Miss you, readers :*
21| Pendengar
Rasanya aneh ketika orang bilang kita harus mendengarkan mereka, sedangkan mereka tak pernah ingin mendengar.
--
"ORANG AKAN bilang kamu goblok."
Kata cambukan itu sudah kehilangan makna, saking berulangnya diucapkan Papa. Bertahun-tahun Bana dihantam oleh cacian sejenis, baru sekarang Bana merasa beruntung. Kalimat itu tak lagi berfungsi sebagai pedang, tak lagi berhasil menusuk hatinya.
"Nilai kamu cuma segini?! Ini nilai terbaik yang bisa kamu kasih?! Kamu mau nambah tabungan nilai E lagi? Sekarang Papa tahu gimana cerdasnya kamu. Dan gimana tajamnya otak kamu, sampai kamu dapet nilai 8 dari 100." Papa melempar kertas ujian Bana—dengan keras.
Bana sejak tadi tak bersuara. Wajahnya menunduk dan ia masih duduk. Sedangkan Papa sudah bolak-balik di depannya dengan gestur yang berubah-ubah. Kadang melipat tangan di dada, kadang berkacak pinggang. Lebih baik Bana memalingkan muka dibanding melihat wajah marahnya Papa, atau melihat kertas-kertas di lantai yang berantakan.
"Buang-buang kesempatan itu ya goblok. Apa lagi?!" Papa mendengus. Tangannya terbentang ke atas, merepresentasikan wajahnya yang takjub. "Wow. Mahasiswa teknik di institut yang katanya terbaik bangsa, bisa segini cerdasnya."
Bana mengedip pelan.
Kuliah teknik bukan jalan yang ia mau dan elektro bukan 'mainan' yang ia suka. Mempelajari fisika, matematika, dan ilmu-ilmu kelistrikan bukan hal yang pas untuknya. Bana tahu itu. Papa tahu itu. Ia tak mendapati passion-nya di bidang itu. Namun, Papa tak pernah sekalipun mengerti atau berhenti pura-pura tak menyadari.
Papa bukan orang yang mau mendengarkan. Sesering apa pun Bana mencoba bersuara, sejak dulu, sesering itu juga suaranya ditolak Papa.
"Kamu denger kan? Atau kata goblok itu terlalu enteng buat telinga kamu? Papa akan muji gimana bertanggung jawabnya kamu dengan pilihan nilai kamu. Nilai E. Lagi."
Pilihan?
Apa itu pilihan? Jangan tanyakan bagaimana Bana memilih sekolah-sekolahnya sejak kecil karena Bana tak pernah punya pilihan itu. Seperti dalam lirik Meteor Shower dari Owl City kesukaannya, 'I am not my own for I have been made new". Bana berkali-kali mencoba menjadi apa yang Papa bentuk, tetapi ia selalu gagal. Lubuk hatinya meronta melakukan penolakan.
"Sebodoh-bodohnya orang bodoh, cuma orang yang nggak mau belajar yang paling bodoh. Cuma orang yang 'nggak mau mencoba' yang bakal menang di kejuaraan orang berlomba-lomba bodoh."
Tahu apa Papa dengan kata mencoba? Bana sering rajin kuliah setelah Papa memarahinya. Sayangnya, itu biasa bertahan hanya beberapa hari saja. Ia lelah dengan apa yang ia pelajari seolah ia tengah berlari dari zona nyaman ke zona yang menjemukan. Atau zona memuakkan? Mikroposesor, Kontrol Digital, Elektronika, atau Sistem Instrumentasi tidak pernah berhasil menarik perhatiannya.
"Papa paling tahu gimana kamu pinternya membangkang di belakang. Papa paling tahu gimana kamu nggak pernah dengerin kata-kata Papa."
Tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
BassKiss
Teen FictionPemenang THE WATTYS 2016 kategori #PilihanStaf dan #EdisiKolektor [15+] Oh Tuhan, umpatan macam apa yang harus Kila keluarkan ketika ia dicium laki-laki di tempat ramai? Parahnya, laki-laki itu tidak dikenalnya. "Brengsek!" menurut sahabat dekat Ki...