fourteen ;woozi

9.5K 1K 30
                                    

"Jihoon-ah?"

Dia tidak ada di apartemen? Yang benar saja menyuruhku datang dan menemuinya di apartemen tanpa dirinya.

"Kau ini lelet sekali. Lupa ya? Aku kan sudah menulis jika aku berada dikamar," ucapnya tanpa melihatku, matanya masih menatap layar laptop miliknya. Tangannya pun tidak mau kalah, terus saja bergerak tanpa henti.

"Jadi, kau menyuruhku datang untuk ini? Menunggumu yang sedang berkencan dengan sebuah laptop di hari libur?" bukan pertama kalinya dia melakukan hal ini padaku.

"Sebentar lagi, jadi bersabarlah. Atau kau bisa keluar saja dari kamarku, asal bukan keluar dari apartemen."

Langsung saja aku menuruti apa yang dia inginkan jika dia tidak ingin marah dan melayangkan beberapa benda yang ada disebelahnya, apapun itu yang jelas mengerikan sekali.

Dengan apartemen sebesar ini, perabot rumah yang tidak banyak dan penghuni yang pendek, apa yang istimewa?

Tiga jam berlalu dan aku tetap saja duduk disofa berwarna merah marun ini tanpa berpindah tempat.

Apa yang sedang dia kerjakan? Lagu lagi? Ya, Jihoon mempunyai ratusan lagu, remix maupun cover miliknya sendiri. Aku tidak mempermasalahkannya, karena itu sudah menjadi hobinya sejak umur 14 tahun.

"Sudah?"

"Belum."

Berapa jam lagi aku harus menunggu. Orang macam apa dia? Menelantarkan pacarnya sendiri dan asyik dengan dunia miliknya seorang. Setidaknya perlakukan aku sewajarnya saja, seperti menunggu disebelahnya atau bagaimana. Bukan seperti ini.

"Kemari cepat!"

Aku berjalan gontai ke kamar. Jihoon tersenyum manis padaku, jika seperti ini aku tidak bisa marah padanya. Menepuk-nepuk tempat disebelahnya, kode untuk duduk disamping Jihoon, aku paham.

"Dengarkan ini, sebentar saja."

Dia memberiku earphone. Aku diam dan tidak menghiraukan dirinya yang masih saja melihatku, tangannya bergerak menyingkirkan rambutku dan memasangan earphone itu.

BGM "Woozi - Simple"

Ini, pertama kalinya aku tersentuh dengan lagu yang ia buat. Memang, Jihoon akan memberitahukan lagunya padaku. Dan menurutku lagu ini sangatlah luar biasa.

"Kau terlalu berniat membuat ini?" tanyaku padanya.

"Tidak, ini untukmu," sedari tadi kepalanya sudah bersandar di pundakku.

"Ah?"

Dia tidak menjawabku. Lagu ini dia buat untukku? Memangnya hari ini aku ulang tahun, tidak.

"Kau lupa? Hari ketika aku mengungkapkan perasaanku danㅡ" kututup mulutnya dengan tanganku.

Aku benar-benar lupa dengan hari ini. Hari dimana Jihoon mengungkapkan perasaannya dan kami berpacaran, bagaimana bisa aku melupakan ini?

Dia memegang tanganku, menjauh dari mulutnya.

"Tidak ada hadiah untukku?"

"Em, kau mau apa?" alisnya sedikit terangkat.

Perlahan wajahnya mendekat, oke aku mengerti. Tapi kenyataannya aku belum siap menciumnya.

Aku mengantisipasi, menarik Jihoon dan memeluknya hangat.

imagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang