Ardi mendapati Ovi sudah duduk di depan meja rias ketika masuk ke kamar mereka. Tanpa bicara, dia melintasi ruangan menuju kamar mandi dan mengunci pintunya. Selesai membersihkan diri, dia keluar dengan membelit handuk di pinggang, berjalan ke arah walk-in closet untuk mengambil piama.
"Aku capek, Di," ucap Ovi, menahan Ardi yang sudah akan naik kasur.
Ardi menoleh ke arahnya.
Ovi beranjak duduk di tepi kasur yang menghadap Ardi. "Aku capek," ulangnya. Saat Ardi hanya diam, Ovi melanjutkan. "Kita ngejalanin apa sih sekarang?"
Orang-orang banyak mengibaratkan rumah tangga adalah perahu yang sedang berlayar, sementara suami-istri adalah nahkoda yang harus bekerja sama menjaga agar perahu itu tetap tegak, menghalau semua ombak dan badai yang menerjang. Jika benar demikian, bagi Ardi perahu yang membawanya dan Ovi sudah menabrak karang raksasa hingga hancur berkeping. Yang mereka lakukan sekarang berusaha tidak tenggelam di tengah puing-puing itu.
Ardi tahu, kalau memaksa menjalani hubungan yang sudah hancur ini hanya akan membuat mereka semua tenggelam. Sudah setahun ini hubungan mereka berantakan. Baik Ardi maupun Ovi sudah sama-sama mencoba memperbaikinya. Tetapi, sepertinya sekarang mereka sudah di jalan buntu.
"Kita cerai aja, ya..."
Ardi menatap Ovi tanpa ekspresi. Setahun ini dia berusaha mengenyahkan kata itu dari kepalanya. Dia bukan tipe laki-laki yang gampang mengumbar kata 'selesai'. Apalagi se-sakral 'cerai'. Mendengar Ovi mengucapkan kalimat itu padanya, ternyata tetap menyakitkan. Tidak peduli sudah serusak apa rumah tangga mereka sekarang.
"Oke," ucap Ardi. "Kita cerai."
Ovi tidak bersuara lagi, menyadari Ardi sudah menjatuhkan talak padanya. Perlahan, air matanya mulai berjatuhan. Ardi berbalik, melangkah meninggalkan kamar itu, lalu menutup pelan pintunya.
Puing terakhir tempat mereka bertahan, akhirnya tenggelam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss The Past Goodbye
General FictionSejak bercerai dari istrinya dua tahun lalu, hidup Ardi hanya diisi dengan bekerja dan merawat Kaia, putri sematawayangnya. Dia tidak pernah memikirkan tentang berkencan lagi. Setidaknya, hingga dia bertemu Nadin. Bagi Nadin, Ardi bukan hanya pelang...