada GLYN di sana. Ada Bana juga. Laki-laki itu tengah tersenyum saat mengobrol dengan Dipa, Faldi, dan Andra. Padahal Bana bukan tersenyum pada Kila, tetapi pesonanya sanggup membuat Kila langsung ikut menarik bibir.
Saat itulah mata Bana menangkap Kila.
Awalnya Kila kaget. Namun kagetnya langsung menguap begitu Bana mengulas senyum untuknya.
Kila kembali ikut tersenyum, membalas Bana.
Kila merasa ini lucu. Mereka seolah tengah melakukan percakapan hanya melalui senyuman.
Tanpa diperintah, Bana bangun dari duduk. Ia terlihat berpamitan seadanya pada yang lain sebelum melangkah ke arah Kila. Hal kecil itulah yang membuat rasa senang Kila semakin mengembang. Mungkin ini yang orang bilang kalau bahagia juga bisa sederhana.
"Kenapa?" tanya Bana begitu berdiri di depan Kila.
Kila melangkah lebih masuk ke lorong, berniat untuk tidak menghalangi jalan masuk taman.
"Kenapa?" ulang Bana sembari mengikuti langkah Kila. "Mau bilang tadi mainku bagus?"
Kila tertawa kecil. "Pede banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
BassKiss
Fiksi RemajaPemenang THE WATTYS 2016 kategori #PilihanStaf dan #EdisiKolektor [15+] Oh Tuhan, umpatan macam apa yang harus Kila keluarkan ketika ia dicium laki-laki di tempat ramai? Parahnya, laki-laki itu tidak dikenalnya. "Brengsek!" menurut sahabat dekat Ki...