Aku baru sempat bales 360an komen dari total 650an di part 19 kemarin. Ntar kulanjut deh ya~~ mending update dulu :D
BTW, pemenang #AnnyChallenge1 sudah aku umumkan di Instagram-ku. SELAMAT!
Aku pilih 36 pemenang, dengan 6 pemenang dapat novel dan 30 sisanya aku follow Wattpad PLUS aku masukkan ceritanya (kalau si pemenang nulis di Wattpad) ke reading list. Akan kubaca nanti kalau senggang hehehe
THANKS yang udah ikutan! Ada 700++ postingan! Kereeen!!
The next, enaknya ada challenge apa lagi ya?
--
20| Kata Nuno
Aku ada di ambang dua pilihan. Memaksa maju atau mundur teratur.
Terlalu banyak tanda tanya dan kebingungan yang perlu aku urai, tapi aku ingin percaya kamu.
Sekarang, rasanya percuma kalau hanya aku yang berusaha membangun tembok kepercayaanku di saat kamu sendiri yang merusak itu.
Kamu memberiku batas seolah aku tak pantas mendekat lebih. Kamu memberiku jarak seolah aku tak pantas kamu percayai.
Kalau menarikku itu salah, jangan pernah melakukannya.
--
"TUTUP mulutnya kalau bengong," Isell mencolek dagu Kila, membuat gadis itu terperanjat. "Lalat bisa masuk tuh. Gede banget ngebukanya."
"Iseng banget sih, Sell?" Kila menekuk bibir sebal.
Isell tertawa sembari duduk di bar dapur, tepat berhadapan dengan Kila. Tangannya menyeduh teh dengan air dispenser di sebelahnya. Rutinitas sore hari yang ia sukai. "Nuno mau main ke sini, tapi gue udah janjian sama Dipa."
"Wah?" Mata Kila berkilat semringah. "Sejak kapan lo jadi suka janjian sama Kak Dipa? Dan ... sejak kapan lo panggil dia nama doang? Hmm." Kila melipat kedua tangannya di dada. "Gue rasa, ada hal yang nggak gue tahu."
"Ada projek musik yang harus gue pegang di Himpunan Planologi. Sedangkan lo tahu sendiri. Gue dan musik bukan dua hal yang akrab kalau digabungin. Bahkan, gue nggak akan nonton konser atau sejenisnya kalau bukan lo yang ngajak."
"Terus, hubungannya apa sama Kak Dipa?"
Isell mencoba bersabar. Menghadapi lambatnya Kila mencerna suatu hal sudah menjadi kebiasaannya. "Gue minta tolong Dipa buat kelancaran projek musik itu."
"Ah ... ya." Kila mengangguk-angguk. "Ternyata ini modus."
Isell tertawa. Ia menyeduh satu cangkir teh lagi untuk jatah Kila. Berbeda dengan dirinya yang suka teh tanpa gula, Kila lebih suka sesuatu yang manis. Isell menambahkan dua sendok gula sesuai kebiasaan Kila.
"Thanks," ujar Kila pelan untuk tehnya sebelum melanjutkan, "Dan modus lo rapi ya."
Tawa Isell semakin renyah begitu mendengar kalimat terakhir sahabatnya. "Seenggaknya, gue nggak kayak seseorang yang berani banget datengin basecamp cowok yang disukanya." Isell mengucapnya dengan sindiran halus.
Hening beberapa detik.
"Lo tahu?!" sembur Kila. Seingatnya, ia hanya memberitahu Isell saat Bana datang ke kelasnya dan mengajak dirinya ikut ke basecamp. Kila tak berniat memberitahu Isell—bahkan siapapun—perihal penguntitan yang pernah ia lakukan. Penguntitan yang berujung kekagetan. Itu kali kedua Bana membuatnya berdebar, setelah yang pertama saat malam penciuman beberapa bulan sebelumnya.
Bana....
"Dipa yang cerita." Ucapan Isell membuyarkan lamunan Kila. "Katanya, Faldi dulu sempet bingung basecamp mereka kedatangan tamu. Bahkan, Bana bilang itu tamu dia." Isell menyesap tehnya, merasakan kehangatan memenuhi setiap sudut mulut.
![](https://img.wattpad.com/cover/66532232-288-k288263.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BassKiss
Novela JuvenilPemenang THE WATTYS 2016 kategori #PilihanStaf dan #EdisiKolektor [15+] Oh Tuhan, umpatan macam apa yang harus Kila keluarkan ketika ia dicium laki-laki di tempat ramai? Parahnya, laki-laki itu tidak dikenalnya. "Brengsek!" menurut sahabat dekat Ki...