Ardi selesai menggantung tulisan “Happy Birthday”, “5th”, dan “KAIA” di bagian depan kelas Kaia. Sekolah sudah selesai tiga puluh menit yang lalu. Dia, Altair, dan Ivan masih sibuk menyusun dekorasi sesuai arahan Ovi. Ardi sebenarnya cukup takjub Altair ikut cuti demi menghadiri ulang tahun putrinya dan mau disuruh-suruh Ovi sejak tadi. Tahun-tahun sebelumnya, Ovi membawa tim party organizer yang disewanya untuk mengurus segala pernak-pernik acara. Tahun ini, Ardi ingin mereka terlibat sendiri. Tetap berdebat pada awalnya, tetapi akhirnya Ovi setuju.
Sementara Ardi, Altair, dan Ivan meneruskan usaha mengubah kelas Kaia menjadi area pesta, Nadin dan Olin tampak sibuk menyusun sweet table untuk Kaia dan teman-temannya nanti. Ovi sendiri, setelah memberi pengarahan panjang pada ‘tiga pekerjanya’, mulai mendandani Kaia. Karena kue ulang tahun Kaia dibentuk menyerupai kebun stroberi, Ovi memutuskan tema little farmer untuk tahun ini. Dia akan mendandani Kaia menyerupai karakter perempuan di games Farm Frenzy, lengkap dengan topi dan boots ala cowgirl.
Ardi melihat Altair sibuk mengikat balon di kaki sweet table, sementara Olin menyusun kue-kue. Keduanya tampak menghindar satu sama lain, tidak saling mengobrol atau apa pun. Ardi benar-benar penasaran apa yang sudah terjadi di antara mereka. Saat mabuk pun Altair masih bisa mengendalikan diri untuk tidak menyerocoskan rahasianya. Hanya celotehan asal dan tidak penting yang keluar dari mulutnya. Bukannya Ardi tidak coba memancing.
Hal terakhir yang diurus adalah meletakkan kue ulang tahun di meja depan. Ardi melihat Nadin sedikit cemas saat membuka kotak kuenya. Belum sempat terbuka sepenuhnya, Kaia dan Ovi kembali ke kelas.
“Whoa… little cowgirl!” sorak Altair, melihat penampilan Kaia. “Mine!”
Ardi menoyor kepala sahabatnya itu. “Anak gue itu, Kampret.”
Altair menyeringai. “Kalau dua puluh tahun lagi gue masih belum nikah, gue mau jadi mantu lo.”
“Gue ogah,” sosor Ardi tanpa ragu.
Senyum Kaia tampak benar-benar lebar. Dia menggandeng Ovi berdiri di belakang meja, ikut mengamati Nadin mengeluarkan kue ulang tahun dari kotaknya. Begitu terlihat wujud kue itu sepenuhnya, semua yang ada di sana, termasuk Ovi, berdecak kagum. Olin benar-benar terampil dalam pekerjaannya. Kue itu persis miniatur kebun stroberi, lengkap dengan buah-buah yang dibuat menjalar. Olin juga membuat gerbang mengelilingi kue itu, dan di bagian paling depan gerbang itu dibuat pintu masuk yang bagian atasnya bertuliskan “Kaia’s Garden”.
“Boleh makan sekarang?” pinta Kaia, sudah sangat ingin mengambil satu stroberi buatan di kuenya.
Ovi tertawa. “Nanti dong, Non,” ucapnya. “Kita mulai dulu acaranya.”
Meja-kursi di sana sudah digeser ke pinggir, menempel dinding, menyisakan ruang luas di tengah ruangan. Teman-teman sekelas Kaia berkumpul di sana, bersama orangtua atau pengasuh masing-masing. Guru Kaia, Bu Giska, mengambil peran sebagai MC acara siang itu.
Ardi dan Ovi berdiri di kanan-kiri Kaia, ikut menyanyikan lagu Happy Birthday, dilanjutkan dengan Tiup Lilinnya, dan Potong Kue. Kaia menyuapi potongan pertama pada Ardi. Ardi mengunyah dengan wajah semringah, mengucapkan terima kasih, lalu mencium dahi dan kedua pipi anaknya. Ovi mendapat potongan kedua, tetapi sama sekali tidak membuatnya kecewa. Wajahnya tidak kalah bersemangat, menciumi Kaia lebih banyak dari Ardi, sampai anak itu tertawa dan berusaha melepaskan diri darinya. Setelah itu, Bu Giska mengajak mereka semua berdoa untuk Kaia, semoga sehat dan panjang umur. Selesai acara inti, selanjutnya diisi dengan permainan.
“Ayo, buat awal Kaia sama Mama Papa dulu yuk,” ajak Bu Giska. “Kita main estafet kata.”
Bu Giska mulai menjelaskan peraturannya. Permainan itu terdiri atas dua grup, masing-masing grup berisi lima anggota. Anggota pertama akan diberikan satu kalimat utuh, kemudian membisikan pada anak di depannya, terus hingga ke anggota terakhir. Kemudian anggota terakhir menuliskan kalimat yang didengarnya ke papan tulis yang disediakan. Tim yang berhasil menyusun kalimat paling tepat keluar sebagai pemenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss The Past Goodbye
General FictionSejak bercerai dari istrinya dua tahun lalu, hidup Ardi hanya diisi dengan bekerja dan merawat Kaia, putri sematawayangnya. Dia tidak pernah memikirkan tentang berkencan lagi. Setidaknya, hingga dia bertemu Nadin. Bagi Nadin, Ardi bukan hanya pelang...